PWMU.CO – Belajar sejarah Nabi Musa as lewat virtual reality (VR) berlangsung di SD Muhammadiyah I Giri (SD Muri) Kebomas Gresik, Jumat (17/5/2024).
Pada hari Jumat itu waktunya kelas V, IV dan III belajar sejarah lewat VR. Murid kelas I, II dan VI giliran hari berikutnya.
Kepala SD Muri Luthfi Arif MPd menjelaskan, VR adalah film tiga dimensi dengan memakai kaca mata khusus.
”Dalam film ini penonton seperti masuk dalam dimensi zaman yang sedang ditonton. Ini beda banget,” katanya.
Teknologi VR, kata dia, bisa untuk game dan pembelajaran. Dengan teknologi VR upaya meningkatkan metode pembelajaran. Kali ini belajar sejarah Nabi Musa. Penonton dapat berinteraksi dalam film ini.
Setelah pengarahan, murid segera masuk studio VR yang baru dibuat di SD Muri. Anak-anak mendapat arahan cara memasang kacamata VR oleh dua petugas yang didampingi wali kelas.
Begitu film dimulai, tampil Firaun Mesir di istananya yang megah.
”Wah , bagus ya istana Firaun. Tapi raja sadis wajahnya,” komentar siswa.
Di kanan kiri Firaun ada panglima dan pejabat berdiri. Kemudian adegan beralih istri Firaun berjalan di taman istana dekat sungai Nil.
Di sungai ada keranjang tersangkut batu. Setelah keranjang diambil ternyata berisi bayi. Ini pasti bayi Bani Israil yang dihanyutkan ke sungai supaya selamat dari pembunuhan oleh tentara Firaun.
Pada zaman itu Firaun membuat keputusan membunuh bayi laki-laki Bani Israil karena dia bermimpi bayi itu bakal meruntuhkan kekuasaannya.
Karena kasihan istri Firaun ingin memelihara bayi itu. Ketika Firaun mengetahui lantas bertanya dari mana mendapatkan bayi itu, istrinya menjawab, menemukan di sungai.
Ternyata Firaun membiarkan istrinya merawat bayi itu. Bayi itu dinamakan Musa. Hidup dan tumbuh pemuda yang kuatdi istana.
Berdakwah ke Firaun
Suatu ketika Musa berkelahi dengan pemuda Mesir yang menghina anak Bani Israil. Musa memukulnya hingga pemuda Mesir itu mati. Musa lalu lari dari kejaran tentara Mesir. Kemudian sampai di desa Madyan bertemu dengan keluarga Nabi Syuaib.
Beberapa tahun hidup di Madyan, kemudian Nabi Musa mendapat perintah Allah untuk berdakwah kepada Firaun yang mengaku lebih berkuasa dari Tuhan. Musa menghadap Firaun bersama saudaranya, Harun.
Dia meminta Firaun taubat dan menyembah Allah, Tuhan Maha Kuasa. Tapi Firaun malah menunjukkan dia paling berkuasa. Dia menantang Nabi Musa unjuk kehebatan.
Dia panggil penyihir istana. Penyihir melempar tali langsung berubah menjadi ular.
Nabi Musa berdoa. Kemudian melempar tongkatnya. Berubahlah menjadi ular besar yang memakan ular-ular milik penyihir.
Para penyihir kaget. Lantas percaya dengan kehebatan Musa sehingga mereka beriman kepada Tuhan.
Di studio SD Muri, anak-anak juga kaget dan berteriak histeris ketika muncul ular besar. Teriakan Alisah Khoiroh kelas IV paling keras dengan ekspresi wajah ngeri melihat ular besar. ”Syukur ularnya penyihir mati semua,” teriaknya.
Kembali ke film, Musa meminta Firaun berimankepada Allah. Firaun menolak. Keluar dari istana, Nabi Musa mengajak Bani Israil keluar dari Mesir kembali ke tanah Kan’an.
Firaun menghalangi dengan menurunkan tentaranya mengejar Nabi Musa dan pengikutnya.
Di studio, anak-anak terbawa suasana. Mereka berteriak-teriak menyuruh rombongan Nabi Musa berjalan cepat supaya tidak tertangkap oleh pasukan Firaun. ”Ayo cepat-cepat ada Firaun di belakang,” teriaknya.
Rombongan Nabi Musa berhenti di pinggir laut. Tanah Kan’an ada di seberangnya. Di belakang Firaun dan pasukannya makin dekat.
Segera dilemparkan tongkatnya ke laut. Mendadak air laut surut.
Di studio, murid-murid takjub melihat gambaran film tentang keajaiban laut terbelah itu. ”Ya Allah, Allahu akbar… Allahu akbar…,” teriak anak-anak.
Pengikut Nabi Musa segera melintasi daratan dasar laut yang surut. Mereka cepat-cepat menyeberang.
Setelah sampai di tanah seberang, Firaun dan pasukan ternyata ikut menyeberang mengejar Nabi Musa. Sampai di tengah perjalanan tiba-tiba air laut datang dengan gelombang besar. Firaun dan tentaranya tenggelam digulung ombak laut.
Terakhir ditampilkan jasad Firaun yang tersimpan di museum. Film selesai.
Pertunjukan film tiga dimensi hanya 15 menit itu belum membuat murid puas. ”Saya penasaran. Ingin melihat kisah nabi yang lain. Juga pelajaran lainnya,” kata siswa M. Fathoni kepada ke wali kelas IV.
Penulis Erna Hamidah Editor Sugeng Purwanto