PWMU.CO – Isra Mikraj: Kekuatan Spiritual dan Kesadaran Intelektual disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik M Thoha Mahsun MPdI Mhes dalam kegiatan peringatan Isra Mikraj SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gesik Jawa Timur, Selasa (6/2/2024).
Dalam mengawali kajiannya di Masjid Taqwa Spemdalas, dia menukil Surah al-Isra ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِه لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya, Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Thoha menjelaskan pada peristiwa Isra Mikraj Rasulullah SAW telah mengalami pembedahan yang dilakukan oleh Malaikat Jibril sehingga fisiknya sudah berbeda ketika melakukan perjalanan yang maha dahsyat tersebut.
“Sebelum itu, jasadnya itu seperti kita, ya makan ya minum ya buang air, tapi perhatikan, sebelum Rasulullah diberangkatkan oleh Allah lewat Isra Mikraj, itu Rasulullah dibedah dulu dadanya oleh malaikat. Jadi fisiknya Rasulullah itu sudah tidak seperti kita,” terangnya.
Thoha juga menjelaskan bagaimana Rasulullah bisa melewati perjalanan yang sangat jauh bahkan secara logika sulit dijangkau oleh akal sehat ketika Rasulullah masih dalam keadaan baik-baik saja setelah melakukan perjalanan dengan kecepatan super cepat itu.
“Pada ayat itu (Q.S. Al-Isra'[17]:1) itu disebutkan ‘Yang telah kami berkati sekeliling nya’, Nah itu ada yang menafsirkan sekelilingnya itu nabi Muhammad dilindungi, kalau ke antariksa itu kan pakai jaket khusus, kalau bahan biasa mungkin sudah nggak bertahan manusia di luar angkasa. Nah di samping fisiknya sudah diubah juga diubah oleh Allah sekelilingnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Thoha mengingatkan tema yang ia bawakan terkait penguatan spiritual. Bahwa peristiwa Isra Mikraj mengajarkan nilai-nilai spiritual bagi orang beriman, yang menurut orang lain tidak mungkin terjadi, namun atas kuasa Allah hal itu terjadi.
Bukti mukjizat Isra Mikraj lantas dikupas oleh M Thoha Mahsun dalam kesempatan ini. Pertama, Isra Miraj peristiwa yang tidak pernah terjadi pada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.
“Dimana Nabi melakukan teleportasi, perjalanan yang cukup jauh, bertele-tele, namanya teleportasi, perjalanan yang cukup jauh itu nggak ada, di zamannya mulai Nabi Adam mulai Nabi Isa, yang ada hanya di zaman Rasulullah SAW,” imbuhnya.
Bahkan, menurutnya sampai sekarang pun dengan kemajuan teknologi saat ini belum ada perjalanan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam Isra Mikraj. “Kedua, tersirat dari peristiwa Isra Miraj adalah perintah sholat dan masjid. Bahwa kehidupan kita ini tidak boleh jauh-jauh dari masjid,” ucapnya.
Thoha menuturkan ada satu hadis Nabi, bahwa besok ketika di Padang Mahsyar tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah, itu diberikan salah satunya kepada pemuda atau pemudi yang hatinya selalu nyantol dengan masjid.
“Di Padang Mahsyar itu menakutkan, tapi berbahagialah pemuda dan pemudi yang hatinya selalu nyantol di masjid. Dan sampean ini uwenak, sekolahnya ada masjidnya, ada AC di masjidnya,” tuturnya.
Dia lantas menghimbau agar siswa ketika di masjid memanfaatkannya untuk berdzikir, bukan melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat agar mendapatkan naungan Allah di Padang Mahsyar.
Bukti mukjizat Isra Mikraj yang ketiga, menurut Thoha ialah peristiwa Isra Miraj memberikan pembuktian keimanan seseorang. Dia lantas mengisahkan Abu Bakar ketika menjadi orang pertama yang meyakini kebenaran Isra Miraj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Hal itu juga yang membuat Abu Bakar mendapatkan gelar As-Sidiq
“Ketika orang-orang kafir Quraisy tidak ada yang percaya dengan peristiwa Isra Miraj, Abu Bakar orang yang pertama membenarkannya,” jelasnya.
Setelah memaparkan bukti mukjizat Isra Mikraj, Thoha lantas memaparkan hikmah Isra Miraj. Yaitu terkait shalat. Menurutnya, shalat yang menjadi perintah Allah yang disampaikan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW dalam Isra Mikraj memiliki makna mendalam.
“Makna filosofis gerakan shalat, pertama shalat ini tidak boleh dibuat main-main. Berdiri bermakna ketegaran, sebagaimana manifestasi sifat Tuhan. Kita ini hidup harus tegak, kita hidup harus lurus, dan kita hidup harus kuat,” terangnya.
Selain itu, takbiratul Ihram bermakna menyerahkan diri. Kita pasrah sebagaimana ketika perang, kalau menyerah maka mengangkat tangan.
“bersedekap bermakna ketidakberdayaan, hanya memohon pertolongan kepada Allah. Rukuk, bermakna tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan. I’tidal bermakna rendah diri dan lemah terhadap Allah,” terangnya.
Adapun sujud, menurutnya ialah penghancuran diri, bahwa manusia tidak ada maknanya apa-apa maka tidak perlu sombong.
“Maka kalau bisa memaknai gini shalat kita akan tenang, santai,” ucapnya.
Adapun tasyahud sebagai bentuk kepasrahan. Dan salam bermakna kembali kepada kesadaran universal antara manusia alam semesta dan Allah SWT.
“Kita ini sama, makhluknya Allah, hambanya Allah, mengapa di kehidupan ini masih merendahkan orang lain, tidak hormat, berbuat tidak adil atau tidak baik kepada orang lain. Jadi Isra Mikraj ini pertama kekuatan spiritual dan kesadaran intelektual, yang kedua maknai shalat kita,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari. Editor Ichwan Arif.