Oleh: Christin Wijaya
PWMU.CO – Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki peran signifikan dalam pembangunan bangsa. Dengan prinsip “amar ma’ruf nahi munkar” sebagai landasan dakwah dan gerakannya, Muhammadiyah konsisten untuk berusaha mewujudkan masyarakat berkemajuan.
Dalam era Revolusi Industri 4.0, momentum ini adalah kesempatan emas bagi Muhammadiyah untuk mengoptimalkan perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) dalam menjalankan amanat pencerahannya. Teknologi bukan hanya alat, ia adalah instrumen transformasi yang, bila digunakan dengan bijak, dapat memperkuat umat dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya.
Muhammadiyah selama ini telah memberikan kontribusi signifikan pada sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Kini, dengan perkembangan AI yang pesat, Muhammadiyah dapat meningkatkan kapasitas tersebut melalui inovasi yang berkelanjutan. Misalnya, penerapan AI dalam sistem pendidikan.
Muhammadiyah bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif menggunakan teknologi yang memahami kebutuhan siswa. Selain itu juga bisa memberikan konten yang relevan serta dapat memantau perkembangan belajar mereka.
Dengan begitu, pendidikan yang inklusif dan berkualitas dapat dirasakan secara merata hingga ke pelosok negeri. Di bidang kesehatan, AI dapat digunakan untuk menciptakan layanan telemedicine yang dapat menjangkau masyarakat di daerah terpencil.
Muhammadiyah dapat mengembangkan platform kesehatan berbasis AI yang mampu mendiagnosis penyakit secara cepat, memberikan informasi kesehatan, dan menghubungkan pasien dengan tenaga medis profesional. Dengan telemedicine, masyarakat di wilayah yang terbatas fasilitas kesehatannya bisa tetap mendapatkan layanan medis yang berkualitas.
Muhammadiyah bisa menjadi pelopor layanan kesehatan berbasis AI, yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga terjangkau dan inklusif.
Dalam bidang ekonomi, peran teknologi dan AI bisa sangat relevan dalam pemberdayaan ekonomi mikro. Muhammadiyah dapat memanfaatkan AI untuk membangun sistem digital yang membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam mengelola inventori, merencanakan pemasaran, hingga memprediksi tren pasar.
Dengan penerapan AI, UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional akan memiliki daya saing yang lebih kuat di pasar domestik maupun global. Hal ini sejalan dengan misi Muhammadiyah untuk memberdayakan umat agar mandiri secara ekonomi dan tangguh menghadapi perubahan zaman.
Namun, perjalanan Muhammadiyah dalam mengadopsi teknologi dan AI tentu tidak lepas dari tantangan. Penggunaan AI yang melibatkan data pribadi masyarakat harus dikawal dengan ketat agar tidak melanggar privasi individu. Muhammadiyah, dengan prinsip etika Islam, harus memastikan bahwa data umat dikelola dengan aman dan hanya digunakan untuk tujuan yang bermanfaat.
Transparansi dalam pengelolaan data ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa teknologi menjadi alat yang memberdayakan, bukan membahayakan. Di sisi lain, Muhammadiyah perlu melakukan langkah besar dalam penyebaran literasi digital di kalangan umat.
Teknologi AI hanya akan berdampak maksimal jika masyarakat memahami dan siap menggunakannya. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu memfasilitasi program literasi digital yang inklusif, mencakup edukasi tentang teknologi AI, manfaatnya, serta risiko-risikonya. Dengan pemahaman yang cukup, masyarakat tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi.
Lebih jauh, Muhammadiyah bisa mengambil langkah inovatif dengan menciptakan aplikasi atau platform edukasi berbasis AI yang menghadirkan konten keislaman dan edukasi moral.
Platform ini bisa berfungsi sebagai wadah pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam, yang memberikan tuntunan kepada umat tentang bagaimana menggunakan teknologi secara bijak dan bermoral.
Dengan demikian, AI tidak hanya berperan dalam aspek teknis, tetapi juga memperkuat karakter dan nilai-nilai Islam di kalangan pengguna.
Peran Muhammadiyah dalam mengintegrasikan AI juga dapat diwujudkan melalui inisiatif-inisiatif penelitian dan pengembangan teknologi. Muhammadiyah dapat membangun pusat riset yang fokus pada pengembangan AI berlandaskan etika Islam, sehingga hasilnya tidak hanya relevan secara ilmiah, tetapi juga sesuai dengan kebutuhan umat.
Melalui riset yang berkelanjutan, Muhammadiyah dapat berkontribusi pada perkembangan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga berkeadilan sosial.
Dalam jangka panjang, Muhammadiyah bisa menjadi garda terdepan dalam advokasi kebijakan publik terkait AI. Muhammadiyah juga dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk merumuskan regulasi yang memastikan bahwa perkembangan AI di Indonesia sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemaslahatan umat.
Dengan kebijakan yang tepat, AI dapat berkembang sebagai teknologi yang mendorong kemajuan tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan segala potensi ini, Muhammadiyah memiliki kesempatan besar untuk menjadi pionir dalam gerakan pencerahan berbasis teknologi. Teknologi dan AI bukan hanya alat untuk mencapai kemajuan, tetapi juga cara Muhammadiyah memperkuat perannya sebagai organisasi pencerah yang adaptif, progresif, dan berorientasi di masa depan.
Dengan adanya kombinasi dari visi pencerahan dan penguasaan teknologi, Muhammadiyah dapat mendorong Indonesia menjadi bangsa yang berkemajuan, tidak hanya secara teknologi tetapi juga dalam nilai-nilai Islam yang
luhur. (*)
Editor Ni’matul Faizah