Mengapa Pemilu Inklusif?
Tri Hastuti menjelaskan, secara umum pemilu harus bisa diakses oleh semua warga negara dengan keragaman identitasnya. Sementara itu, makna inklusivitas baru ditujukan pada kelompok penyandang disabilitas namun belum memberi perhatian menyeluruh pada kelompok marginal dan kelompok rentan lainnya.
“Seperti masyarakat adat, masyarakat daerah terpencil, kelompok buta huruf, lansia, ibu hamil dan menyusui, serta pekerja migran di luar negeri. Sudahkah mereka difasilitasi untuk mudah mengaksesnya? Ini perlu dicek, apakah sudah disediakan pendamping kompeten. Pemilu berkeadaban haruslah dapat memberi akses untuk semua,” terang dia.
Bahasan terakhir adalah bagaimana memilih pemimpin yang baik dalam pemilu. Sebelum itu, dia menegaskan kepada para kader Aisyiyah untuk menggunakan hak pilih dan jangan golput. Pasalanya partisipasi dalam pemilu akan mendorong proses pemilu prosedural menjadi demokrasi substantif. Partisipasi kita dalam pemilu dapat menghindari dari pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang tidak baik.
Dia lalu menguraikan kriteria pemimpin yang baik? Petama, muqsid (adil dan bijaksana) Kedua, yang mempunyai sifat wajib rasul atau berjiwa kepemimpinan profetik. Ketiga, mempunyai pandangan visioner, merasa setara dengan rakyat, dan tidak ekslusif’.
Sebagai penutup, dia mengingatkan tugas kita tidak berhenti pada saat pencoblosan. Namun ada tugas penting yaitu melihat dan mengawal program-program yang dijalankan pascapemilu dan pilkada. “Kita harus menjadi kader yang cerdas,” ucapnya.
Menurutnya, perbedaan pilihan janganlah sampai memecah belah organisasi. Memilih harus disesuaikan pilihan nurani masing-masing individu dengan mencari informasi sebanyak-banyanya sebelum memilih. Dia kembali mengingatkan bagi unsur pimpinan yang menjadi caleg atau timses maka dianjurkan cuti dari posisi pimpinan.
Ketua Majelsi Tabligh dan Ketarjihan (MTK) PP Aisyiyah, Evi Sofia Inayati SPsi mengatakan Aisyiyah hendaknya mampu berperan aktif sesuai kapasitasnya untuk menyukseskan pemilu.
“Februari 2024 nanti negara Indonesia mempunyai perhelatan besar berupa pemilu. Sebagai umat Islam dana bagian dari warga negara Indonesia, hendaknya kita mampu berperan aktif sesuai kapasitas kita untuk menyukseskan pemilu itu,” ujarnya.
Dia pun menjelaskan alasan pemilihan tema Pemilu Kerkeadaban pada GPM kali ini. “Kenapa kita angkat dalam tema GPM? Harapannya, perhelatan pemilu dapat berjalan baik dalam segala aspek dan hasilnya benar-benar berkualitas karena semua sudah teredukasi dengan baik,” terangnya.
Dia berharap, pemilu berkeadaban dapat mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. “Demokrasi kita tempatkan pada wilayah muamalah duniawiyah. Salah satu realisasi demokrasi adalah Pemilu. Pemilu merupakan alat untuk mencapai tujuan sebagai bangsa yang berkemajuan dan berkeadilan, yang goal besarnya adalah baldatunthayyibatun wa rabbun ghafur.” (*)
Penulis Nurul Hidayah Editor Mohammad Nurfatoni