PWMU.CO – Kriteria pemimpin yang beriman, bertakwa, dan beretika dikupas dalam Kajian Ramadhan yang digelar PDA Sidoarjo di Auditorium Nyai Walidah SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo. Temanya: Mengimplementasikan Pemimpin Beretika.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo Siti Zubaidah Syafii SAg dalam sambutannya mengatakan, “Mengimplementasikan pemimpin beretika adalah tema Kajian Ramadhan 1445 yang dipilih oleh PDA.”
“Harapannya, Aisyiyah selain menjadi gerakan perempuan berkeadaban dan berkemajuan juga mampu menjadi pemimpin yang beretika baik dalam pribadi kehidupan dan berorganisasi,” tambahnya.
Zubby, sapaan akrabnya, lantas mengawali materinya dengan mengajak peserta mengingat tujuh karakter perempuan berkemajuan. Setelah itu, barulah ia mengupas bagaimana pemimpin yang beriman dan bertakwa.
“Seorang pemimpin yang beriman dan bertakwa adalah pemimpin yang berorientasi kepada akhirat dan menjadikan Allah Swt sebagai tujuan tertinggi dalam hidupnya sehingga ia hanya berorientasi mencari ridha Allah dan menyelesaikan amanah dengan sebaik-baiknya,” terangnya.
Zubby memberi semangat kepada Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) di seluruh Sidoarjo untuk dapat menjadi pemimpin terbaik di cabangnya masing-masing. “Selalu ingat Allah, jalankan amanah hingga selesai akhir periode. Kita semua adalah pimpinan. Selalu ingatlah Allah agar dipermudah dalam segala urusan,” ujarnya.
Dia memohon agar mereka benar-benar melakukan amanah dengan baik. “Buatlah cabang Ibu-Ibu sekalian menjadi cabang yang berkualitas,” harapnya.
Zubby menjelaskan, setiap pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. “Oleh karena itu, sempurnakanlah iman dengan menjalankan amanah dengan baik. Ibu-Ibu, siap masuk surga?” tanya Zubby yang kemudian berbalas jawaban kompak siap.
“Berarti Panjenengan semua siap untuk menjadi pemimpin yang amanah. Sebab pemimpin yang amanah Insyaallah surga imbalannya,” ungkap Zubby memotivasi.
Di akhir kajiannya, Zubby juga mengingatkan peserta, “Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi, tidak mendapat apa-apa karena tidak amanah dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin. Semoga kita semua selamat di dunia dan akhirat dengan menjadi pemimpin yang amanah, dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.”
Revitalisasi Ideologi Kepemimpinan
Hari itu, peserta juga menyimak kajian Revitalisasi Ideologi Kepemimpinan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatulloh MSi. Dia menyampaikan, “Kepemimpinan itu bagaimana menjalin komunikasi dan menjalin komunikasi itu tergantung bagaimana suasana hati. Jadi intinya terletak di hati Ibu-Ibu semuanya.”
“Organisasi itu sangat ditentukan dengan kualitas kepemimpinan. Di mana pemimpin mampu mempengaruhi, membimbing, membina, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi,” tambah Hidayatulloh.
Hidayatulloh lalu menjelaskan ideologi kepemimpinan. “Itu sistem keyakinan dan cita-cita berbasis nilai-nilai utama yang melandasi pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta menjadi spirit dalam perjuangan yang dijalankan oleh pemimpin,” jelasnya.
Ia pun mengajak peserta melakukan revitalisasi ideologi kepemimpinan. “Kepemimpinan atau jabatan bukan prestis, tapi apa yang kita lakukan. Leadership is action not position. Kepemimpinan adalah tindakan, bukan posisi,” tegasnya.
Setelah itu Hidayatulloh menjelaskan empat sifat dasar pemimpin sebagaimana yang Rasulullah contohkan. Yaitu sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), fatanah (cerdas), dan tabligh (kemampuan menyampaikan/berkomunikasi secara efektif).
Menurutnya, jika sudah dapat melaksanakan empat hal itu maka pemimpin dapat melakukan tiga hal berikutnya. Pertama, knows the way. “Yaitu tahu dan paham bagaimana cara menjalankan organisasi yang dipimpinnya,” ujarnya.
Kedua, shows the way. Yaitu menunjukkan kepada para anggotanya target dan tahapan-tahapan yang akan dilewati dalam menjalankan sebuah program.
Ketiga, goes the way. Yaitu menunjukkan jalan untuk bersama-sama bergerak sehingga tujuan yang ingin dicapai berhasil.
Berdasarkan ketiga hal itu, kata Hidayatulloh, pemimpin perlu punya visi jelas sehingga mampu memberi petunjuk dengan benar dan sabar. Menurutnya, Aisyiyah sebagai organisasi wanita yang besar harus punya proyeksi kepemimpinan ke depan. Lalu caranya bagaimana?
Hidayatulloh menjelaskan lima peran penting yang harus bisa pemimpin jalankan. Pertama, penentu jalan. Di mana pemimpin itu berperan sebagai penentu arah dalam mencapai visi.
Kedua, modelling. Di mana pemimpin itu harus mampu memberi contoh yang baik kepada anggotanya.
Ketiga, menyetarakan. Di mana pemimpin menjaga tim agar tetap seirama dalam mencapai visi yang akan diraih bersama.
Keempat, empowering. “Yaitu pemimpin memberikan kepercayaan dan tanggung jawab serta siap membantu jika anggota mengalami kesulitan,” imbuhnya.
Terakhir, membangun team work. Di mana pemimpin mampu membangun team work yang kuat sehingga pencapaian visi lebih maksimal. (*)
Penulis Fitri Mur Fatimah Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni