Aspek Redaksional dan Sains dari Kemukjizatan Al-Qur’an; Oleh: Dr H. Syamsudin MAg, Dosen UINSA Surabaya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
PWMU.CO – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mukjizat memiliki makna kejadaian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Menurut Agama Islam: Berasal dari bhs arab a’jaza-yu’jizu-i’jazan, yang pelakunya disebut mu’jiz bermakna melemahkan atau menjadikan pihak lain tidak mampu. Jika kemampuan melemahkan pihak lain tersebut menonjol maka ditambahkan ta’ marbuthah sehingga menjadi mu’jizatan. Sehingga mukjizat didefinisikan sebagai peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri seseorang yang mengaku rasul, sebagai bukti kerasulannya. Mukjizat berfungsi menantang dan melemahkan argumentasi orang-orang yang ragu dan menolak kerasulan, namun mereka gagal melayani tantangan tersebut. Dengan pengertian seperti itu, maka unsur-unsur yang menyertai mukjizat setidaknya ada empat hal:
- Hal atau peristiwa yang luar biasa
- Terjadi pada seorang yang mengaku nabi dan rasul
- Mengandung tantangan pada yang meragukan kenabian
- Tantangan tersebut gagal dilayani
Karena bertujuan untuk meruntuhkan argumentasi para penentangnya, mak mukjizat disesuaikan dengan hal-hal yang diagungkan oleh suatu kaum. Contohnya adalah mukjizat Nabi Shalih as, karena kaumnya mengagungkan seni pahat, mereka memahat gunung granit menjadi istana megah, mereka hiasi dindingnya dengan relief-relief yang halus dan indah, maka mukjizat nabi Shalih adalah mengeluarkan unta dari celah batu. Perhatikan al-a’raf [7]: 73-74:
Demikian pula Fir’aun dan pengikutnya yang mengagungkan ilmu sihir, maka mukjizat nabi Musa as adalah meruntuhkan ilmu sihir tersebut. Perhatikanlah Thaha [20]: 63-70.
Tersungkur dan Sujudnya para tukang sihir (saharatu fir’aun) disebabkan mereka paham dan bisa membedakan antara sihir dan bukan sihir. Ular sihir tidak bisa makan atau menelan sesuatu karena memang ular jadi-jadian. Sementara ular jelmaan tongkat nabi Musa menelan. Demikian pula umat nabi Isa yg gandrung pada pengobatan dan ilmu kedokteran diruntuhkan oleh mukjizat nabi Isa yang bisa menyembuhkan penyakit-penyakit berat yang tidak bisa ditangani oleh teknologi kedokteran zaman. Beliau bisa membikin seekor burung sungguhan dari tanah liat, membikin normal penglihatan orang yang buta sejak lahir, bahkan menghidupkan orang mati dengan seizing Allah SWT (Ali ‘Imran [3]: 49).
Demikianlah masyarakat arab pra Islam yang amat gandrung pada seni sastra. Di Makkah setiap musim haji ada olimpiade sastra di pasar Ukadz, setiap kabilah menampilkan deklamator terbaiknya. Puisi yang dianyatakan terbaik akan digantung di dinding Ka’bah sebagai penghormatan yang tertinggi. Sehingga pada zaman itu lahir sastrawan-sastrawan ternama, seperti Farasdaq dan an-Nabighah. Namun demikian sastra-sastra itu runtuh oleh al-Qur’an yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW. Seterang-seterang bintang kejora yang bersinar menjelang fajar pasti pudar oleh sinar matahari. gemintang yang bercahaya indah pada malam-malam gelap, menjadi pucat dan sirna oleh cahaya bulan purnama.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar sepanjang sejarah kerasulan, karena ia universal dan abadi, tidak lokal dan temporal sebagaimana mukjizat nabi-nabi zaman silam. Universal karena ia menantang menusia seluruh jagat, abadi karena sejalan dengan penemuan-penemuan sains modern. Bahkan dengan penemuan-penemuan sains itu, semakin terkuak sisi-sisi kemukjizatannya.
