PWMU.CO – Ada air mata haru di Quranic Camp SD Muhammadiyah 6 (SD Musix) Gadung Surabaya Jawa Timur, Jumat (26/4/2024).
Bina mental siswa SD Musix Surabaya terapkan Program Quranic Camp selama tiga tahap bagi siswa kelas VI. Pelaksanaannya mulai bulan Februari – April 2024 pada pekan terakhir setiap Jumat – Sabtu. Para narasumber terdiri dari para guru-guru sendiri dan dari luar
Kaur Ismuba Hidayatun Ni’mah SAg mengatakan tujuan dari Program Quranic Camp ini yang paling utama adalah membina mental siswa kelas enam untuk meraih kesuksesan masa depan siswa kelas VI SD Musix.
“Agar sukses masa depan alumni SD Musix harus tuntas mengaji, tahfidh, shalat dan fardhu ain hafal dua juz selebihnya fardhu kifayah,” katanya.
Dia menuturkan, panitia mengatur, anak aki-laki berada di barisan depan samping urara, anak perempuan di sisi selatan. Masing-asing adak didudukan berjarak untuk menghindari inteaksi antaranak, sedangkan orangtua berada di belakang siswa.
Pada sesi penutupan Quranic Camp ini, panitia menghadirkan motivator nasional Afif Hidayatullah dengan materi Membangun Mental Sinesgi Anak dan Orangtua Menuju Sukses
“Anak-anak, pernahkah orangtuamu membading-mbadingkan kamu dengan saudara-saudara kalian?” tanya Afif sapaan Afif Hidayatullah.
“Pernah…!” jawab kompak 67 peserta sambil tertawa kecil.
“Itu hanya perasaanmu saja, bahwa tidak ada orangtua yang membading-bandingkan anak-anak, semua orangtua selalu memberikan kasih sayang yag sama kepada anak-anaknya,” jelasnya.
Dalam materinya, Afif mengatakan anak yang merasa tidak ada kehidupan di rumahnya, maka anak tidak kerasan di rumah.
“Bahkan sering meninggalkan rumah tanpa izin dan curhat terhaap orang yang tidak jelas. Ini akan membahayakan bagi masa depan anak. Dia mengilustrasikan kondisi ini dengan menggunakan air bening, betadin, dan vitamin C,” jelasnya.
Dia meminta dua anak Faqih Kaffa Robbani kelas VI-A dan Arya Wisanggeni Satria Wikramawardhana kelas VI-B maju. Kaffa memegang gelas berisi air bening sedangkan Wisang panggilan akrab Arya Wisanggeni Satria Wikramawardhana meneteskan betadin hingga beberapa tetes. Kemudian dia mengaduk hingga rata.
“Bapak-ibu, ini ilistrasi yang dirasakan oleh anak-anak yang tidak kerasan di rumah,” serunya sambil menunjuk air yang keruh. Kemudian dia memasukkan vitamin C ke dalam gelas dan dia aduk-aduk hingga air yang keruh itu menjadi bening kembali,” katanya.
Ini adalah gambaran, katanya, ketika anak mulai muncul kepercayaan dirinya, terhadap orangtua, orangtua tidak banyak menuntut lagi dan menjadikan anak sebagai dirinya sendiri anak akan mulai kerasan dan yang paling penting orangtua menjadi tempat curhatan anak-anaknya.
Selanjutnya Afif meminta Wisang untuk meneteskan betadin kembali pada air yang telah menjadi jernih, tetapi air itu tetap jernih tidak berubah warna.
Ini, jelasnya, jika anak-anak sudah mulai kerasan di rumah tidak lagi menjadikan teman atau orang lain menjadi tempat curhat.
Sesi yang sangat mengesankan adalah ketika Afif menghipnoterapi peseta, baik orangtua maupun anak. Mereka diajak merenungkan kesalahan dan keinginannya. Dengan iringi instrumen yang menyentuh sambil mengucapkan kalimat motivasi, tidak sedikit yang menangis hingga mencucurkan air mata.
Selanjutnya, anak-anak diminta mencari orangtuanya masing-masing untuk minta maaf dan minta doa restu untuk kesuksesan masa depannya. Sesi ini benar-benar menguras air mata yang hadir. Yang lebih memilukan anak-anak yang orangtunya tidk bisa mendapingi
“Orangtuaku tidak datang,” Rengak anak yang gak mau disebut namanya.
“Datangi gurumu, karena dia juga orangtuamu!” Hibur Afif. Langsung saja guru dan wali kelas menjadi tumpahan air mata bagi mereka yang tidak didampingi orangtanya.
Sesi yang lebih sangat mengharukan ketika anak-anak diminta menulis keinginan untuk orangtuanya kelak jika sudah sukses.
“Siapa yang mau membacakan keinginan untuk orangtuanya!” pinta Afif. Disambut angkat tangan Kalyana Aisyah Wibowo dan Nazifa Putri Rachma Dani kedua-duanya kelas VI-A.
“Silakan orangtuanya mendampingi,” pinta laki-laki kelahiran Gersik ini.
“Yaa Allah, saya ingin bahagia lahir dan batin. Saya ingin membawa …… (berhenti sejenak sambil menyeka airmatanya langsung dipeluk mamanya), mama da. adik naik haji bersama,” doa Nazifa. Selanjutnya dia juga berdoa ingin hafa al-Quran, istiqomah dalam menunaikan ibadah shalat.
Lain lagi doa Kalyana yang tidk didampingi kedua orangtunya tampak tegar. “Yaa Allah, bantu saya agar senang di rumah. Bantu saya yaa Allah agar saya bisa antarkan orangtua ke ….. (akhirnya ketegaran goyah dan bercucuran airmatanya) tanah suci,” doanya.
Selain itu dia berdoa ingin menjadi psikolog, dan mohon kepada Allah agar bisa menghadapi orang-orang zalim. Peluk cium, tangis haru orang tua dan anak, cucuran air mata seolah membajiri masjid yang di guanak kegiatan mengakhiri kegiatan Quranic Camp sesi ketiga sebagai sesi penutup. (*)
Penulis Basirun. Editor Ichwan Arif.