PWMU.CO – Emas Olympicad Smamda Sidoarjo, salah satunya disumbang oleh ‘Gosting’. Karya inovasi media berhasil memenangkan peringkat pertama mendali emas Olympicad Ke-7 di Aisyiyah Boarding School (ABS) Baleendah, Kabupaten Bandung Jawa Barat. Media pembelajarantersebut dipresentasikan oleh Risha Iffatur Rahmah MPd, guru SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo Rabu (6/3/2024).
Risha menyatakaan penamaan, Gosting tidak mengacu pada makna ditinggal begitu saja setelah diberi harapan dalam sebuah hubungan (ghosting). Melainkan akronim dari tahapan belajar: Let’s go, Go start, dan thinking! Yakni ‘segera berpikir!’.
Dia menjelaskan, media tersebut memanfaatkan pendekatan konservatif yang dimulai dari permasalahan lalu pengajar menyediakan sumber multiliteratur yang terkait guna menawarkan solusi.
“Nah, tahapan itu masuk ke dalam tes diagnostik untuk melihat perkembangan pola pikir peserta didik ke dunia usaha atau negosiasi,” ujarnya.
Mereka, para siswa, diberi permasalahan tentang pengusaha batik yang kesulitan mengembalikan modal sekaligus terlilit utang sehingga perusahaannya mengalami masalah finansial. Apalagi karyawan menuntut gaji.
Di sisi ini, mereka diarahkan untuk mencari solusi terbaik namun pengajar tidak boleh membocorkan kriteria penilaian kritis. Sehingga anak secara alami dapat menyelesaikan masalah itu.
Risha menerangkan, dari hasil analisis, 86 persen peserta masih menjawab dengan subjektivitas dan sebagian menawarkan tindakan reflektif. Sedangkan 14 persen mampu berpikir kritis dan menawarkan solusi yang baik.
“Adapun alasan yang ditemukan setelah ada pengamatan secara tidak langsung ialah seringnya gawai digunakan untuk bermain dibandingkan pembelajaran,” ujarnya.
Supaya mencapai tujuan pembelajaran mampu menulis teks fungsional dunia kerja (negosiasi) maka sebagai pengajar, kita harus melihat mereka pada tiga target reguler (bisa menghadapi segala tantangan); target kesulitan belajar (perlu pendekatan personal); dan pencapaian tinggi (perlu wawasan luar). Dengan menghafal beberapa anak yang masuk target itu barulah menerapkan pembelajaran sibergogi genre dengan diferensiasi konten, proses, dan produk.
Agar hasil sesuai maka mereka dikelompokkan sesuai dengan minat dari permasalahan yang disajikan. Bukan lagi homogen melainkan heterogen. Inilah yang mengharuskan pengajar menghafal siswa berdasar target untuk menggali potensi soft skill negosiasi ke dunia bisnis.
Hasil penerapan media ini rata-rata 94,6 persen peserta didik memperlihatkan perubahan yang signifikan dari awalnya hanya 14 persen yang berhasil.
Perubahan tersebut, kata Risha, memanfaatkan metode pembelajaran konservatif berbasis sibergogi genre. “Suatu metode yang efisien, efektif, dan kreatif dalam mengelola materi ke digital. Sehingga penyederhanaan penyampaian materi disertai contoh eksklusif teks secara mandiri mampu mencapai tujuan secara maksimal,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni