PWMU.CO – Di Bali, seluruh siswa Kelas 8 MTs Muhammadiyah 2 (Madtsamuda) Paciran Lamongan melakukan study tour untuk belajar kebudayaan, Selasa (24/10/2023).
Menurut Wakil Kepala (Waka) Kurikulum Madtsamuda Paciran, Husnul Anim MPd, kegiatan ini dilakukan agar siswa bisa belajar budaya tidak hanya dari buku dan di kelas saja, tapi bisa belajar secara langsung oleh narasumbernya.
“Kami secara langsung datang ke Bali untuk mempelajari kebudayaan Bali, yang sudah pasti berbeda dengan budaya Jawa,” ucapnya.
Sebanyak 167 siswa yang didampingi oleh 34 guru, berangkat pada hari Selasa (24/10/2023) setelah dhuhur. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 5 hari, mulai dari hari Selasa hingga Sabtu (24-28/10/2023).
Selama di sana, rombongan Madtsamuda yang terbagi menjadi 4 bus, dipandu oleh 4 tour guide asli Bali. Para tour guide ini menemani perjalanan siswa dan menceritakan sejarah-sejarah yang perlu diketahui. Bahkan, mereka juga mengajarkan sedikit-sedikit Bahasa Bali kepada para siswa Madtsamuda.
“Nama saya, Ni Wayan Yanti. Adik-adik bisa memanggil saya Mbok Yanti,” ucap tour guide bus 4 dalam perkenalannya.
Mbok Yanti menjelaskan arti dari namanya tersebut. Ni merupakan nama yang menunjukkan perempuan. Sedangkan Wayan, menunjukkan arti anak pertama dan Yanti adalah namanya sendiri.
“Wayan atau Nyoman menunjukkan anak pertama. Sementara Made untuk anak kedua, kalau anak ketiga itu Komang, sedangkan anak terakhir adalah Ketut. Nah, kalau anak kelima kembali lagi ke Wayan atau Nyoman itu. Wayan, Made, Komang dan Ketut itu nama diberikan sejak sebelum lahir bahkan bawaan,” jelas Si Mbok Yanti dengan logat Bali.
Selain dijelaskan tentang budaya Bali, siswa Madtsamuda juga diajak untuk melihat pertunjukkan Tari Barong. Menurut Mbok Yanti, pertunjukkan tari Barong awalnya tidak untuk pertunjukan, melainkan untuk peribadatan yang berasal dari kata Barongan.
“Akan tetapi banyak turis yang datang ke Bali merasa penasaran, sehingga banyak yang mengintip dan mencuri untuk mengambil gambar. Sementara masyarakat Bali pada saat itu merasa terganggu dengan hal tersebut,” paparnya.
“Maka, pada tahun 1936 Tari Barong mulai dipertunjukkan untuk umum seperti yang adik-adik lihat tadi,” imbuhnya.
Belajar Budaya hingga Agama
Salah satu siswa kelas 8 IT Putra, Aqil Haibatullah menyampaikan keseruannya selama berada di Bali. Dia mengaku belajar banyak hal tentang Bali mulai dari budaya hingga agama.
Aqil juga menceritakan pengalamannya saat melaksanakan sholat Jumat di sana. Hal yang tidak akan ia lupakan adalah saat shalat Jumat di depan Pura.
“Seakan-akan kita kolaborasi antara agama Hindu dan Islam. Jadi kita bisa belajar toleransi. Kenapa tidak dengan shalat di Pura?” katanya.
Lain halnya dengan Anisa Nur Fitriyani. Siswi kelas 8C ini menyampaikan kerinduannya mendengar adzan, karena selama di Bali ia tidak pernah mendengarkan adzan. Saat akan shalat, ia hanya berpatokan jam yang dilebihkannya 1 jam karena jarak WIB dan WITA.
“Kangen denger adzan karena di sana tidak pernah dengar adzan. Pas pulang dan denger suara adzan, jadi merasa Alhamdulillah dengar adzan lagi,” ucapnya sambil tertawa.
Kepala Madtsamuda, Millazul Faida MPd menjelaskan maksud anak-anak kelas 8 diajak ke Bali adalah agar mereka merasakan perbedaan budaya dan agama di sana. Sehingga harapannya anak-anak mampu memiliki rasa toleransi dengan agama lainnya sebagaimana halnya Quran Surah al-Kafirun.
“Agar mereka bisa belajar memahami kebudayaan dan agama lainnya. Mereka juga akan mengetahui sejarah-sejarah daerah Bali dari tour guide atau pemandu di setiap bus. Kan dalam QS Al Kafirun Agamamu agamamu sedangkan Agamaku agamaku. Jangan sampai siswa Madtsamuda tidak bisa menghargai orang lain,” tuturnya. (*)
Penulis Zulfatus Salima Editor Nely Izzatul