PWMU.CO – Untuk rumah sakit, saya berikan apresiasi yang sangat tinggi. Karena ini termasuk peninggalan sejarah.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir MSi dalam acara Peresmian Gedung Perguruan Muhammadiyah Cabang Tandes dan Milad 1 Abad RS Muhammadiyah Surabaya.
Poliklinik Muhammadiyah mulanya ada di Yogyakarta pada tahun 1923. Namun, di tahun tersebut Muhammadiyah belum memiliki dokter. Maka Kiai Dahlan mendapat bantuan dokter dari Belanda dan bangsawan.
Setahun kemudian, Muhammadiyah mendirikan poliklinik di Surabaya. Yang menjadi ketuanya adalah dr Soetomo, pendiri Budi Utomo.
“Muhammadiyah mendirikan rumah sakit termasuk dalam implementasi dakwah surat al-Maun. Muhammadiyah ingin menolong siapapun tanpa memandang ras, agama, suku, dan golongannya,” ujar Haedar.
Al-Maun selain mengandung ajaran cinta kasih, tapi juga orientasi kemanusiaan yang kemajuan.
Dari surat al-Maun, Muhammadiyah mendirikan 3 gerakan, yakni rumah sakit untuk membantu orang yang sakit. Yang kedua adalah rumah miskin untuk membantu orang-orang miskin. Dan yang ketiga adalah rumah yatim, cikal bakal panti asuhan Muhammadiyah.
“Itu adalah implementasi surat al-Maun yang diterapkan oleh Kiai Dahlan dan Kiai Sudja’ untuk membentuk gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan,” jelasnya.
“Maka, al-Maun menjadi dasar pergerakan Muhammadiyah. Yakni bergerak di bidang sosial dan peduli pada sesama,” terangnya. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Syahroni Nur Wachid