PWMU.CO – Pembacaan puisi berjudul Gelanggang Pemuda menggetarkan SMK Muhammadiyah 2 (SMK Muda) Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Selasa (16/7/2024). Kegiatan ini berlangsung di aula sekolah.
Baca puisi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) peserta didik baru Tahun Ajaran 2024-2025 SMK Muda Genteng.
Bertindak sebagai deklamator adalah Riatiningsih SS. Hadir dalam acara ini peserta MPLS, dan segenap panitia kegiatan.
Riatiningsih, wanita yang kesehariannya mengampu mapel Bahasa Indonesia itu membuat suasana aula benar-benar menjadi bergemuruh.
Gelanggang Pemuda yang ia bacakan mampu menggetarkan aula SMK Muda. Suaranya menggelegar memenuhi seluruh ruangan. Semua peserta MPLS terdiam, terpana, dan bertepuk tangan saat Riatiningsih menyelesaikan setiap bait syairnya.
Tujuan pembacaan puisi ini adalah untuk memberi sugesti kepada peserta didik baru tentang bahaya bullying melalui pendekatan karya sastra puisi. Karena kampanye anti bullying, sekolah ramah anak dapat dilakukan dalam berbagai macam bidang kehidupan. Termasuk berkesenian.
Puisi Gelanggang Pemuda ini termasuk jenis satire (puisi baru) yang digunakan untuk sindiran atau peringatan.
Inilah bait puisi yang dibacakan:
Gelanggang Pemuda
Karya: Riatiningsih
Gelanggang Pemuda
Aku melihat repetisi televisi berdengung
Melahirkan begitu banyak asa, fakta
Muda, penuh luka
Menangis di pangkuan orangtuanya
Antara kebebasan dan penindasan
Menangis, saling beramu pilu
Dan spanduk -spanduk formalitas
Menyala, hanya sekadar dibaca
Di rentetan peristiwa
Aku melihat anak anak terpenjara tersiksa
tercekik, tertampar, terisak di tangan kawannya
Perundungan…
Sekumpulan manusia sampah yang miskin moralitas
Penuh retorika gombal tak terbatas
Problematik, sarkastik, penuh intrik
Sungguh, tidak mencerminkan kode etik
Para pelajar…
Anak muda….
Gerombolan remaja…
Anak petani…
Anak buruh…
anak anak penerus bangsa…
Jauhkan tangan dari perundungan
Jauhkan kaki dari jalan kekufuran
Jauhkan intuisi dari krisis kemanusiaan
Jangan biarkan ego, membawa api di atas tubuh manusia
Karena setiap luka, pasti ada taruhannya (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Wildan Nanda Rahmatullah