Muhsin MK – Pengamat Sosial
PWMU.CO – Al Qur’an merupakan Wahyu dari Allah. Pedoman hidup manusia. Mukjizat yang diterima Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Banyak hal unik dan menarik dalam ayat ayat dan kandungannya. Ada yang eksplisit disebutkan ada yang implisit terkandung di dalamnya.
Salah satunya berkaitan dengan bahtera, perahu, sampan, atau kapal laut dan nama lainnya. Kandungan ayat yang implisit tentang perahu ini disebutkan di dalam ayat Al Qur’an ini.
“Apakah kamu merasa aman dari dikembalikannya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taufan lalu ditenggelamkannya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamupun tidak mendapat penolong seorangpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak keturunan Adam. Kami angkut mereka di daratan dan dilautan”. (Al Isra’:69-70).
Namun cukup banyak ayat yang eksplisit berkaitan dengan perahu, bahtera dan kapal laut. Inipun terbagi dalam dua kategori.
Pertama, hanya disebut dalam ayat, namun tidak ada unsur manusia yang sedang beraktifitas di dalamnya. Hanya ada menyebutkan fungsinya bagi manusia, seperti ayat di bawah ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia”.(Al Baqarah:164, Al Isra: 66, Al Jatsiyah:12).
Kemudian juga berkaitan dengan kekuasaan Allah seperti dalam ayat ini. “Dan diantara tanda tanda kekuasaannya ialah kapal kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung gunung”.(Asy Syuro:32, lihat juga Lukman:31 dan Ar Rahman:24, Ibrahim:32, Al Hajj:65).
Kedua, disebutkan dalam ayat yang langsung berhubungan dengan aktifitas manusia sebagaiman bahtera di zaman Nabi Nuh ini.
1. Proses pembuatannya. Hal ini berkaitan dengan perintah Allah kepada Nabi Nuh alaihisallam salam agar membuat perahu. Lalu beliau mengerjakannya dari awal hingga selesai. Hal ini disebutkan dalam beberapa ayat.
“Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami…mulailah dia (Nuh) membuat bahtera itu (Hud:37-38) “…yang terbuat dari papan dan pasak (paku)”.(Qamar:13).
2. Aktifitas pemuatan penumpangnys. Setelah bahtera itu jadi lalu diperintahkan kepada Nuh alaihisallam untuk menaikkan penumpang yang terdiri dari manusia (keluarganya dan orang orang beriman) dan hewan (sepasang sepasang). Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.
“Muatkanlah ke dalamnya (kapal) itu) dari masing (hewan) sepasang sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu, kecuali orang orang yang terkena ketetapan terdahulu, dan (muatkan pula) orang orang yang beriman. Ternyata orang orang yang beriman bersama dengan Nuh hanya sedikit”.(Hud:40).
3. Peristiwa sesudah bahtera Nabi Nuh alaihisallam berlayar. Dalam hal ini ada dua hal peristiwa yang menarik.
a. Adanya orang yang tertinggal dan tidak mau naik ke dalamnya walau sudah termasuk dalam daftar, yang diajak dan diikut sertakan. Seperti disebutkan dalam ayat ini.
“Dan kapal itu berlayar bersama mereka ke dalam gelombang laksana gunung gunung. Dan Nuh memanggil anaknya ketika dia (anak itu) berada di suatu tempat yang jauh terpencil. ‘Wahai anakku naiklah ke kapal bersama kami….Dia (anaknya) menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindari aku dari air bah”. (Nuh) berkata. ‘Tidak ada yang melindungi siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang”.(Hud:42-43).
b. Adanya orang yang tenggelam di laut setelah melompat dari kapal yang berlayar. Sebagai yang dialami Nabi Yunus Alaihisallam saat berlayar seperti disebutkan dalam ayat ini.
“Sesungguhnya Yunus benar benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut ber undi, lalu ia termasuk orang yang kalah dalam ber undi. Maka ia (masuk ke laut dan) ditelan.ikan besar dalam keadaan tercela. (As Saffat:139-142).
4. Keadaan saat berada di laut. Pada saat manusia berlayar ketika mengalami musibah dia akan ingat Allah dan memohon pertolongan kepada Nya. Seperti disebutkan dalam ayat ini.
“Jika mereka naik kapal (di laut) mereka berdoa dengan ikhlas. Ketika Allah menyelamatkan mereka hingga di daratan, pada saat itu mereka melakukan kemusyrikan”. (Al Angkabut:65, Al Isra’:67).
5. Penyelamatan bahtera dari bahaya kemanusiaan. Hal ini dilakukan Nabi Khidir alaihisallam saat memberi pelajaran pada nabi Musa alaihisallam sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.
“Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, hingga dia (Khidir) melubanginya. Dia (Musa) berkata, ‘Mengapa kamu melubangi perahu itu. Apakah ingin menenggelamkan penumpangnya? (Khidir menjelaskan). Adapun perahu itu milik orang miskin yang bekerja di laut (nelayan), aku bermaksud merusaknya karena dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu”.(Al Kahfi: 71,79).
Misi Kemanusiaan dengan Bahtera
Berbagai musibah yang menimpa manusia di berbagai penjuru dunia telah menimbulkan masalah kemanusiaan. Apakah dampak dari bencana alam, peperangan, wabah penyakit, kemiskinan dan kelaparan di berbagai pelosok dunia
Keadaan tersebut mendorong setiap organisasi nasional dan internasional, termasuk Muhammadiyah di dalamnya melakukan aktifitas kemanusiaan dalam berbagai bentuknya. Dalam menjalankan misi kemanusiaan setiap organisasi akan memanfaatkan berbagai sarana, diantaranya bahtera, kapal, perahu, sampan, tongkang dan atau spitbot dan lain lain.
Adapun kapal kapal yang membawa misi kemanusiaan antara lain:
Pertama, Klinik apung. Salah satunya Rumah sakit atau Klinik Apung Said Tahuleley (KAST) Muhammadiyah yang melakukan aktifitasnya di Kepulauan Maluku. Ini sedemikian diperlukan agar dapat menjangkau pulau dan penduduk.terpencil yang menghadapi musibah, khususnya yang memerlukan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.(Muhammadiyah or.id).
Kedua, Kapal Rumah Sakit Apung (RST) Ksatria Airlangga yang merupakan hasil usaha alumni Universitas Airlangga untuk memberikan pelayanan kemanusiaan di pulau pulau di wilayah Jatim.(rstka.id).
Ketiga, Rumah Sakit Apung Nusa Waluya II daru Yayasan doctorSHARE yang beroperasi di daerah Kalsel (Mediaindonesia.com), Kaltim (kaltimptip.go.id), Riau (riaupos.jawapos.com) dan Sorong Papua. (Tribunnews.com) untuk melayani masyarakat di daerahnya yang terpencil. Di dalam RS ini terdapat ruang perawatan, operasi dan lain lain.
Keempat, Kapal Rumah Sakit Apung Laksamana Malahayati yang dimiliki PDIP, (cakaplah.com) beroperasi di daerah di berbagai daerah juga melakukan aktifitas kemanusiaan dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis pada masyarakat duafa.
Kelima. Ambulance Terapung di Kalbar. LAZISMU telah berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi Kalbar (Lazismu.org) dalam membantu pengadaan sarana tersebut yang sedemikian membantu dalam pelayanan kemanusiaan dan kesehatan masyarakat yang terpencil di dekat sungai.
Keenam, dalam pengiriman bantuan kemanusiaan dari seluruh dunia muslim ke Palestina juga menggunakan bahtera atau kapal laut. Termasuk pengiriman bantuan dari Indonesia dengan kapal milik Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).(Kemhan.go.id). Sementara itu dari Turkiye dikirim dengan menggunakan kapal Bulan Sabit Merah Negara tersebut (aa.com).
Semua ini menjadi bukti betapa yang dilakukan oleh Nabi Nuh alaihisallam dan Nabi Khidir alaihisallam pada masa lalu tetap menjadi dorongan dan inspirasi manusia zaman ini dan mendatang. Terutama bagi organisasi kemanusiaan di seluruh dunia. Mereka dapat memanfaatkan bahtera, kapal laut, perahu, sampan, tongkang dan kendaraan lainnya untuk memberi pelayanan dan bantuan kemanusiaan di seluruh dunia.
Editor Teguh Imami