PWMU.CO – Siswa SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik Jawa Timur belajar tanam padi dalam kegiatan Field Trip di Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan, Senin (18/12/2023).
Pagi itu,lapangan SD Muhammadiyah 1 GKB dipadati siswa kelas IV yang memakai baju olahraga. Mereka duduk dengan tertib sambil membawa tas masing-masing. Senyum tergambar jelas di wajah mereka karena hari itu mereka akan mengikuti kegiatan Field Trip.
Sebelum berangkat, siswa mendapat arahan dan motivasi dari kepala SD Mugeb, M Nor Qomari SSi. Didampingi 10 guru, siswa berangkat meninggalkan sekolah pukul 07.00 WIB. Mereka berjalan dengan tertib menuju bus yang terparkir di Jalan Griya Kembangan Asri (GKA).
Selama perjalanan, siswa terlihat antusias dan tidak sabar segera sampai di tujuan. “Kita udah nyampe mana, Us? Berapa lama lagi us sampainya?” Pertanyaan yang sama berulang kali terlontar dari para siswa.
Pukul 09.00 WIB rombongan kelas IV SD Mugeb sampai di Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan. Mereka kemudian dijemput dengan kereta wisata yang siap mengantarkan ke beberapa spot wisata. Mereka naik bus wisata sesuai rombongan kelas masing-masing.
Di spot pertama, siswa dibuat bertanya-tanya dengan arahan kru edukasi dari Agrowisata Bhakti Alam yang menyuruh mereka melipat ujung celana dan lengan baju.
Siswa pun terkejut saat mereka diajak ke ladang lumpur. Mereka diberi bibit padi dan diajak untuk berpraktik menanam padi bersama. Sebelum menanam, salah seorang kru edukasi pun menjelaskan cara menanam padi.
“Silahkan bibit padinya dipisah menjadi 3 bagian. Kira-kira kalau petani menanam padi itu arahnya maju apa mundur ya?” tanya sang pemandu.
Jawaban siswa pun beragam, ada yang menjawab, “Maju” maupun “Mundur”. Sang pemandu kemudian menjelaskan petani menanam padi dengan arah mundur. Dia pun memberi contoh cara menanam padi yang benar dan diikuti oleh para siswa.
Setelah menanam padi, siswa pun diajak merasakan pengalaman memerah susu sapi. Meskipun tidak semua siswa yang mencoba, mereka terlihat menyimak penjelasan kru tentang teknik memerah sapi yang benar.
“Geli us, pas dipegang itu kayak licin gitu. Baru pertama kali nyoba sih ini,” ujar Firaz Dzaka Manggala, siswa kelas IV Isa seusai mencoba memerah sapi.
Spot selanjutnya adalah pembuatan biogas. Siswa dijelaskan tentang pembuatan dan manfaat biogas serta ditunjukkan cara membuat biogas di sana. Setelah dari spot biogas, siswa diajak berkunjung ke pabrik pengolahan susu. Di sana mereka melihat langsung proses pembuatan susu pasteurisasi.
“Susu pasteurisasi adalah susu yang dipanaskan hingga mencapai 75 derajat. Kemudian didinginkan mencapai 10 derajat yanng bertujuan membunuh bakteri. Setelah didinginkan, dicampur dengan larutan gula, perasa dan pewarna,” ujar salah satu pemandu.
Setelah mendengarkan penjelasan tentang proses pembuatan susu, siswa mencicipi olahan susu berupa yoghurt dan mereka pun juga membeli es krim dan yoghurt yang dijual di sana.
Setelah puas makan es krim dan yoghurt, mereka melanjutkan perjalanan ke pawon desa yang merupakan tempat mengolah kripik. Disana disediakan tester minuman beras kencur dan sinom serta berbagai macam kripik.
“Enak sinomnya, ustadzah coba deh. Aku udah coba,” tutur M Grissee Al Fahrizi, salah seorang siswa yang memang gemar minum minuman tradisional.
Setelah dari pawon desa, kereta wisata membawa para siswa berkeliling perkebunan. “Bisa dilihat yaa, di sebelah kanan kita ada tempat budidaya melon. Melon yang ada disini ada melon golden langkawi,” terang pemandu wisata.
Tak hanya melon, siswa juga melihat perkebunan kelengkeng, durian, mangga, belimbing, jambu kristal, jeruk, dan belimbing. Namun yang paling menarik perhatian adalah buah durian. Disana ada pohon durian jenis lokal, musangking, dan montong.
Siswa kelas IV Ibrahim Azkadina Naurah Halwa mengaku, bagian paling menyenangkan pada agenda field trip kali ini adalah saat menanam padi.
“Seru banget. Aku suka nyebur di lumpur, tadi itu seru banget pas menanam. Berasa seperti jadi petani. Aku mau lagi,” aku Naurah -panggilannya- saat diwawancarai PWMU.CO di bus ketika perjalanan pulang. (*)
Penulis Mar’atus Sholichah. Editor Ichwan Arif.