PWMU.CO – Karakteristik pendidikan Rabbani dalam surat Ali Imran menjadi bahasan pada Kajian al-Quran SD Muhammadiyah 1 dan 2 Taman (SD Mumtaz), Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (27/3/2024).
178 guru dan karyawan mengikutinya di aula gedung 1 SD Mumtaz, Jalan Raya Bebekan 269 Taman, Sidoarjo. Mengaji bersama surat Ali Imran ayat 133-136 mengawali pertemuan itu. Koordinator Mengaji Ma’rifatun Nandia, hafidzah 30 juz, memandu para peserta.
Selanjutnya, Wakil Kepala Sekolah Bidang al-Islam dan Kemuhammadiyahan Eli Mahmudah SAg MPd saat sambutan menyampaikan pesan al-Baqarah ayat 185.
“Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Agar manusia bisa memahami petunjuk dan tidak salah arah, maka al-Quran harus dibaca dan dipahami,” ujarnya.
Menurut Mahmudah, itulah salah tujuan kajian al-Quran dengan mendatangkan ahli tafsir al-Quran. Di mana saat itu fokus pada tafsir surat Ali Imran.
Ia menekankan, “Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar tidak berlalu begitu saja. Beberapa program di sekolah multitalenta ini tidak hanya berfokus pada siswa tetapi juga untuk guru dan karyawan.”
Terhadap program ini, salah seorang guru Ismuba Nurfiati Khoizzuhro SS menyampaikan tanggapan positifnya. “Di sekolah ini, guru dan karyawan difasilitasi untuk belajar al-Quran. Mulai dari belajar tajwid di setiap hari Senin dan Selasa. Kemudian di bulan Ramadhan ini kita membaca surat Ali Imran beserta terjemahnya yang dipandu guru BTQ,” kenangnya.
“Hari ini kita mengkaji tafsir dari surat tersebut dikaitkan dengan tugas kita sebagai guru,” imbuh Zuhroh, sapaan akrabnya.
2 Tanggung Jawab Manusia
Khairul Faizin Lc MAg hadir sebagai narasumber dalam kajian al-Quran tafsir surat Ali Imran bertema Karakteristik Pendidikan Rabbani. Anggota Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menjelaskan tiga karakter belajar al-Quran.
Pertama, melantunkan al-Quran secara lafdziyah. Kedua, memahami al-Quran. Ketiga, mengamalkan pemahaman tersebut dalam kehidupan.
“Surat Ali Imran menjelaskan dua tanggung jawab manusia sebagai individu. Yaitu bertauhid dalam ayat 2 dan tanggung jawab sosial yaitu beramal shalih dalam ayat 134,” ungkap Ustadz Faizin, sapaan akrabnya.
Kemudian Faizin menegaskan, “Seorang guru tidak hanya menjadi mudarris yaitu orang yang hanya memberikan ilmu tetapi hendaklah menjadi mu’allim yaitu orang yang memberikan ilmu dan mempunyai tanggung jawab secara etika dan moral kepada muridnya.”
Nilai pendidikan yang baik dalam keluarga Imran berdasarkan surat Ali Imran pun ia ungkapkan. Di antaranya, memberi nama dan doa yang baik. Ini tersampaikan di ayat 35. Selain itu, sambungnya, memberikan pendidikan agama dan rizki yang baik sesuai ayat 37.
Ustadz lulusan Kairo Mesir itu berpesan, “Agar orang tua tidak dikatakan durhaka, harus bisa memberi nama, pendidikan agama dan makan dari rizki yang baik pula. Rizki ada yang halal thayyiban dan ada yang haram baik secara dzat maupun secara proses memperolehnya.”
Konsep Pendidikan Rabbani
Konsep pendidikan rabbani pun dia jelaskan dalam ayat 79:
كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ …
Artinya: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
Makna dari ayat tersebut, kata Faizin, kalau mau menjadi pendidik rabbani maka harus mau belajar sekaligus menerapkannya.
“Pendidikan rabbani adalah pendidikan yang berbasis pada pengetahuan keimanan dan mewujud pada perubahan sosial serta perilaku yang baik,” terangnya.
Seorang pendidik yang rabbani, kata Faizin, ialah orang alim dan bertakwa yang mengajarkan ilmunya dan mau memperbaiki keadaan lingkungan sosialnya.
Karakteristik Pendidikan Rabbani
Ada empat karakteristik pendidikan rabbani. Pertama, pendidikan yang mengoptimalisasi potensi akal. Ini sesuai Ali Imran ayat 190:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”
Kedua, tidak ada dikotomi ilmu. “Ilmu pengetahuan dan agama tidak boleh dipahami secara terpisah tetapi harus menjadi suatu kesatuan agar tidak menciptakan pendidikan yang sekuler,” tegas Faizin.
Sebagaimana dalam Ali Imran ayat 191 berikut.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.”
Ketiga, transformasi nilai-nilai akhlak. “Sebagai pendidik, harus menanamkan nilai akhlak dan kehidupan. Guru harus menjadi uswatun khasanah, contoh yang baik kepada siswa kita,” tutur Faizin lantas menukil Ali Imran 159 yang menjelaskannya.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
“Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Keempat, berperan aktif dalam perbaikan. “Sebagai pendidik, di mana pun kita harus selalu berperan aktif baik secara individu maupun sosial dalam segala bidang,” ajaknya lalu membacakan Ali Imran ayat 110 sebagai dasarnya.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Sebelum kajian berakhir, ada sesi tanya jawab. Beberapa guru antusias bertanya kepada narasumber seputar tafsir dari surat Ali Imran ayat 1-200. Kajian berakhir dengan doa dan shalat Dhuhur berjamaah. (*)
Penulis Eli Mahmudah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni