PWMU.CO – Tim pengabdian UM Surabaya lakukan edukasi pencegahan kekerasan seksual kepada keluarga nelayan Bulak Surabaya, Jumat (13/09/2024). Kegiatan ini dilaksanakan di Balai RW III Kelurahan Kedungcowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya, dan disambut antusias oleh warga dan ketua RW. Pasalnya belakangan ini isu kekerasan seksual bahkan femisida sangat santer di media masa. Menjadi sebuah keresahan tersendiri bagi masyarakat.
Edukasi pencegahan kekerasan seksual yang dilakukan dimulai dengan pengenalan kekerasan seksual, macam-macam kekerasan seksual, dan mengenal psikologis anak untuk membangun pendekatan yang terbuka antara anak dan orang tua.
“Pendekatan psikologis, perlu diberikan, sebab mendidikan anak dari generasi ke generasi tentu butuh pendekatan yang berbeda. Generasi saat ini, di Tengah pesatnya arus informasi teknologi digital, tentu membutuhkan pengetahuan lebih bagi orang tua, dan ini ada kaitannya dengan upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak,” ungkap Dr Endah Hendarwati SE MPd yang merupakan ketua tim pengabdian tersebut.
Ketua RW III Bapak M. Syaichu, menyambut dengan antusias dan senang dengan kehadiran tim pengabdian di wilayahnya. Menurut beliau, warga nelayan sehari-hari disibukkan dengan aktivitas melaut bagi bapak-bapaknya, dan mengeringkan ikan bagi ibu-ibunya, sehingga jarang menerima literasi apalagi tentang kekerasan seksual yang saat ini marak menjadi persoalan di negeri ini.
“Saya sangat senang, dengan kehadiran ibu dan bapak, semoga warga saya bisa mengambil manfaat dari kegiatan ini. Saya sepakat dengan dikatakan oleh ibu bapak, bahwa bukan hanya anak perempuan saja yang beresiko, tetapi semuanya punya resiko menjadi korban. Pesan saya, ibu bapak nanti bisa menggunakan bahasa yang sederhana ketika menyampaikan materi, terima kasih sekali lagi,” ujar Ketua RW III Bapak M. Syaichu dalam sambutan pembukanya.
FGD bersama Ibu-ibu Keluarga Nelayan
Selain memberi edukasi, tim juga membuka interaksi dua arah untuk mendengarkan keluhan warga. Menurut beberapa ibu-ibu dari keluarga nelayan, mendidik anak jaman sekarang adalah gampang-gampang susah. Cenderung menghabiskan waktu dengan ponsel di kamar, dan jika ditegur akan merah.
Hal ini seperti dikeluhkan oleh salah satu warga yang mengikuti forum edukasi, Ibu Fauziyah, “Gampang-gampang susah, Mbak. Hari-hari nang kamar terus, hp-an terus, Mbak.”
Selama mengikuti materi, warga mengatakan bahwa selama ini pemahaman mereka tentang kekerasan atau pelecehan seksual adalah sebatas pemerkosaan, pencabulan. Setelah mengikuti materi, macam-macam pelecehan ternyata banyak, bukan hanya yang bersifat fisik, tetapi non fisik.
Dalam edukasi, narasumber yang merupakan dosen PGSD UMSurabaya, Holy Ichda Wahyuni SPd MSi dan seorang pakar psikologi Adelin Apriliya Sari SPsi juga menekankan pentingnya untuk tidak lekas menyalahkan korban. Seperti cara berpakaian korban, atau aktivitas korban yang bekerja di malam hari.
“Penghakiman-penghakiman lingkungan, akan membuat anak-anak kita andaikan menerima perilaku pelecehan akan cenderung bungkam. Merasa bahwa itu adalah aib yang harus disimpan. Padahal, seyogyanya korban harus berani berbicara dan meminta perlindungan,” tambah Holy.
Keberlanjutan dari program ini adalah akan dirilisnya sebuah aplikasi berbasis android yang memiliki fitur mudah digunakan oleh para orang tua dalam meningkatkan level pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak. Aplikasi tersebut akan dirilis dalam waktu dekat, disosialisasikan, dan diterapkan kepada mitra yang sama, yakni keluarga nelayan Bulak Kota Surabaya. (*)
Editor Amanat Solikah