PWMU.CO – Calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 1, Suswono, menuai kritik setelah memberikan saran agar janda kaya menikahi pria yang menganggur, dengan mengaitkan contoh tersebut pada Nabi Muhammad SAW yang menikah dengan Khadijah.
Menurut Suswono, langkah ini dapat meningkatkan kesejahteraan di Jakarta. Meskipun ia telah meminta maaf atas pernyataannya, kontroversi ini tetap memicu beragam tanggapan dari berbagai pihak.
Dilansir dari web um-surabaya.ac.id, M. Febriyanto Firman Wijaya, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMSurabaya, menyatakan bahwa sebagai tokoh publik yang tengah berkompetisi, seharusnya memberikan saran dan pesan positif yang bermanfaat bagi masyarakat.
Terutama dalam menanggapi sejumlah masalah kesejahteraan yang berkaitan dengan strata sosial di masyarakat.
“Maka perlu di luruskan tentang perkataan beliau, yang berbau seksis dan tidak pantas keluar dari calon pejabat publik. Kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dan Khadijah juga secara tegas saya sampaikan tidak bisa di samakan dengan kondisi masyarakat sekarang,” jelas Riyan Sabtu (2/11/2024).
Menurut Riyan, meskipun pernyataan tersebut disampaikan sebagai candaan dalam konteks kepedulian terhadap anak yatim dan janda, dengan alasan mencari solusi pengentasan kemiskinan, kaitannya dengan menikahi janda kaya dan status pengangguran justru menggarisbawahi kegagalan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja dan peluang lain.
“Stigma tersebut memperkuat konstruksi sosial gender yang menempatkan perempuan, khususnya janda, dalam posisi yang lebih lemah dan diharapkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pasangannya,” paparnya.
Pernyataan ini juga memperkuat stereotipe gender terhadap janda, yang sering dipandang sebagai beban ekonomi dan dianggap harus mencari pasangan yang mampu menafkahi. Padahal, perempuan seharusnya memiliki hak yang sama untuk memilih pasangan hidup berdasarkan cinta, kasih sayang, dan kesamaan visi.
Dalam konteks sejarah Nabi Muhammad Saw, menurut Kitab Fiqhus Sirah karya Ramadhan Al Buthi, Nabi Muhammad menghabiskan masa mudanya dengan bekerja keras mencari nafkah dan menggembala kambing milik penduduk Mekkah, yang diberi upah dalam bentuk beberapa Qirath (takaran yang telah ditetapkan).
Nabi Muhammad Saw, yang dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) dan As-Shadiq (yang jujur), menggambarkan dirinya sebagai seorang pemuda yang memiliki kualitas dan karakter yang unggul.
“Maka pesan untuk para calon pejabat jangan dengan mudah melontarkan perumpamaan yang bersinggungan soal hal stratifikasi sosial dan keagamaan, kemudian menggeneralisir kasus yang tidak berdasar dan malah berpotensi menimbulkan dampak negatif,” tutupnya. (*)
Penulis Amanat Solikah Editor Wildan Nanda Rahmatullah