PWMU.CO – Menit-menit menegangkan di depan oven dilalui dengan sabar oleh peserta Live in Journey asal SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik. Ialah Muhammad Azzabran Bahy dan Muhammad Zhafran Ihtisyam.
Pandangan Zabran dan Isyam–sapaan akrab mereka–tak lepas dari oven yang di dalamnya ada tiga loyang bakal roti gulung buatan mereka. Meski teman-temannya menunggu sambil menikmati es sirop di ruang tamu Sumarnih, juga bermain kucing di teras.
Marnih, sapaan akrabnya, merupakan pemilik katering Fiza Bakery sejak 2004 yang melayani pesanan nasi, kue, roti, maupun hantaran. Wali siswa MIM 10 Jombang ini telaten mengajari peserta Live in Journey bikin roti gulung, Kamis (21/12/2023) sore.
Usai 5 menit memasukkan ketiga loyang ke oven, Zabran dan Isyam masih berdiri tegang menunggu rotinya matang. Mereka memang yang paling antusias di sesi belajar membuat roti.
Marnih pun menawarkan kepada mereka apakah ingin melihat kondisi kuenya. Keduanya langsung mengiyakan. Jemari mungil Zabran dan Isyam pun kompak membuka pintu oven. Setelah mengecek sekitar 5 detik, mereka menutup kembali pintu ovennya.
Setelah berdiri menunggu 30 menit sambil bersandar di dinding dan berbincang dengan Zabran, Isyam memberanikan diri bertanya kepada Marnih, “Kira-kira berapa menit lagi?”
Marnih yang juga berdiri di dekatnya memperkirakan 10 menit lagi. Dia pun menyarankan Isyam dan Zabran ikut bermain bersama teman-teman agar waktu menunggu tak terasa lama.
Zabran akhirnya melangkah keluar menuju teras. Isyam mengikuti di belakangnya sambil menghitung detik-detik menjelang rotinya siap digulung. “Satu, dua, tiga, empat, ….”
Bikin Roti Gulung
Sebelumnya, Marnih mengajari siswa SD Mugeb maupun MIM 10 Jombang bikin roti gulung di dapur rumahnya. “Kita membuat 3 loyang. Resep 1 loyang butuh 4 telur,” ungkap bunda Naura Hafizah, alumnus MIM 10 Jombang yang kini duduk di bangku kelas I SMP.
Dia lantas menyilakan beberapa siswa mencoba memecahkan telor ke wadah. Para siswi inisiatif mencoba dulu. Kemudian Zabran ikut membantu memecahkan telor. “Ini kalau besar jadi chef ya,” ujar Marnih ketika Zabran sukses memecahkan beberapa telor.
Zabran dan Isyam pun semakin semangat terlibat di setiap prosesnya. Zabran bertanya ke Marnih tentang bahan yang sedang merek olah. “Ini butter sama mentega,” terang Marnih.
Aniqah Khaira Sunandar yang berdiri melingkar pun bertanya perbedaannya. “Kalau mentega kandungan lemaknya lebih banyak,” ungkap Marnih yang kini putra bungsunya bersekolah di MIM 10 Jombang.
“Gulanya per loyang 100 gram. Jadi total 300 gram,” sambungnya sambil menuangkan gula.
Zabran pun berinisiatif mengungkap nama alat mixer yang tengah mereka gunakan untuk mencampurkan semua bahan. “Aku sering lihat masak-masak jadi tahu,” ungkapnya.
Sementara Marnih memasukkan pengembang kue. Mixer dia nyalakan kembali lalu menunggu adonan sampai mengembang sekitar 10 menit. Anak-anak juga diajak menimbang terigu sebanyak 150 gram dan memasukkan perasa vanila. Lagi-lagi, Zabran antusias dan sabar memasukkan terigu sedikit demi sedikit ke loyang.
Tahap terakhir sebelum memasukkan roti ke oven ialah menghias permukaannya dengan adonan cokelat secara bergantian. Alhasil, di permukaan roti itu tertulis Live In SD Mugeb (simbol love) MIM 10.
Belajar Keterampilan
Roti gulungnya matang tepat saat adzan Maghrib berkumandang. Alhasil, mereka berpamitan dan langsung berjalan atau bersepeda menuju Masjid at-Taqwa Dusun Kedunggalih, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Usai shalat Maghrib berjamaah dan menyimak kajian dari aktivis Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang Fakthul Munir, para siswa makan bersama roti bikinan mereka. Siswa SD Mugeb maupun MIM 10 Jombang sukses membaur akrab.
Kaswandi, pakde Keysha Enazwah, pun bersyukur keponakannya mengikuti program Live in Journey menjelang liburan sekolah. Saat guru pendamping membagikan foto kegiatan Keysha selama mengikuti program ini, dia memberi semangat Keysha untuk belajar keterampilan hidup.
“Saya bilang ke adik Keysha, adik tidak akan dapat pengalaman seperti ini jika tidak sekolah di SD Mugeb. Bilang terima kasih ke ustadz dan ustadzah yang telah memberi kesempatan untuk belajar mandiri dan bersyukur,” imbuhnya usai melakukan panggilan video dengan sang keponakan. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni