PWMU.CO – Nasyiah sekabupaten Gresik langsung praktik padamkan kebakaran di lahan samping Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik. Tepatnya di Jalan Raya Permata No 7, Kembangan, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Ahad (3/12/2023) siang, tampak kobaran api muncul dari sebuah tong logam di tengah lahan berrumput itu. Lima tim Komite Kesehatan Bencana RS Muhammadiyah Gresik (RSMG) ada di dekatnya. Seratus peserta maupun panitia Pelatihan P3K dan Kebencanaan Rumah Tangga mengelilinginya.
Mereka sengaja berdiri mengelilingi kobaran api itu untuk praktik memadamkannya menggunakan karung goni basah. Tak jauh dari sana, ada pula tong serupa berisi air untuk membasahi karung goninya.
Beberapa pasir ditambahkan Fuad Ramadhan, salah satu tim KKB RSMG, ke dalam tong agar kobaran api itu tetap menyala. Fuad sigap mencontohkan bagaimana karung goni yang basah, baru dicelupkan dari tong satunya, ditutupkan perlahan ke kobaran api itu hingga menutupi seluruh tong. Tiga peserta pun praktik langsung setelahnya. Salah satu panitia, Nurul Azizah SPsi, pun berminat untuk mencoba.
Mengenal Segitiga Api
Sebelumnya, peserta menyimak materi tentang kebakaran dan cara menanganinya di lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik. Ketua Komite Kesehatan Bencana RS Muhammadiyah Gresik (RSMG) Sayid Shidiq SKepNs menerangkan, “Meski sudah musim hujan, gak menutup kemungkinan kebakaran meningkat karena korsleting listrik.”
Dia juga menjelaskan, kebakaran disebabkan api. “Jadi kita perlu belajar apinya. Gimana cara api tidak terbentuk. Kita selesaikan apinya, penyebabnya. Kalau kita selesaikan akibatnya, penyebabnya bisa muncul lagi,” ungkapnya.
Segitiga api dia ungkap. Yakni ada oksigen, panas, dan bahan bakar. Yang dimaksud bahan bakar itu apa pun yang bisa membakar. Semua benda yang bisa terbakar dianggap bahan bakar. Seperti bensin, kain, kertas, minyak, alkohol, dan kayu.
Kemudian Sayid mengenalkan panas, suhu yang tinggi. “Segala sesuatu yang suhunya tinggi disebut sumber panas. Tidak hanya korek api,” imbuhnya.
Karena itulah, kata Sayid, yang harus dihilangkan ialah apinya. “Kalau ada kebakaran disiram air, api jadi padam. Karena suhunya diturunkan. Suhu air biasanya hampir sama suhu ruangan atau di bawahnya. Ketika suhu turun drastis, tidak terjadi api,” terangnya.
Kesimpulannya, kalau mau memadamkan api, hilangkan salah satunya dari segitiga itu.
Kebakaran
Sayid lantas menerangkan kebakaran. Menurut para peserta, kebakaran adalah api yang besar, tidak bisa dikendalikan, membahayakan. Sayid meluruskan, “Kebakaran adalah api yang berada di tempat dan tujuan yang tidak diharapkan, tidak bisa dikendalikan.”
Dia menyarankan untuk ambil langkah menutup pakai kain yang dibasahi. “Kenapa pakai dibasahi? Biar suhunya turun. Kerapatan kain bertambah kalau ada air. Pori-pori kain rapat, kena air mengembang, oksigen tidak bisa bersentuhan langsung dengan api,” jelas Sayid.
Kalau kompor listrik, sambung Sayid, listriknya dimatikan baru kainnya ditutupkan. “Kalau listrinya tidak dimatikan nanti kesetrum,” ungkapnya.
Dia pun menjelaskan cara menyelamatkan diri yang baik dan benar dari asap kebakaran. “Setiap asap akan selalu naik, ke atas. Kecuali asap dry ice. Terjadi kebakaran, berjalanlah dnegan merunduk. Jalan keluar, ketika semua padam, cari cahaya terang. Warna cahayanya bukan merah karena itu api,” tuturnya.
Adapun cara mengevakuasi diri dari kebakaran ada empat. Pertama, tidak panik. “Semua bisa dikendalikan. Tenangkan diri. Ambil napas,” terangnya.
Kedua, cari penutup tubuh. “Pakai apa saja pokoknya bisa basah. Api itu biar tidak menyentuh langsung ke kulit,” ujarnya.
Ketiga, jalan dengan membungkuk. Keempat, tidak tergesa-gesa. “Ketika emergency terjadi, tidak ada orang yang tidak menyelamatkan diri. Alamiah manusia itu,” tegasnya.
Selain tahu, dia menegaskan perlu yakin bisa menolong ketika mau menolong. Dia juga menegaskan pentingnya tiga A. “Amankan diri, amankan lingkungan, baru amankan korbannya,” tutupnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni