PWMU.CO – Siswa kelas 6-A SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya menonton “Millions Before Grandma Dies” di CGV Maspion Square Margorejo sebelum tukar kado, Sabtu (15/6/2024).
Siswa kelas VI-B Al-Hayyu SD Musix sudah banyak yang tiba di CGV Maspion Square sejak pukul 10.30 untuk acara nonton bareng dengan guru dan wali murid.
Pukul 11.00, semua siswa berkumpul di gedung 3 untuk menonton film dari ‘Negeri Gajah Putih’ berjudul “Make Millions Before Grandma Dies” karya Pat Boonnitipat, yang berdurasi sekitar dua jam.
Para penonton terlihat menikmati alur cerita, terlihat tertawa pada adegan lucu dan terkejut pada adegan menegangkan. Setelah film drama ini selesai, anak-anak berfoto bersama sebelum meninggalkan gedung.
“Baiklah anak-anak, setelah ini kita akan menunaikan ibadah shalat Dhuha berjamaah. Setelah itu kita sama-sama menuju outlet Richeese Factory untuk makan siang dan gathering,” kata Dewi Septian, orang tua Muhammad Rayyan Abrisam Mubarrak.
“Siap Bunda…!” Jawab anak-anak serempak. Selanjutnya, mereka menuju mushola yang tempatnya tidak jauh dari gedung bioskop.
“Anak-anak, silakan persiapkan kado yang telah kalian bawa,” kata Dewi. Selanjutnya, dia menghampiri satu persatu siswa untuk menyerahkan kado-kado dari rumah. Agar penerimaan kado seimbang, panitia menetapkan nominal sekitar Rp 20.000.
Turut hadir dalam acara ini antara lain, Basirun SPd, Guru kelas VI-A, Imam Masyhuri ST, dan Khusnul Khotimah SPd.
Selain para guru kelas, juga hadir emak-emak mereka, antara lain Dewi Septian, Merry Diana (ibu Kanaya Aira Jasmine), Ayu Kusuma (ibu Fathan Arsakha Manggala Harianto), Ani Septia Lina (ibu Arfa Zein Amrullah), Diyah Retnani Oktaviandhari (ibu Syakirah Zahiah Widyaandhari), Novi Puspitasari (ibu Muhammad Qory Furqon Mahbuby), dan Mutmainah (orang tua Bunga Harini Anisatur Rahmah).
Kisah perjalanan Mark dalam Flim How to Make Millions Before Grandma Dies
“How to Make Millions Before Grandma Dies” adalah film drama Thailand tahun 2024 yang disutradarai oleh Pat Boonnitipat. Film ini mengisahkan tentang Mark (diperankan oleh Putthipong Assaratanakul), seorang pemuda yang putus sekolah dan berhenti dari pekerjaannya untuk merawat neneknya, Amah (diperankan oleh Usha Seamkhum), yang sedang menderita kanker stadium akhir dengan harapan mendapatkan warisan yang besar.
Mark, yang tadinya bercita-cita menjadi game caster, melihat contoh dari sepupunya, Mui yang diperankan oleh Tontawan Tantivejakul, yang berhasil mewarisi sebuah mansion setelah merawat kakeknya yang sekarat. Dengan motivasi yang sama, Mark menawarkan diri untuk merawat neneknya, Amah, yang tinggal sendirian. Namun, niatnya tidak sepenuhnya tulus karena ia lebih berfokus pada warisan jutaan baht yang diincarnya daripada kasih sayang terhadap neneknya.
Meskipun Mark tidak mendapatkan yang ia harapkan, seiring berjalannya waktu, ia menyadari nilai sejati dari hubungan keluarga dan kasih sayang. Transformasi emosional ini membuatnya lebih peduli terhadap neneknya daripada mengejar warisan semata. Meskipun tidak berhasil mendapatkan warisan yang diinginkannya, Mark menemukan makna dan kedalaman dalam hubungan dengan Amah.
Dengan diadakannya acara tukar hadiah setelah menonton film ini, diharapkan para siswa bisa mengambil pelajaran. Kita jangan sampai mengharapkan balasan atas perbuatan baik yang sudah kita lakukan, karena itu termasuk bentuk keikhlasan. Tercermin dari acara tukar hadiah, para siswa mendapatkan hal yang acak, meski tidak semuanya mendapatkan apa yang diekspektasikan. (*)
Penulis Basirun Editor Wildan Nanda Rahmatullah