Muhsin MK – Aktivis PCM Cipedak Jakarta Selatan
PWMU.CO – Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912 di Kauman, Yogyakarta. Pendirinya KH. Ahmad Dahlan. Persyarikatan ini tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di seluruh Indonesia. Kini berdiri pula di beberapa negara dunia. Tokoh dan kader kadernya bertebaran dimana mana. Mereka tidak hanya aktif di lingkungan Muhammadiyah saja. Diantara mereka ada pula yang aktif di organisasi organisasi Islam lainnya. Salah satu diantaranya di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Dewan Dakwah berdiri tahun 1967 di Masjid Al Munawarah, Tanah Abang, Jakarta. Salah satu pendirinya Mohammad Natsir. Hanya saja organisasinya berbeda dengan Muhammadiyah yang berbentuk Organisasi Masyarakat (Ormas) Keagamaan. Adapun Dewan Dakwah berbentuk yayasan. Beda ormas dengan yayasan. Perbedaannya antara lain sebagai berikut:
Pertama, Ormas memiliki legalitas dari Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementrian Hukum dan Ham (Kemenkumham) RI. Ketua Umum atau Presiden Kepengurusannya ditetapkan dalam kongres atau Musyawarah Nasional (Munas) atau Musyawarah Besar (Mubes) atau Konferensi Nasional (Konfernas) atau Majlis Tahkim (Ormas Syarikat Islam Indonesia/SII) atau Muktamar.(Muhammadiyah) dan lain lain.
Adapun yayasan memiliki legalitas berdasarkan Akta Notaris yang disyahkan oleh Kemenkumham RI. Kepengurusannya terbagi tiga. Badan Pembina, Badan Pengawas dan Badan Pengurus. Badan Pembina yang bermula sebagai pendiri yang memilih dan mengangkat Badan Pengawas dan Badan Pengurus. Ketua Badan Pengurus ditetapkan oleh Badan Pembina dalam musyawarah yang diadakannya. Periodenya bisa sama 5 tahun bisa berbeda.
Kepengurusan Yayasan Dewan Dakwah berbeda dengan yayasan keluarga. Pendiri dan pengurus Dewan Dakwah asalnya tokoh tokoh Masyumi dari berbagai latar belakang organisasi, daerah dan profesi. Pendiri Dewan Dakwah yang berasal dari Muhammadiyah yaitu Prof Dr HM Rasyidi. Rasyidi berasal dari Kota Gede Yogyakarta dan pernah menjadi Penasehat PP Muhammadiyah pada masa AR. Fachruddin menjadi Ketua Umum.
Dalam perjalanannya tokoh tokoh Muhammadiyah lainnya yang duduk dalam pengurus Dewan Dakwah Pusat antara lain KH. Hasan Basri, HM. Yunan Nasution, Dr. Anwar Harjono SH, KH. Taufiqurrahman, Buya H. Malik Ahmad dan lain dari kalangan tua. Kemudian dari kalangan mudanya tercatat antara lain Prof. Dr. Amin Rais MA, Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknyo, Prof. Dr. Yahya Muhaimin, H. Anhar Burhanuddin, MA dan Drs. Muhsin.
Kedua, walaupun Dewan Dakwah sebagai Yayasan namun pada zaman Menteri Agama RI, Dr. Tarmidzi Taher, disamakan dengan Muhammadiyah dan MUI. Namun status Dewan Dakwah tetap yayasan yang berbeda dengan ormas. Oleh karena itu Dewan Dakwah tidak melarang pengurusnya berasal dari Ormas Islam, baik di pusat maupun propinsi dan kota kabupaten.
Hubungan Keduanya dari Waktu ke Waktu
Hubungan Muhammadiyah dengan Dewan Dakwah sejak zaman M. Natsir sebagai Ketua Umum, hingga zaman Dr. Adian Husaini saat ini tetap berjalan baik. Pada zaman M. Natsir dibentuk Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI). Dari Muhammadiyah duduk dan aktif antara lain Prof. Dr. Ismail Suny SH. MCL, Wakil Ketua PP Muhammadiyah, dan Anhar Burhanuddin MA. Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah.
Pada zaman Orde Baru, era Presiden Soeharto, sekolah sekolah Muhammadiyah pernah dicabut subsidinya oleh Dr. Daud Yusuf, saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Dewan Dakwah tidak tinggal diam. Melalui mubaligh dan juru dakwah yang aktif di masjid masjid diserukan untuk mengumpulkan infaq dan sedekah guna membantu pendanaan sekolah sekolah Muhammadiyah tersebut. Hasilnya diserahkan kepada Muhammadiyah.
Demikian pula pada saat menteri Daud Yusuf melarang jilbab dipakai di sekolah sekolah negeri, sehingga banyak siswa SMA Negeri yang dikeluarkan secara paksa. Murid murid SMA itu oleh Dewan Dakwah dibantu dengan dipindahkan ke SMA Muhammadiyah dan bayaran sekolahnya ditanggung Dewan Dakwah.
Selain itu saat pembangunan gedung dakwah PP Muhammadiyah jl. Menteng Raya Jakarta, Dewan Dakwah juga memberikan bantuannya. Bantuan dicatat dalam papan kecil yang dipasang dekat tembok gedung. Entah saat ini papan catatan itu masih ada atau tidak.
Kerja sama antara Muhammadiyah dengan Dewan Dakwah juga pernah dilakukan pada saat kedatangan Paus Paulus, pimpinan tertinggi ummat Katolik Romawi ke Indonesia. Natsir sebagai Ketua Umum Dewan Dakwah bersama Prof. Dr. H.M. Rasyidi (Muhammadiyah) dan Rusli Abdul Wahid (Perti) menulis pesan dan aspirasi ummat Islam melalui surat yang dibukukan kepada Paus secara langsung. Isi suratnya antara lain, agar organisasi ummat Katolik dunia tidak menjadikan Indonesia, yang penduduknya mayoritas muslim, sebagai obyek pemurtadan.
Adapun HAR. Fachruddin, Ketua PP Muhammadiyah yang awalnya diajak menulis bersama, namun akhirnyaj menulis surat sendiri kepada Paus dalam Bahasa Jawa halus untuk mengingatkan hal yang sama.
Muhammadiyah juga pernah bekerja sama dengan Dewan Dakwah dan Ormas Islam lainnya dalam membentuk forum Musyawarah Ormas ormas Islam (MOI) pada masa Prof Dr Din Syamsuddin MA menjadi ketua umum. Waktu itu Ketua Umum Dewan Dakwah H. Syuhada Bahri. Syuhada sendiri pernah menjadi Guru SMP Muhammadiyah dan Wakil Ketua PCM Tanah Abang III, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Ia juga pernah memberikan ceramah Halal Bihalal PWM Jawa Barat di aula Masjid Raya Mujahidin Bandung.
Kerja sama dalam MOI antara lain, mengadakan “Pelatihan Antisipasi Aliran Sesat” tingkat nasional. Dewan Dakwah yang ketempatan acara. Muhammadiyah yang menyiapkan anggarannya. Sebelum dana dari Muhammadiyah turun, Dewan Dakwah yang menalanginya lebih dahulu. Muhsin, pernah menjadi Sekretaris Majlis PKU PWM Muhammadiyah DKI Jakarta, periode 1980-1985, ditetapkan sebagai ketua OC nya.
Pada masa Ketua Umum Dewan Dakwah. Dr. Adian Husaini MA, periode 2021-2026, telah mengundang Prof. Dr. Haidar Natsir MSi, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2022, 2022-2027, sebagai pembicara dalam acara Haflah Idul Fitri 2024, Keluarga Besar Dewan Dakwah. Sebelumnya Haedar Nasir atas nama PP Muhammadiyah mengucapkan takziyah atau belasungkawa atas wafatnya Drs. H. Mohammad Siddiq MA, Ketua Umum Dewan Dakwah Pusat.
Dr. Adian sendiri pernah aktif di Majlis Tabligh PP Muhammadiyah. Ia juga mengisi materi dalam Pelatihan Mubaligh Muhammadiyah se Jawa Barat, yang diadakan Majlis Tabligh PWM Jabar, periode 2010-2015, bertempat di Pesantren Daarul Arqam Muhammadiyah Garut.
Editor Teguh Imami