Terdapat empat aspek kemukjizatan al-Qur’an, yaitu aspek sastra, kandungan, redaksional dan sains modern. Mengingat luasnya pembahasan mukjizat al-Qur’an ini, maka kami akan membatasi pada dua aspek saja, yaitu aspek redaksional dan aspek sains modern.
Aspek Redaksional Kemukjizatan al-Qur’an.
Fakta keseimbangan redaksi:
1.Keseimbangan kata dalam basmalah
Lafaz basmalah terdiri dari 19 buah huruf dan empat kata benda (isim) yang berbeda-beda, yaitu: ism (nama), Allah, ar-rahman (Yang Maha Pengasih), dan ar-rahim (yang Maha Penyayang). Empat kata tersebut semuanya ada dalam al-Qur’an walaupun dalam jumlah yang berbeda. Kata isim disebut 19 kali. Kata Allah disebut 2698 kali. Kata ar-Rahman disebut 57 kali. Kata ar-Rahim disebut 114 kali. Yang menarik, ternyata semuanya habis dibagi angka 19 (jumlah huruf dalam basamalah). Isim: 19x. Allah: 2698 =132×19. Ar-R: 57 = 3×19. Ar-Rahim: 114=6×19.
2. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
- Al-hayat/kehidupan x al-maut/kematian: 145x
- As-sholihat/kebaikan x as-sayyi’at/keburukan: 50x
- Al-harru/panas x al-bardu/dingin: 1x
- Asy-syita’/musim dingin x ash-shoif/musim panas =1x
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonimnya
- Al-Qur’an: al-Wahyu: al-Islam = 17 x
- Al-Aqlu/akal: an-Nur/cahaya =70x
- Al-Jahru/terang-terangan: al-alaniyah/ terang-terangan 17x
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yg menunjuk kepada akibatnya
- Al-bukhl/kikir → al-hasrah/penyesalan = 12 x
- Az-zakah/zakat → al-barakat/barakah=32x
- al-kafirun/orang-orang kafir→an-nar/neraka =154x
5. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
- Assur’ah/tergesa-gesa- Al-israf/berlebih-lebihan =23x
- Al-harbu/perang – al-asra/tawanan =6x
- Assalam/damai – attayyibat/nyaman sentosa=60x
6. Keseimbangan khusus;
- Yaum (tunggal) ada 365 kali = jumlah hari dalam 1 tahun
- Yaumain/ayyam (ganda dan jamak) ada 30 kali = jumlah hari dalam 1 bulan
- Sahr/ashur (tunggal dan jamak) ada 12 x = jumlah bulan dalam 1 tahun.
- Allah ciptakan tujuh langit (sab’a samawaat) kata sab’a yang artinya tujuh itu diset tujuh kali
- Kata rasul (utusan) dan nazir (pemberi peringatan) ada sebanyak 518 kali. Yang demikian ini sama dengan penyebutan nama nabi/rasul yang disebut dalam al-Qur’an.
Aspek Ilmu Pengetahuan
1. Ilmu pengetahuan saat ini dengan satelit dan alat-alat yang canggih membuktikan bahwa lautan meliputi 71,111 persen wilayah bumi, dan daratan menutupi 28,8889% wilayah bumi. Hal ini telah ditulis Qur’an 1500 tahun lalu. Ini membuktikan jika Qur’an bukan karangan Muhammad saw, tapi memang datang dari sisi Allah. Jika Ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa air meliputi 71,111 persen wilayah bumi, dan daratan menutupi 28,8889 persen, maka dalam al-Qur’an disebutkan kata daratan sebanyak 13 ayat, dan kata laut sebanyak 32 ayat. Mari kita perhatikan baik baik, jika daratan ada 13 ayat dan laut ada 32 ayat, maka jumlahnya ada 45 ayat. Percentage DARAT = 13/45=28.888888889 persen. Percentage LAUT= 32/45=71.111111111 persen. nilah bukti ilmiah dan nyata kebenaran al-Qur’an.
2. Masalah fase terbentuknya janin; al-Mukminun [23]: 12-14
Dan aesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12). Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (14)
Fase-fase perkembangan janin yang rinci dan detail sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas sama atau kompatibel dengan sains modern tentang reproduksi manusia.
3. Masalah Ashabul Kahfi. Perhatikan al-Kahfi [18]:25:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Ada yang tidak lazim penggunaan angka dalam ayat di atas. untuk menyebut angka 309 tahun, umumnya orang arab menggunakan kata tsalatsa mi’ah wa tis’ah sinin atau tis’ah ba’da tsaltsa mi’ah sinin. Namun ayat di atas menggunakan redaksi tsaltsah mi’ahwazdadu tis’ah. Apa rahasia di balik penggunaan redaksi yang tidak lazim seperti itu? Pakar astronomi atau ilmu falak menemukan jawabannya, dari dua sistem penanggalan yaitu penanggalan Masehi yang didasarkan pada peredaran bumi kelilingi matahari dan penanggalan hijriah yang didasarkan pada bulan kelilingi bumi, didapatkan data bahwa dalam setiap rentang waktu 300 tahun terdapat selisih 9 tahun antara kedua system penanggalan tersebut. Jumlah hari selama 1 tahun dalam penanggalan masehi 365 hari. Sementara itu dalam penanggalan hijriah 354. Jika 365 – 354= 11. 11×300= 3300. 3300:365= 9,04. Dari manakah Muhammad belajar ilmu falak?
4. Masalah laba-laba. Perhatikan al-Ankabut [29]: 41 di bawah ini.
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Jika kita perhatikan kalimat ittakhadzat baitan (ia membikin sarang) maka pelakunya pasti betina (fa’iluhu dhamir mustatir taqdiruhu hiya), yang menunjukkan adalah ta’ ta’nis (tanda betina) yang ada pada kata kerja tersebut. Ayat di atas sesuai dengan hasil penelitian para ahli biologi modern bahwa laba-laba yang bisa bikin sarang hanyalah laba-laba betina.
5. Masalah permukaan kulit. Perhatikan an-Nisa’[4]: 56 di bawah ini:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka. setiap kali kulit mereka hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Di Thailand ada seorang dokter spesialis kulit yang masuk Islam gara-gara membaca ayat ini, mengapa? Karena keterangan bahwa pusat saraf rasa terdapat di permukaan kulit adalah penemuan modern. Sementara itu dalam ayat di atas, walaupun menceritakan hal ihwal azab Allah bagi penduduk neraka, namun sudah menghubungkan atau menunjukkan adanya korelasi antara kulit (julud) dan merasa (yadzuqu). Penelitian di lab biologi mana Muhammad?
6. Kita tahu jumlah ayat dalam surat al-Baqarah ada 286 ayat. Yang menarik adalah di tengah-tengah surat tersebut yaitu pada ayat 143 terdapat kosa kata yang bunyinya tengah.
Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Ayat ini adalah ayat yang luar biasa, karena di dalamnya ada amanat agar umat islam menjadi contoh dan teladan semua bangsa. Pemimpin peradaban dunia dan kiblat penerapan nilai-nilai ideal dalam kehidupan manusia, seperti keadilan, toleransi, hak asasi mansuai, kedisiplinan, kebersihan, kerapian, kesehatan, kedamaian, persaudaraan dan kemanusian dan seterusnya.
Perhatikan konsep-konsep wasathan di bawah ini:
- Akidah tauhid atau monotheisme adalah pertengahan antara atheism (tidak bertuhan) dengan polyteisme (musyrikin)
- Islam sebagai konsep pendekatan beragama adalah pertengahan antara yang berlebih-lebihan (ghuluw) dengan yang mengabaikan (fasiq)
- Hemat adalah pertengahan antara kikir dan boros. Al-Furqan [25]: 67
- Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
Referensi: M Qurasih Shihab. Mukjizat al-Quran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah, dan Pemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan, 2007).
Editor Mohammad Nurfatoni