PWMU.CO – Si Toki merupakan nama media pembelajaran hasil inovasi yang dikembangkan oleh guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Nurul Mahmudiyah SPd. Si Toki berhasil menarik perhatian juri Olympic Ahmad Dahlan (Olympicad) ke-7 kategori Inovasi Media Pembelajaran Guru sehingga memperoleh penghargaan berupa medali perak yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, Rabu-Jum’at, 6-8 Maret 2024.
Diyah, panggilannya, berinovasi mengembangkan media pembelajaran berupa papan permainan (boardgame) dengan nama Si Toki. Judul penelitiannya Pengaruh Si Toki terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SD pada Materi Satuan Waktu. “Toki ini saya ambil dari bahasa jepang yang artinya waktu”, tutur Diyah.
Diyah menceritakan ide pengembangan board game Si Toki ini. “Karena memang kondisi kelas yang rata-rata tipe kinestetik, maka saya buat media boardgame Si Toki ini. Sebelum ada media ini, mereka hanya saya beri evaluasi di kertas dan mengerjakan.
Dari hal tersebut tidak ada perubahan yang signifikan dari hasil assesment sampai 3 kali assessment. Berdasarkan permasalahan tersebut, saya browsing di internet, dan yang ada cuma sekedar media jam saja. Lalu saya berfikir bagaimana kalau media ini multifungsi, numerasi ada literasi juga ada. Maka tercetuslah Si Toki ini”, kata Diyah.
Guru kelas II SDMM tersebut menjelaskan cara penggunaan Si Toki dalam aktivitas bermain sambil belajar. “Si Toki dimainkan maksimal 4 anak dan 1 wasit. Semua pion ada di kotak start. Untuk memulai bermain, siswa melempar dadu dulu. Yang paling besar angkanya maka yang bermain dulu. Setiap melangkah maka melempar dadu.
Setiap kotak memiliki warna, apabila berhenti maka mengambil kartu di tengah papan sesuai warna. Pemain membaca dan menjawab pertanyaan pada kertas sambil dipraktikkan pada jam yang ada di tengah papan. Setelah kartu dibaca diletakkan di samping pemain sebagai bukti penyelesaian soal. Apabila pemain menjawab betul maka lampu menyala hijau dan mendapat 1 bintang. Apabila salah maka lampu menyala merah dan tidak mendapat bintang. Yang menilai adalah wasit,,” tutur Diyah.
Diyah menambahkan bahwa untuk sudut yang bertuliskan You’re Lucky Kid pemain bebas memberi pertanyaan pada pemain lain, apabila tidak bisa menjawab maka mundur 1 kotak, apabila bisa menjawab akan mendapat bintang.
“Untuk sudut Free Time pemain bisa melempar dadu lagi untuk lanjut jalan. Untuk sudut Back to Start apabila pemain sampai di sudut ini maka kembali lagi ke kotak start. Pemain dikatakan menjadi pemenang apabila dalam satu putaran, mendapat bintang paling banyak. Pemain dikatakan kalah apabila mendapat bintang paling sedikit”, jelas Diyah.
Diyah mengatakan bahwa media pembelajaran Si Toki ini efektif digunakan di kelas dikarenakan relevan dengan permasalahan yang ada pada materi satuan waktu.
“Di awal sebelum menggunakan media ini, anak-anak hanya memakai media jam analog dari kardus dan seksdar melihat jam dinding yang ada di sekolah, jadi masih sangat abstrak. Dari hal tersebut ketika media pembelajaran saya suguhkan, anak yang awalnya acuh dan semaunya ketika menyelesaikan sebuah soal menjadi antusias. Si Toki itu sendiri terdapat 50 soal pada kartu yang telah disediakan. Sebelum berangkat ke Olympicad 7, Si Toki mengalami beberapa renovasi karena seringnya dipakai anak-anak bermain di dalam kelas”, tutur Diyah.
Diyah menyampaikan rasa syukurnya atas perolehan medali perak dalam Olympicad ke 7 ini. “Alhamdulillah, senang pastinya bisa meraih medali perak, kejutan di pagi hari ketika itu. Dan tidak menyangka, karena bersaing dengan guru-guru Muhammadiyah se Indonesia, adrenalinnya lebih greget. Semoga media ini membawa manfaat untuk anak-anak dan sekolah”, ungkap guru asal Bungah Gresik ini. (*)
Penulis M Fadloli Aziz Editor Mohammad Nurfatoni