PWMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Dra Hj Shoimah Kastolani mengatakan bahwa anak itu ibarat air dalam bejana. Siapa saja bisa mengubah air itu menjadi baik dan tidak baik. “Oleh karena itulah untuk mewujudkan tujuan PP Muhammadiyah akan pendidikan kader 6 tahun bagi kader putri ini, maka selain pembentukan sikap, Muallimat juga memberi sentuhan kepribadian,” ujarnya.
Menurut Shoimah, salah satu tujuan pendidikan di sekolah kader 6 tahun ini adalah untuk mencetak putri-putri shalihah yang bisa menjadi hijab bagi orangtua dari pintu neraka. Shoimah menyampaikan hal itu pada orang tua atau wali siswi Madrasah Muallimat Muhammadiyah, di Jalan Suronatan II/653 Notoprajan Yogyakarta, (12/7).
(Baca: Melihat dari Dekat Madrasah Mu’alimaat Mencetak Kader Hebat)
Shoimah menjelaskan sebagaimana misi Rasulullah SAW saat diutus oleh Allah, tugas pertama seorang rasul adalah makaarimal akhlak (menyempurnaan akhlak). “Maksudnya mempunyai tanggung jawab untuk perbaikan akhlak, agar bisa keluar dari kejumudan dan kejahiliyahan. Bukan saja bodoh dalam hal pengetahuan, tapi juga terkait dengan moral,” jelasnya.
Tugas kedua, kata Shoimah, adalah mengembalikan posisi manusia sebagai hamba yang wajib taat semua perintah Allah dan sebagai khalifah di muka bumi ini untuk bisa mengatur dan mengelola semua potensi yang terkandung dalam alam semesta ini. “Karena itulah, maka untuk membangun generasi muda ini kurikulumnya adalah Alquran,” papar dia sambil mengutip hadits riwayat Muslim.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini, apabila mau mau membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Dan Allah juga akan merendahkan suatu kaum bila tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkannya.”
(Baca juga: Ahli Vaksin: Jangan Abaikan Hak Kesehatan Anak Termasuk Imunisasi MMR)
Karena itulah, tambahnya, ilmu yang berbasis Alquran ini akan diberikan di madrasah maupun di asrama. “Bersyukurlah sekarang ini semua siswi bisa ditampung di asrama. Beda dengan zaman saya dulu,” kenang Shoiman yang juga alumni madrasah tersebut.
“Sebagai calon penerus perjuangan gerakan Muhammadiyah, siswi – siswi harus menjadi orang yang bertaqwa, yaitu takut pada Allah dan takut berbuat maksiat dengan cara mengamalkan Alquran untuk mempersiapkan kehidupan dihari akhir,” kata dia. “Sebaik apapun prestasi, pasti tujuannya adalah kesuksesan dunia akhirat.”
Salah satu Badan Pengurus Harian itu mencontohkan bagaimana Muallimat saat era bulgur—jenis makanan pokok yang populer pada akhir era 60-an. “Coba bayangkan di era bulgur, di mana PKI telah menginjak-injak harkat dan martabat bangsa. Muallimat bisa melahirkan kader-kader putri militan untuk membela bangsa dan negara,” tegas dia.
(Baca juga: Peradaban Berkemajuan Bisa Dibangun dengan Ilmu dan Amal)
Nah, tuturnya, di era sekarang ini lebih sulit lagi. “Karena perang melawan nafsu. Kondisi masyarakat dengan fenomena keserakahan akibat terlalu banyaknya kenikmatan, telah melahirkan banyaknya koruptor,” ujarnya. Untuk membentengi itu semua, pesan dia, maka pendidikan di Muhammadiyah harus mampu melahirkan siswi yang cerdas, penuh kreativitas dan inovasi, serta tidak menjiplak sana sini.
Menurut Shoimah, hal itu bisa diwujudkan dengan pola asuh qurani, yaitu dengan senantiasa dipaparkan dengan kalimat-kalimat thayyibah, keteladanan, melalui belajar Alquran dengan model tadarus yang meliputi tilawah dan tahsin, kemudian tahfidz dengan murajaah. Selanjutnya tadabbur dengan tafhim dan yang terpenting adalah mengamalkannya.
Lebih lanjut Shoimah menyampaikan bahwa sekolah kader putri Muhammadiyah 6 tahun ini diharapkan bisa mencetak kader sebagai zu’amma (tokoh masyarakat), ulama (tokoh agama), dan mu’allim (pendidik).
(Baca juga: Romantisme Haedar-Noordjannah: Masakan Cah Kangkung Mas Haedar Paling Disukai Anak-Anak)
“Guru tidak hanya di depan kelas saja tapi juga di tengah-tengah masyarakat, sebagai penganjur islam serta pemimpin putri Islam,” harap Shoimah.
Dia mengungkapkan, bahwa harapan besar Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada siswi Muallimat agar menjadi kader emas Muhammadiyah yang bisa membawa nama harum di muka bangsa tercinta ini. “Maka tidak tanggung-tanggung Pimpinan Pusat Muhammadiyah sendiri yang akan mengawasi semua proses pembelajaran,” papar dia.
Oleh karna itu, Shoimah menjelaskan, mulai kelas satu semua siswi juga sudah mulai mengikuti perkaderan formal ortom Muhammadiyah, dalam hal ini IPM dengan tahapan-tahapan sesuai dengan kaidah organisasi.
(Baca juga: Kunjungi Mu’allimin, Dubes Inggris Beri Kuliah Subuh dan Makan dengan Menu Santri)
“Di sini, di Madrasah Muallimat yang merupakan sekolah untuk mencetak kader putri Muhammadiyah, guru tidak hanya sekadar mentransfer ilmu saja, akan tetapi saat mendidik diwajibkan selalu melantunkan doa-doa agar harapan Muhammadiyah untuk mendapatkan kader putri yang tangguh dikabulkan oleh Allah,” tegasnya.
Shoimah juga mengatakan bahwa harapan besar itu juga tidak lepas dari peran orang tua untuk senantiasa mendorong dan mendoakan putrinya. “Kkarena doa orang tua utamanya doa ibu itu, setajam silet,”ujar Shoimah mengakhiri materi bertema Mencetak Kader Muhammadiyah dan Aisyiyah Berjiwa Qurani melalui Pendidikan 6 Tahun. (Uzlifah)