PWMU.CO – Mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) Universitas Muhammadiyah Gresik semester 3 melaksanakan micro teaching untuk siswa Madrasah Aliyah, Rabu (13/12/2023).
Kegiatan ini merupakan praktik mata kuliah Materi PAI MTs/MA yang diampu dosen Moh. Ahyan Yusuf S MPdl.
Di mata kuliah ini para mahasiswa diberikan tugas kelompok membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan PPT (Power Point) sesuai dengan materi yang telah ditentukan dosen.
Pada saat presentasi, mahasiswa PAI, Thalata Dea Merdeka bersama rekannya Syifa’ Asshabiy Almumayyiz, menyampaikan RPP mengenai materi al-Quran dan hadits tingkat MA dengan tema Betapa Autentiknya Kitabku.
Materi tersebut menjelaskan tentang apa itu mukjizat, syarat-syarat mukjizat,macam-macam mukjizat, pengertian i’jazul Quran, dan aspek-aspek kemukjizatan al-Quran.
Teman-teman perkuliahan berperan sebagai audiens atau murid dalam praktik micro teaching ini. Dosen sebagai pengawas.
Syifa’ Asshabiy Almumayyiz menjelaskan, mukjizat itu bukti kebenaran kenabian dari Allah swt. Bentuknya sesuatu atau peristiwa di luar kebiasaan hukum alam.
Mukjizat itu ada dua. Pertama, hissi yaitu mukjizat yang dapat dirasakan, dilihat, dan didengar indra manusia. Misal, terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa.
Kedua, mukjizat ma’nawi yang tidak mungkin dicapai oleh panca indra tetapi harus dicapai menggunakan kekuatan aqli atau akal. Contoh al-Quran.
”Gaya bahasa dan kandungan al-Quran sangat luar biasa yang tidak ada orang mampu menandinginya,” katanya. ”Allah menantang siapa pun untuk membuat satu surat bisa sehebat al-Quran tertulis di al-Baqarah: 23.”
Setelah materi disampaikan, audiens memberikan respon dengan pertanyaan: apa yang dimaksud dengan keautentikan mukjizat?
Presenter Syifa’ Asshabiy Almumayyiz menjawab pertanyaan tersebut,”Keautentikan itu artinya dapat dipercaya, sudah pasti benar, tidak ada yang dapat menandingi kebenarannya.”
Setelah mempresentasikan hasil RPP, dua presenter mendapatkan saran dari dosen Ahyan Yusuf. Dia menyampaikan, dalam penyampaian materi pelajaran harus lebih tegas dan berwibawa lagi sesuai dengan materi tingkatan yang didapatkan yaitu tingkat Madrasah Aliyah.
“Menjadi guru di kalangan siswa SMA/MA harus bisa menempatkan diri apalagi guru-guru muda perempuan biasanya rawan di kalangan siswa SMA apalagi SMK supaya tidak mudah diremehkan,” tuturnya.
”Harus bisa menjadi teman namun jangan lupakan harga diri dan martabat seorang guru,” tambahnya.
Syifa’ Asshabiy Almumayyiz mengatakan, diharapkan praktik micro teaching dapat memberikan pandangan kepada mahasiswa Pendidikan Agama Islam semester 3 Universitas Muhammadiyah Gresik bagaimana cara mengajar dengan baik dan benar sesuai dengan tingkatan pelajar di SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA.
Penulis Thalata Dea Merdeka Editor Sugeng Purwanto