PWMU.CO – PCM Tanggulangin mengadakan Sinergy Building di Aula Nyai Walidah SMA Muhammadiyah Sidoarjo (Smamda), Ahad (24/12/2023).
Acara yang bertajuk Peningkatan Kapasitas Manajemen dan Administrasi dalam Mewujudkan Muhammadiyah Tanggulangin yang Berkemajuan diikuti oleh anggota PCM Tanggulangin, PRM se- Tanggulangin, PCA dan perwakilan Ortom.
Ketua Bidang Majelis Kader dan Pengembangan Organisasi Suhadi SPd memaparkan, tujuan kegiatan ini untuk menjalin silaturrahim sekaligus membekali kepada para pimpinan terutama Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) yang baru saja melaksanakan Musyran.
Ketua PRM Randegan tersebut mengatakan, kegiatan Sinergy Building ini merupakan program ungggulan dari Majelis Kader dan Pengembangan Organisasi.
”Kami sudah menyiapkan konsep acara tidak hanya materi namun juga fasilitas yang memadai, buktinya di aula ini, sudah full AC, snack dan konsumsi,” seloroh Suhadi disambut gelak tawa peserta.
Dia mengatakan, pimpinan baru itu laksana mesin baru. Maka ini merupakan momentum untuk meningkatkan kualitas organisasi yang lebih baik dari sebelumnya.
”Muhammadiyah itu terkenal dengan sistem administrasi yang rapi dan kepatuhan organisasi yang kuat. Ini merupakan label yang positif. Setidaknya bisa menjadi modal semangat untuk terus belajar, khususnya di lingkungan PRM di PCM Tanggulangin,” papar Suhadi.
Penceramah Imam Mahfudzi MFil I, Wakil Ketua PDM Sidoarjo. Dia menjelaskan, keunikan Muhammadiyah sebagai organisasi terletak pada roda organisasi yang dijalankan.
Ini sebagai pembeda dari organisasi yang lain sekaligus menjadi faktor Muhammadiyah selalu eksis sampai sekarang.
”Di Muhammadiyah, struktur pimpinan persyarikatan disebut dengan pimpinan, bukan pengurus. Oleh sebab itu harus dibiasakan menyebut Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Atau kalau disingkat menjadi PP Muhmammadiyah, PWM, PDM, PCM dan PRM,” ungkapnya.
Sebagai organisasi modern dan berkemajuan, sambung dia, Muhammadiyah menjalankan roda kepemimpinan bukan berdasarkan figur atau ketokohan, melainkan berdasarkan prinsip kolektif kolegial.
”Artinya, setiap keputusan resmi persyarikatan, lebih-lebih yang kemudian dituangkan di dalam surat resmi, apakah itu surat keputusan, surat instruksi, surat edaran dan lain-lain, adalah hasil keputusan secara kolektif kolegial,” katanya.
Jika ada konflik di internal organisasi bagaimana, ini menjelaskan, diselesaikan dalam forum rapat resmi dan diputuskan secara kolektif kolegial.
“Dalam hal ini, pemahaman tentang struktur organisasi dan tugas pokok dan fungsi masing-masing kepemimpinan menjadi yang menentukan,” katanya.
Penulis Arief Hanafi Editor Sugeng Purwanto