PWMU.CO – Pribadi tokoh Muhammadiyah: kaya tapi bersahaja, taat tapi tidak radikal disampaikan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Biyanto MAg
Dia menyampaikan di acara Baitul Arqam Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gresik di Royal Tretes View Hotel di Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Sabtu (13/1/2024)
Awalnya dia menerangkan tentang Muhammadiyah sebagai Gerakan. “Muhammadiyah adalah harakah islamiyah atau islamic movement atau gerakan Islam,” demikian pernyataan Biyanto atau yang akrab disapa Pak Bi.
Jadi, lanjutnya, kalau Biyanto dari Gresik ke sini (Kabupaten Pasuruan) maka itu dinamakan gerakan. “Karena gerakan Islam maka Muhammadiyah terus bergerak. Hingga saat ini Muhammadiyah sudah memiliki Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) di 29 negara,” tuturnya.
Bergerak karena Ideologi
Menurut Pak Bi, Muhammadiyah terus bergerak karena ideologi. “Ideologi merupakan cita-cita, nilai-nilai yang menjadi rujukan sehingga dengan cita-cita tersebut maka tujuan Muhammadiyah bisa tercapai,” ujarnya sambil merujuk Surat Ali Imran 104.
“Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang yang beruntung.”
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini menegaskan di hadapan 99 peserta Baitul Arqam bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid. “Berakidah atau berasas Islam dan bersumber pada al-Quran dan as-Sunah,” jelasnya.
Muhammadiyah, lanjutnya, bekerja dan bercita-cita untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Pribadi Tokoh Muhammadiyah
KH Ahmad Dahlan merupakan tokoh Muhammadiyah yang disebut Pak Bin sebagai tokoh berkemajuan. Hal itu karena KH Ahmad Dahlan memiliki karakter unik di antaranya ningrat tapi merakyat, kaya tapi bersahaja, teguh tapi tidak angkuh, dan taat tapi tidak radikal.
Karakter kaya tapi bersahaja juga ditunjukkan oleh beberapa Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di antaranya Prof Dr Haedar Nashir MSi yang menunggu kedatangan kereta di sebuah stasiun. “’Presiden’ Muhammadiyah itu meletakkan oleh-oleh dari suatu acara tanpa pengawalan. Seperti penumpang lainnya. Sangat sederhana,” jelas Guru Besar Bidang Fisafat Islam itu.
Dia menambahkan, Buya Syafi’i Maarif juga sempat viral di sebuah media sosial karena terekam kamera HP sedang naik sepeda ‘unta’ menuju suatu tempat. “Pimpinan Muhammadiyah itu sangat bersahaja dalam kesederhanaannya,” ungkap Pak Bi sembari mengajak peserta Baitul Arqam meneladani sikap para pimpinan Muhammadiyah itu. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Mohammad Nurfatoni