PWMU.CO – Siswa SD Musix ngaji tutorial kurban di Masjid Agung Kauman Yogyakarta, Sabtu (1/6/2024). Guru dan wali murid SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya juga ikut serta. Bonus ngaji ini bagian dari rangkaian Farewell Tour.
Pukul 22.00 WIB, para siswa kelas VI SD Musix beserta guru dan wali murid bertolak menuju Yogyakarta. Perjalanan menuju Kota Gudeg ini menggunakan dua armada bus wisata dengan biro perjalanan wisata Berkah Anugerah Sukses (BAS).
Selama perjalanan, para peserta tampak sangat gembira. Hampir tidak ada yang mau tidur. Mereka menghabiskan waktu dengan berkaraoke hingga kota tujuan.
Durasi waktu yang dibutuhkan sekitar lima jam, sudah termasuk istirahat dua kali di Rest Area Caruban 636 dan yang kedua di Rest Area Sragen 519. Tepat pukul 03.00 WIB rombangan SD Musix sudah sampai di Kawasan Malioboro.
“Teman-teman, alhamdulillah kita sudah sampai di Yogyakarta. Setelah ini kita akan menuju Masjid Agung Kauman Untuk bersih diri dan sholat Subuh,” Kata Nugi Rizky, Tour Leader BAS.
Selanjutnya, dia meminta peserta untuk menawarkan perlengkapan mandi dan baju ganti. Suasana Masjid tampak sepi. Hanya ada beberapa orang seperti pengurus atau marbot masjid. Mereka tampak sibuk menggelar tikar di bagian beranda masjid.
Para peserta tur antre di kamar mandi untuk bersih diri dan ganti pakaian. Selanjutnya, mereka menunaikan shalat Subuh. Selesai shalat subuh, rombongan SD Musix tidak buru-buru meninggalkan masjid, tetapi mengikuti kajian subuh terlebih dahulu.
“Para jamaah sangat beruntung, terutama para panitia kurban,” Kata MC membuka acara.
Selanjutnya dia menyampaikan, materi kajian tentang “Pelaksana Qurban Menurut Syariah dan Kesejahteraan Hewan”.
Narasumber Drh H Agung Budiyanto PhD Mengawali ceramahnya dengan menjelaskan lima syarat hewan kurban. Pertama, pemilihan hewan kurban yang sehat.
Kriteria hewan sehat yaitu gerak lincah, nafsu makan normal, cara bernapas normal, suhu badan 39-40 derajat, serta tinja dan urin normal. Selain itu, mata jernih dan tidak ada kotoran, serta tidak pincang/lincah. “Pincang yang dimaksud, bawaan sejak lahir, tetapi kalau pincangnya karena terjatuh, sah!” ujar Dosen Pascasarjana Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini
Kriteria lain, responsif terhadap lingkungan dan berbulu halus, tidak kusam.
“Para jamaah jangan khawatir jika hati sapi itu ada cacingnya. Itu bukan karena penyakit tetapi karena kadar air tempat tinggal tinggi, yang penting kulitnya halus tidak kusam,” tuturnya.
Kedua, proses pemeriksaan ante mortem (sebelum penyembelihan yang benar). Ketiga, proses restrain (penalian) dan penyembelihan yang baik dan benar. “Jika sapi disembelih 5 menit belum mati, berarti ada kesalahan pada proses penyembelihan,” tandasnya.
Ketiga, dari dalam lobang hidung tidak ada cairan tidal normal. Keempat, pemeriksaan post mortem/pasca penyembelihan yang baik dan benar. Kelima, pendistribusian dan penanganan daging yang baik dan benar.
Di samping hewan sehat, Kepala Lektor UGM ini menyampaikan ciri-ciri hewan tidak cacat. Yakni tidak pincang, tidak buta, dan telinga tidak rusak.
Dia juga menyitir hadist dari Jabir Ra. “Beliau berkata, Rasulullah bersabda: Janganlah kalian menyembelih hewan qurban, kecuali yang telah musinnah, terkecuali kalian sukar memperolehnya, maka sembelihlah domba yang jadza’ah.” (HR. Muslim no. 1963)
Terakhir, dia mengingatkan, penyakit yang perlu diwaspadai pada ternak kurban antara lain anthrax, lumphy, skin diseases/LSD/lato-lato, dan penyakit mulut kuku (PMK). (*)
Penulis Basirun. Coeditor Sayyidah Nuriyah. Editor Ichwan Arif.