PWMU.CO – Penanganan kegawatdaruratan sehari-hari dijelaskan dalam Pelatihan P3K dan Kebencanaan Rumah Tangga yang diadakan Departemen Kesehatan dan Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LHPB) Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik.
Di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Anggota Lembaga Resiliensi Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr Imam Suyuthi SpAn narasumber utamanya. Pelatihan ini juga menghadirkan Tim Komite Kesehatan Bencana dari Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG).
Dokter Imam awalnya menjelaskan tentang penanganan perdarahan. Direktur RSMG ini mengungkapkan jenis perdarahan. Yakni terbuka dan tertutup.
“Perdarahan luar, terbuka, merupakan perdarahan yang terjadi karena rusaknya jaringan kulit yang diikuti oleh adanya kerusakan dinding pembuluh darah. Perdarahan dalam, tertutup, merupakan perdarahan yang tak terlihat dan tidak disertai adanya kerusakan kulit. Perdarahan ini terjadi di organ bagian dalam,” terangnya.
Dokter Imam lantas bercerita, “Sekarang banyak jambret, mereka tidak segan melukai. Misal tas diambil, njenengan menghindar, kalau ada luka tusuk, pisaunya atau apapun yang menusuk itu jangan dicabut!”
Kalau dicabut, sambung dr Imam, kalau kena pembuluh darah besar malah pecah. Padahal harusnya jadi tampon. Akibatnya, terjadi perdarahan. “Ditariknya nanti saat operasi! Repotnya Kalau nggak dioperasi, dibawa ke dukun sebelah rumah,” ujarnya bersambut tawa 100 kader Nasyiah sekabupaten Gresik.
Mengapa tidak boleh ditarik? Kata dr Imam, supaya benda menusuk tidak bergerak lebih dalam lagi. “Butuh difiksasi (dipegangi) supaya pisaunya nggak bergerak ke kanan kiri. Buat kasa bentuk donat melingkari luka, diplester. Bikin ‘donat’ dari kasa,” tuturnya.
Dia lantas mempraktikkan bersama tim KKB RSMG cara membalut tangan hingga menyerupai donat, “Ini tertusuk, Bikin donat dari kain, sarung, kulot, seadanya barang di rumah. Difiksasi biar nggak tambah masuk penusuknya.”
Perdarahan Lainnya
Terkait penanganan perdarahan ini, berbagai pertanyaan datang dari peserta. Salah satunya cara menangani ketelusupen. Kata dr Imam, caranya adalah diambil benda yang masuk itu.
“Ujungnya ambil pakai pinset. Kalau nggak bisa pakai pinset, dioperasi, dibuka. Kalau saya di desa dulu disudet. Tapi jangan nunggu nanahen. Diambil lalu dibersihkan,” tuturnya.
Pertanyaan lain datang terkait cara penanganan kalau ada perdarahan di gusi. Dokter Imam menjawab dengan mengingatkan peserta bagaimana ketika habis cabut gigi. “Dikasih kasa, disuruh gigit,” ungkapnya.
Dia meluruskan, kalau dicelup pakai air dingin rasionalnya belum ada. “Orang dulu mungkin mengira kalau pakai air dingin, pembuluh darah akan mengkerut sehingga luka berhenti,” terangnya. Tapi dr Imam menyarankan, sebaiknya dibersihkan lukanya, lalu ditekan.
Penanganan mimisan juga menjadi pertanyaan peserta. Kata dr Imam, “Kalau bisa ditekan. Ditekan dulu di tulang lunaknya. Kalau belum ngatasi, dibawa ke RS.”
Kalau ekstrem banget, lanjutnya, biasanya dokter memasang tampon. “Dimasukkan kasa, ada yang kasanya ditambah obat yang menyebabkan pembuluh darahnya mengecil,” ungkapnya, Ahad (3/12/2023) pagi.
Dia menjelaskan, di hidung ada pembuluh darah depan dan belakang. Kalau depan, kata ayah dua anak ini, lebih mudah dihentikan. Sedangkan kalah pembuluh darah belakang lebih susah berhenti perdarahannya.
Dia juga menyarankan kalau anak mimisan, sebaiknya tidak mendongak. Karena darahnya akan justru mengalir ke lambung. Keluarkan saja lewat hidung, tapi tidak dipaksakan keluar juga. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni