PWMU.CO – Sekolah ingin maju, pahami Sunatullah! Demikian pesan M. Choiruz Zimam pada Rapat Koordinasi Sinergi Antarsekolah Muhammadiyah.
Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik mengadakannya di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Senin (16/10/2023). Dalam pertemuan itu, Zimam mengajak peserta untuk menebar amal shalih.
“Allah menciptakan hidup kita agar diisi amal saleh sebagai modal agar kita bisa bertemu Allah. Jadi kalau kita ingin ketemu Allah, ya harus melakukan amal saleh!” tuturnya.
Zimam menerangkan, “Amal saleh yang dimaksud adalah amal yang sesuai dengan hukum-hukum Allah. Sebaliknya, jika tindakan kita tidak sesuai dengan hukum-hukum Allah ya tidak saleh.”
Dia mencontohkan, “Bangunan ini jika tidak dikasih penangkal petir, berarti tidak shalih, karena tidak tahu atau tidak mengerti hukum-hukum Allah.”
Kemudian, Zimam mengungkap hukum Allah atau sunatullah ada dua. Yaitu yang diwahyukan Quran dan yang tidak diwahyukan.
“Contoh yang diwahyukan Quran adalah guru mendidik anak-anak itu ingin mengangkat derajat anak-anak. Karena Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu,” ungkap Anggota Majelis Dikdasmen PNF PDM Gresik itu.
Tetapi, sambung Zimam, proses ini membutuhkan time respon yang panjang, tidak cepat. Butuh waktu satu generasi. Contoh yang tidak diwahyukan itu time respon-nya pendek. “Maka sekolah kalau ingin maju ya harus memahami sunatullah!” imbaunya.
Dia menilai, “Kesenjangan sekolah kita ini sangat lebar. Nah, untuk mempersempit kesenjangan itu diperlukan sinergi. Inilah urgensi dari pertemuan kita hari ini.”
Sekolah Maju Berkembang Tumbuh
Ketua Dikdasmen PNF PDM Gresik M Fadloli Aziz SSi MPd mengingatkan kepada semua kepala sekolah yang diundang. “Sekolah kita itu milik persyarikatan, bukan milik kepala sekolah. Kepala sekolah itu sebagai pengelola, diamanahi oleh persyarikatan untuk mengelola sekolah,” terangnya.
Aziz kemudian menunjukkan data sekolah/madrasah Muhammadiyah di Kabupaten Gresik. Pertama, jumlah sekolah maju. “Dari total 80 sekolah/madrasah, yang mempunyai jumlah siswa lebih dari 300 ada 13 sekolah,” ungkapnya.
Sementara yang mempunyai jumlah siswa antara 60 sampai 300 siswa, kata Aziz, ada 48 sekolah/madrasah. Ia menyebutnya sekolah berkembang.
Adapun yang mempunyai jumlah siswa kurang dari 60, ada 19 sekolah. Ia menyebutnya sekolah tumbuh.
Karena itu, pihaknya sengaja mengundang kepala sekolah maju dan kepala sekolah tumbuh serta Majelis Dikdasmen Cabangnya untuk menyamakan persepsi. “Bersama-bersama mengembangkan amal usaha Muhammadiyah secara bersinergi,” harap Aziz.
Ia juga berharap, sekolah maju berkenan mendampingi sekolah tumbuh. Demikian juga sebaliknya, sekolah tumbuh berkenan mendapat pendampingan dari sekolah maju.
Tujuan sinergi pendampingan ini untuk mencapai target 2023 ke 2027. Pertama, sekolah yang sudah akreditasi mengalami peningkatan dari 68,75 persen menjadi 85 persen. Kedua, jumlah sekolah berkembang berkurang dari 23,75 persen menjadi 10 persen. Ketiga, sekolah maju bertambah dari 16,25 persen menjadi 25 persen. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari