Pak Nadjib Hamid dan Warisan Semangat Ajrun Itu

Pak Nadjib Hamid dan Warisan Semangat Ajrun Itu

Pak Nadjib Hamid dan Warisan Semangat Ajrun Itu; Oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO

PWMU.CO – Hari ini, tiga tahun lalu, tepatnya pada tanggal 9 April 2021, Nadjib Hamid meninggal dunia. Pada ‘haul’ ketiganya ini sangat istimewa karena persis di ujung bulan Ramadhan atau sehari sebelum Idul Fitri 1445.

Di hari baik ini sangat tepat untuk mengenang kembali Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim tahun 2015-2021 tersebut. Salah satu yang selalu saya kenang dari Pak Nadjib, begitu biasanya saya memanggilnya, adalah ilmu ‘laku’ tentang ujrah dan ajrun.

Dalam berbagai kesempatan, Pak Nadjib mengemukakan rumus perjuangan itu. Seperti dalam Kopi Darat Kontributor PWMU.CO yang dibarengkan dengan Seminar Budaya bertema “Merekam Sejarah Merajut Indonesia Berbudaya”, di Aula KH Mas Mansur Gedung Muhamamdiyah Jatim, Jumat (27/10/17) silam.

“Ketika kita bekerja dan berdakwah, niatkan saja mencari ridha Allah. Insyaallah nanti dapat ajrun dan ujrah,” ungkapnya kala itu.

Menurut Pak Nadjib, meskipun mirip, tapi dua kata itu berbeda maknanya. “Bedanya A dan U. Ajrun, berarti pahala dan ujrah, bermakna upah,” jelas dia.

Berjuang karena Ajrun, Bukan Ujrah

Pak Nadjib mengingatkan agar kader Muhammadiyah tidak melakukan dakwah dengan niatan mendapatkan ujrah atau upah. “Kalau diniati untuk mencari ujrah, maka tidak bisa langgeng dan nanti akan kecewa. Dan pahala pun belum tentu didapat,” tuturnya.

Dalam kesempatan lain, yakni dalam Tabligh Akbar di MI Muhammadiyah 1 Pare, Kabupaten Kediri, Selasa (20/11/2018), enam tahan lalu, Pak Nadjib menyampaikan bahwa ajrun atau pahala diberikan di akhirat kelak, tetapi bisa jadi diberikan seketika oleh Allah di dunia.

Dengan konsep ajrun itulah Pak Nadjib mendirikan dan mengawal PWMU.CO selama lima tahun, 2016-2021. “Kami tidak bisa memberi upah layaknya profesional. Tapi tetap ada penghargaan sesuai dengan batas kemampuan kami,” ungkapnya.

Salah satu penghargaan yang dimaksud Pak Nadjib adalah seperti mengikutkan kontributor dalam lawatan ke luar negeri. “Penghargaan belum bisa dalam bentuk materi. Tapi insyaallah kerja para kontributor tidak akan sia-sia. Karena jika ikhlas, akan tetap dapat ajrun atau pahala dari Allah,” tambahnya.

Menurut Pak Nadjib, hanya ikatan ideologislah yang bisa menggerakkan para kontributor PWMU.CO tanpa iming-iming ujrah alias honor. 

Maka beberapa kontributor PWMU.CO yang dinlaii berprestasi saat itu dia berangkatkan ke luar negeri dalam rihlah dakwah gratis ke Malaysia dan Thailand. Misalnya Ferry Yudi AS (Surabaya) dan Uzlifah (Malang) pada periode pertama; Izzudin Ahmad Fatony (Malang), Ria Eka Lestari (Gresik), dan Mulyanto (Surabaya) pada periode kedua. 

Kemudian Anifatul Asfiyah (Sekretaris Redaksi), Arifah Wikansari (Surabaya, kini tinggal di Tulungagung) dan Zaenal Arifin (IT) pada periode ketiga; serta Sugiran (Situbondo), Ichwan Arif (Gresik), dan Darul Setiawan (Sidoarjo) pada periode keempat. 

Untuk memberi penghargaan sebagai ajrun di dunia itu, Pak Nadjib mengupayakan dananya dengan mencari ‘sponsor’. Jadi bukan uang dari Persyarikatan.

Rencananya Pak Nadjib juga akan memberi penghargaan pada awak PWMU.CO pada periode selanjutnya. Tapi takdir Allah berkata lain. Beliau sudah dipanggil-Nya tepat di hari Jumat, 9 April 2021.

Meski Pak Nadjib telah pergi, dan penghargaan ke luar negeri itu sementara terhenti. Tapi perjuangan dengan ‘ideologi’ ajrun tetap terawat baik. Sekitar 500 kontributor PWMU.CO dari berbagai daerah, baik di Jawa Timur maupun di luar Jawa Timur, bahkan luar negeri, tak pernah patah semangat untuk melakukan apa yang disebut Pak Nadjib sebagai ‘jihad digital’ itu.

Semoga PWMU.CO menjadi amal jariah Pak Nadjib yang senantiasa ‘mengirimkan’ pahala kebaikan alias ajrun ke alam kuburnya.

Sampai-sampai ‘orang luar’ mengira PWMU.CO itu dikelola oleh awak media yang digaji layaknya pekerja pers profesional. Karena mereka melihat PWMU.CO sangat produktif, beritaya terbit layaknya media profesioanal yang mengalir menit per menit. 

Padahal kami adalah para relaban—lagi-lagi meminjam istilah Pak Nadjib. Yakni relawan yang berkorban. Kami adalah pekerja di bidang masing-masing. Mayoritas guru. Tapi ada dosen, mahasiswa, dan pelajar. Bahkan ada rektor dan kepala sekolah. Ada pula dokter, bidan, dan perawat. Pengusaha dan PNS juga ada.Dan lain-lain.

Di tengah kesibukan di dunia kerja masing-masing itulah kami menempuh jalan yang telah diwariskan oleh Pak Nadjib: berjuang di Muhammadiyah dengan ikhlas karena Allah.

Insyaallah itu akan menjadi jalan keabadian. Seperti usia Muhammadiyah yang telah melewati satu abad—yang dititipkan oleh KH Ahmad Dahlan dengan prinsip hidup-hidupkanlah Muhammadiyah, jangan menjadi hidup di Muhammadiyah.

Maka, di usia sewindu PWMU.CO 18 Maret 2024, semoga warisan Pak Nadjib itu tetap menginspirasi kami, dan tentu, pembaca setia PWMU.CO.

Semoga PWMU.CO menjadi amal jariah Pak Nadjib yang senantiasa ‘mengirimkan’ pahala kebaikan alias ajrun ke alam kuburnya, amin! (*)

Exit mobile version