Oleh: Dinil Abrar Sulthani – Penasihat PCIM Turki, Cendekiawan Muhammadiyah
PWMU.CO – Demokrasi akhir-akhir ini kerap menjadi bahasan menarik bagi diskusi-obrolan bapak-ibu, para pemuda bahkan mungkin anak-anak. Hal itu ditandai dengan pembicaraan mulai dari siapa presiden sekarang, kapan dilantik, sampai dengan pembahasan yang viral tentang putusan MK.
Ini menjadi tanda bahwa informasi politik secara implisit menjadi kebutuhan bagi masyarakat, tak ubahnya seperti kebutuhan sandang pangan dan paket data. Informasi politik ini perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi secara berimbang agar menemukan nilai pembelajaran atau perubahan ke arah situasi yang lebih baik.
Nilai politik dalam sudut pandang pendidikan Muhammadiyah mensyaratkan kebenaran dan keterbukaan informasi secara jelas dan benar. Maka ada dua hal yang patut untuk diperhatikan agar syarat itu terpenuhi, Pertama, dari penyaji berita informasi politik hendaknya memberikan informasi yang membantu masyarakat menjadi manusia terdididik saat membaca atau melihat sajian berita politik.
Intisari syarat Kedua adalah User penikmat informasi, maka sebaiknya membaca atau melihat informasi politik dengan pikiran yang terbuka dan sudut pandang yang banyak. Karena bisa jadi informasi dari satu media ada yang kurang maka dilengkapi dari media lain. Sebaliknya informasi politik yang berlebihan dari suatu pihak dapat dikomparasi dengan informasi dari media lain.
Luapan informasi politik yang diterima tersebut diarahkan untuk membentuk perubahan cara berpikir bukan malah memicu dan memacu kebencian kepada sekelompok dan oknum orang tertentu. Maka penting untuk memperluas pandangan dan berlapang dada atas perbedaan politik.
Semangat ini menjadi kontekstualisasi Sifat Muhammadiyah yang ke-3 “Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.”
Ajaran pendidikan Muhammadiyah ini menjadi penasihat dan pencerahan bagi manusia Indonesia dalam menjalani aspek kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam diskursus politik.
Dengan demikian, politik yang menjadi bahasan yang tak akan pernah habis di Indonesia, dapat disikapi dengan cara berpikir dan berdiskusi yang membawa pencerahan informasi. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah