PWMU.CO – Pendiri sekaligus penggagas Rumah Baca Cahaya mengikuti Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu-Ahad (24-25/8/2024).
Rumah Baca yang berlokasi di lingkungan Sidokumpul, Blimbing, Paciran, Lamongan adalah inisiatif literasi yang hadir sebagai solusi atas rendahnya minat baca di Indonesia dan tantangan sosial yang dihadapi oleh generasi muda di wilayah pantura.
Rumah Baca yang digagas oleh Wariyono ini didirikan pada 25 Agustus 2017 oleh sekelompok anak muda dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muhammadiyah 2 Blimbing dan SMP Muhammadiyah 7 Blimbing.
Rumah Baca Cahaya bertujuan untuk membangkitkan gairah membaca dan menulis di kalangan masyarakat, terutama di Blimbing dan Brondong.
Sejarah Berdirinya Rumah Baca Cahaya
Berdasarkan studi Most Littered Nation In the World 2016, minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.
Kondisi ini semakin diperparah dengan maraknya peredaran narkoba di wilayah pantura serta menjamurnya warung kopi dengan layanan WiFi gratis yang menarik minat generasi muda untuk nongkrong dan berleha-leha.
Melihat situasi ini, para pemuda IPM Blimbing merasa perlu menyediakan kegiatan alternatif yang positif. Mereka pun memilih literasi sebagai jalan untuk mengubah kebiasaan masyarakat.
Dengan semangat yang tinggi, mereka mendirikan Rumah Baca Cahaya dengan konsep perpustakaan jalanan, sebuah upaya untuk mendekatkan buku kepada masyarakat secara langsung, tanpa menunggu mereka datang ke perpustakaan.
Program Kerja Rumah Baca Cahaya
Pertama, Gerakan Pantura Membaca (GPM). GPM adalah program unggulan Rumah Baca Cahaya yang dilakukan setiap Jumat dan Minggu sore di area Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.
Dalam gerakan ini, berbagai buku mulai dari novel, biografi, hingga buku-buku agama digelar di tempat-tempat strategis untuk menjangkau masyarakat yang berkumpul di sekitar pelabuhan. Tujuannya adalah mempermudah akses buku dan meningkatkan minat baca masyarakat.
Kedua, RBC Kids Zone. RBC Kids Zone adalah zona fantasi dan kreasi bagi anak-anak. Program ini diadakan bersamaan dengan GPM, di mana anak-anak diajak untuk berkreasi melalui kegiatan menggambar, mewarnai, dan berbagai permainan kreatif.
Selain itu, disediakan juga les gratis bahasa Inggris dan Arab untuk anak-anak, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kemampuan bahasa mereka sejak dini.
Ketiga, Bedah Buku atau Diskusi. Rumah Baca Cahaya secara berkala mengadakan diskusi dan bedah buku yang terbuka untuk umum.
Kegiatan ini bersifat insidental dan diselenggarakan pada momen-momen khusus, dengan tujuan memperdalam pemahaman masyarakat terhadap literatur tertentu dan menumbuhkan budaya diskusi yang sehat.
keempat, Berbagi Buku. Program ini bertujuan agar akses buku bisa menjangkau masyarakat hingga ke tingkat bawah.
Rumah Baca Cahaya mendukung penguatan komunitas literasi di Lamongan, inisiasi perpustakaan masjid/musholla, dan pembuatan shelter buku di tempat-tempat publik, sehingga semua lapisan masyarakat dapat menikmati bacaan berkualitas.
Kelima, Pelatihan. Untuk memastikan bahwa gerakan literasi dapat berkembang, Rumah Baca Cahaya juga mengadakan berbagai pelatihan bagi para relawan dan masyarakat umum.
Pelatihan ini meliputi menulis, desain, komputer, bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk meng-upgrade kemampuan para penggerak literasi, sehingga mereka dapat lebih efektif dalam menjalankan program-program literasi di wilayahnya.
Komitmen untuk Masa Depan
Rumah Baca Cahaya hadir sebagai cahaya baru bagi masyarakat Blimbing dan Brondong, khususnya generasi muda, dengan harapan mampu menciptakan budaya literasi yang kuat di tengah tantangan zaman.
Dengan berbagai program yang dihadirkan, Rumah Baca Cahaya terus berupaya menjadi pusat literasi dan kreativitas yang dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam membaca, menulis, dan berkegiatan positif.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan