Jangan Melempem di Lapangan
Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur yang juga Ketua Tim Adhoc Jimpolmu 2, Muhammad Mirdasy SIP, dalam kesempatan itu menyoroti peran politik perempuan yang kadang melempem di lapangan.
Dia mencontohkan dengan ringan dalam kehidupan suami istri di mana sang istri sangat getol, berani, semangat, dan berapi-api dalam menyuarakan suaranya atau membela calonnya. Namun ketika harus mengajak atau menyebarkan nilai baik itu kepada khalayak si istri melempem.
“Lo laopo ngajak dia, wong dia itu fans tulen si X (ngapain mengajak dia, wong dia itu fans tulen si X),” ujarnya mencontohkan.
Adalagi, “Gak wes, angel wong iku tuturane (udahlah, nggak usah. Orang itu susah dikasih tahu).” Lagi-lagi dia mencontohkan yang disambut tawa kencang hadirin.
Dari situ dia menjelaskan sebetulnya perempuan belum siap memaksimalkan potensinya dalam berpolitik dan berdakwah.
“Namanya dakwah itu kepada orang yang berbeda dengan kita agar sama sepaham dengan kita. Kan begitu ya Bu? La kalau dengan yang sama itu bukan dakwah namanya,” kata Mirdasy yang lagi-lagi memancing tawa hadirin.
Selain itu, dia juga mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penghambat minimnya keterlibatan perempuan dalam politik.
“Secara budaya, pertama, laki-laki sebagai tokoh adat identik dengan pemimpin dan itu terbawa dalam sistem pemerintahan. Kedua, perempuan seringkali terhambat oleh izin suami atau orang tua untuk dapat masuk ke dalam badan penyelenggara pemilu,” terangnya.
Selain itu, fakta di lapangan menunjukan bahwa dari 121 pendaftar, yang lolos 50 orang dan 10 di antaranya perempuan. Pada tahap akhir, hanya satu perempuan yang lolos.
“Ini catatan dan sekaligus PR (pekerjaan rumah) untuk kita semua. Masalah pengetahuan ini masih sulit dikejar oleh perempuan,” jelasnya.
Mirdasy memberikan acungan jempol kepada kader Aisyiyah, Nurul Amalia, yang berhasil masuk dalam KPU dan mempunyai pengalaman yang luar biasa.
“Ini patut kita pertahankan dan perbanyak yang seperti Mbak Nurul (Amalia) ini. Kita harus mendorong perempuan untuk mendapatkan posisi sebagai penyelenggara pemilu melalui pengadaan pelatihan kepemiluan dan penguatan ketrampilan perempuan itu sendiri,” katanya.
Mirdasy menutup pemaparannya dengan mengingatkan kepada semua agar memberi dukungan penuh pada kader yang mengikuti kontestasi.
“Mari kita dukung penuh mereka-mereka yang maju ini. Artinya secara kesiapan mental mereka sudah ada. Kepercayaan diri dan modal lain sudah siap. Ojok mek maido ae tok tapi ora ndukung (jangan hanya memprotes saja tapi tidak mendukung sama sekali), minimal diam jika menganggap mereka itu tidak sesuai kriteria Anda,” tutupnya.
Baca sambungan di halaman 3: Perempuan Pemilih Cerdas