PWMU.CO – Diundang Pondok Pesantren al-Fattah Buduran Sidoarjo, Wakil Ketua PWM Jatim Dr M. Sulthon Amien bicara kemajuan pesantren yang menjadi pilihan orangtua, Ahad (12/5/2024).
Diundang pondok pesantren, Sulthon Amien ceramah dengan berjudul Implementasi Pendidikan Holistik di Pondok Pesantren.
Para jamaah terdiri dari santri pondok pesantren, walimurid, dan warga sekitar berbondong-bondong menghadiri kajian bertempat di Masjid Baiturrahim kompleks Ponpes al-Fattah Dusun Gesing Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Sidoarjo.
Sulthon Amien yang pengusaha laboratorium klinik itu menyampaikan, sekolah zaman dulu belajar hanya setengah hari. Pukul 12 siang sudah pulang. Lalu berkembang fullday school belajar di sekolah hingga sore hari.
Sekarang mulai ramai menjadi boarding school, belajar dengan menginap di sekolah semacam pondok pesantren yang menjadi pilihan orangtua. ”Orangtua berharap anaknya bisa mengenyam pendidikan dengan sempurna,” ujarnya.
Pesantren, kata dia, menjadi salah satu pilihan terbaik bagi orangtua, karena ada pembelajaran penuh mulai pelajaran umum, pelajaran agama, dan bermasyarakat.
Menurut Sulthon, inilah yang disebut pendidikan holistik. Cara pandang menyeluruh terhadap segala realitas yang ada diajarkan di pesantren.
”Artinya lembaga pendidikan aspek agama, sains, budaya, ekonomi dan politik atau aspek kehidupan seperti kognitif, afektif, psikomotor, emosi, spiritual dan intelektual merupakan arti dari pendidikan holistic,” tuturnya.
Orangtua, katanya, harus tetap aktif. Setelah anak dimasukkan pesantren harus diberikan ruang gerak di lingkungan masyarakat, bisa diawali dari rumah sendiri.
”Pemberian ruang untuk berlatih kepada anak yang sudah menempuh pendidikan di pesantren untuk mereka menerapkan apa yang didapatkannya,” ujarnya.
Jadi ada sarana untuk anak-anak mengeksplorasi kemampuannya. Misal menjadi imam shalat. Dengan demikian ketidaksinkronan antara pendidikan di sekolah/pesantren dan di rumah dapat diminimalisir.
Dia memaparkan, pesantren harus memberikan pendampingan menyeluruh terhadap santri. Bagaimana menjadi pengasuh pondok yang sanggup berdiskusi dengan santrinya, menjadi tempat curhat, memahami kelebihan dan kekurangan tiap santri, mengetahui hobi dan cita citanya, siapa teman dekatnya, bagaimana keluarganya, sehingga memudahkan pengasuh pondok pesantren dalam mengelola kepribadian santri.
Saat ini, ujar dia, kita saksikan bersama di sekitar tempat kajian ada banyak stan jualan. Kegiatan wirausaha yang dilakukan oleh santri pondok pesantren. Hal ini merupakan salah satu cara pesantren mencetak entreprenur.
”Mental entrepreneur tidak bisa sembarangan. Pengurus pondok pesantren juga harus memiliki mental tersebut, karena seorang entrepreneur itu memiliki mental dan pola pikir yang mengajak berkembang, pola pikir yang siap dengan perubahan, berpikir untuk siap bersaing dan membuat sesuatu yang lebih menarik,” jelasnya.
Di akhir paparan Sulthon Amien mengutip kalimat dari pakar psikologi bahwa keberhasilan seseorang ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak.
”Maka ada yang namanya triangle of success. Tiga kunci sukses ditentukan oleh skill dan knowledge dengan persentase 6-20 persen serta attitude dengan persentasi 80-90 persen,” tuturnya.
Tiga kunci sukses itu, kata dia, sangat dimungkinkan diasah dan dibina melalui pondok pesantren.
Penulis Bayu Firdaus Editor Sugeng Purwanto