PWMU.CO – Silaturahim Keluarga Besar Ikatan Guru Bustanul Athfal (IGABA) Kabupaten Gresik diadakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Dukun Gresik, Ahad (21/4/2024).
“Acara silaturahmi dengan tema Indahnya Mendidik ini untuk merefleksikan diri, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan an-Nisa ayat 9,” ucap Innik Hikmatin SPd MPdI, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik dalam pidato iftitahnya.
“Pemaparan materi yang akan disampaikan oleh Bapak Drs Miftahul Jinan MPdI LCPC nanti akan menjelaskan semua tentang peran kita sebagai pendidik,” katanya
Dia mengatakan, “Tidak sekadar menjadi guru, tapi apa kita sudah bermakna, atau sudah menumbuhkan lima kecerdasan untuk anak didik kita,” katnya kepada 446 peserta.
Lima kecerdasan yang harus diasah, yakni kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, moral, dan kecerdasan untuk mengatasi kesulitan.
“Kita tidak melupakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani, kita memiliki dasar dan kita kontekstualkan ke kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, kita menyentuh dan berikan ke anak. Kita menjadi guru yang bisa memberikan warisan yang baik kepada anak-anak kita semua.
“Acara hari ini bertepatan dengan Hari Kartini. Sekarang sudah tidak zaman lagi pakai sanggul dan jarik, lomba meniru jarik juga sudah tidak ada,” ucapnya.
Padahal, filosofi memiru jarik itu melatih kesabaran, ketelatenan, keteraturan, dan keterampilan.
“Ini sangat berguna untuk kita, semoga nanti ada lagi lomba seperti itu, sasarannya ibu-ibu atau orang tua,” harapnya. Sebab, tidak hanya sekadar lomba, tetapi nilai fungsi yang terdapat dari lomba itu.
Kemudian Bu Innik, sapaannya, mengajak peserta yang hadir menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Barisan kursi sebelah kanan bernyanyi dengan not angka, sebelah kiri dengan lirik lagu.
Kekompakan irama terlihat dari peserta meskipun berbeda yang diucapkan.
“Beda Kartini dengan Nyai Walidah, Kartini kehidupan putri bangsawan sedangkan Nyai Walidah kehidupan santri,” ucapnya. Keduanya sama-sama memperjuangkan emansipasi wanita dan mendukung pendidikan perempuan.
“Bagaimana peran perempuan menjadi wanita yang mandiri, sebagai mana tercantum dalam Surat an-Nahl ayat 97,” ujarnya.
Baik Nyai Walidah dan Kartini kita tidak boleh melepas begitu saja tokoh pahlawan nasional ini, perlu kita tindak lanjuti perjuangannya.
“Tidak boleh meninggalkan sejarah dan melupakan perjuangan. Siapapun yang ada di tengah-tengah kita, harus kita hargai, hormati dan ditindaklanjuti,” tegasnya.
Tidak Boleh Memutarbalikkan Sejarah
Yang muda-muda, sudah pinter IT meninggalkan yang tua. “Ada yang tua nggak bisa motoran, wes ayo ditinggal aja. Jangan begitu ya Bu,” contohnya disambut senyuman peserta.
Marilah kita menjadi perempuan yang hebat, berkepribadian Indonesia yang sesuai dengan Pancasila.
Di akhir iftitahnya, Bu Innik berpesan pandai-pandailah untuk me-manage diri. Sehingga tidak hanya sibuk di luar atau menyelesaikan administrasi yang sarat, dan putra putrinya menjadi korban.
“Sudah lelah putranya dikasih HP, kalau sudah besar nanti tidak direken oleh anak. Tolong waktu yang sebentar dimanfaatkan. Bersama-sama berevaluasi diri, mengontrol diri.Kemudian didiskusikan apa yang kurang dari kita bersama,” ajaknya.
Ia menutup iftitah dengan menyampaikan Selamat Idul Fitri, ucapan doa dan maaf.
“Semoga selama satu tahun ini kita diberikan kebaikan bertemu dengan Ramadhan tahun depan,” ujarnya. (*)
Penulis Anik Mas’ud Editor Mohammad Nurfatoni