PWMU.CO – Berbagai Lembaga survei merilis hasil surveinya tentang Pilgub (Pemilihan gubernur) Jawa Timur. Terbaru dilakukan oleh Poltracking, diselenggarakan pada 4-10 September 2024.
Survei ini melibatkan 1.200 responden di seluruh Jatim. Metode survei menggunakan multistage random sampling. Survei Poltracking ini memiliki margin of error di angka ± 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR menyatakan pasangan Khofifah-Dardak elektabilitasnya sebesar 57, 3 persen. Unggul jauh ketimbang Risma-Gus Hans dan LUKMAN (Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim). Elektabilitas Risma-Gus Hans (Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta) sekitar 22,7 persen dan Luluk-Lukmanul sebesar 2,2 persen.
“Simulasi surat suara pasangan Khofifah-Dardak 57,3 persen. Kekuatan (Khofifah-Dardak) cukup besar, hampir menyentuh angka 60 persen,” kata Hanta Yuda saat paparan melalui Poltracking TV, Kamis (19/9/2024). Sementara itu ada sekitar 17,8 persen masyarakat undecided votersnya. Menurut Hanta angka ini tergolong lumayan tinggi.
Diakui oleh Hanta bahwa ada kemungkinan pergeseran undicided voters ke masing-masing bapaslon.
“Masih ada peluang undecided direbutkan tiga paslon,” jelasnya. Meskipun demikian elektabilitas Khofifah-Dardak sudah hampir mendekati batas elektoral psikologi petahana yakni 60%. Ia memprediksi dua bapaslon lain akan kesulitan mengejar.
Sebelum Poltracking survei, Litbang (Lembaga Penelitian dan Pengembangan) Kompas merilis hasil surveinya. Berdasarkan survei Litbang Kompas periode Juni 2024, elektabilitas Khofifah mencapai 26,8 persen. Lalu, disusul oleh Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dengan 13,6 persen.
Litbang Kompas dalam survei tersebut belum memasangkan para kandidat. Masih penjajakan elektabilitas tokoh-tokoh yang akan muncul menjadi kandidat. Dalam survei itu Emil Elestianto Dardak dan Syaifullah Yusuf hanya dipilih kurang dari empat persen responden. Masing-masing 3,8 persen dan 1,8 persen, Kompas.id, Jumat (19/7/2024).
Di sisi lain ada juga nama mantan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Marzuki Mustamar dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Namun, elektabilitas keduanya tidak mencapai satu persen. Eri Cahyadi mendapat 0,8 persen. Sedangkan Marzuki Mustamar hanya memeroleh 0,4 persen.
Menurut peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, ada sebanyak 51 persen responden tidak menjawab atau menjawab tidak tahu. Oleh karenanya, peluang munculnya kandidat selain Khofifah yang sudah memastikan maju di Jawa Timur, masih terbuka. Termasuk, Risma yang berada di posisi kedua berdasarkan hasil survei Litbang Kompas.
“Dengan masih banyaknya responden yang belum menentukan pilihan, artinya masih terbuka luas bagi kandidat lain (selain Khofifah). Kalau melihat dari elektabilitas yang kuat ada Risma di posisi kedua, yang paling memiliki pontensi,” kata Yohan kepada Kompas.com, Jumat.
“Tetapi tentu ada banyak variabel lain, seperti dukungan partai politik (Parpol),” ujar Johan melanjutkan.
Hasil survei Litbang Kompas dan Poltracking di atas secara teoritis menmpatkan pasangan Khofifah-Dardak unggul jauh daripada Risma-Gus Hans dan LUKMAN. Justru kehadiran LUKMAN dalam pilgub Jatim ini menguntungkan Khofifah-Dardak, meskipun sementara ini elektabilitasnya hanya 2,2 persen. Pasangan petahana, Khofifah-Dardak, sangat sulit dikalahkan jika ada 3 pasangan dalam pilgub Jatim.
Risma-Gus Hans mempunyai peluang tinggi untuk menandingi Khofifah-Dardak jika terjadi head to head: Risma-Gus Hans vs Khofifah-Dardak. Namun itu pun perlu waktu cukup panjang dan dana sangat besar, apalagi di Jawa Timur ada 38 kabupaten dan Kota.
“Waktu 2 bulan lebih merupakan faktor penting untuk membayangkan pemenang Pilgub Jatim 2024 adalah Khofifah-Dardak,” ujar Dr Abdul Aziz, dari FISIP Universitas Brawijaya kepada PWMU.CO saat dihubungi lewat WhatsApp, Jumat (20/9/2024). (*)
Penulis Aribowo Editor Wildan Nanda Rahmatullah