Ilustrasi gambar Pendidikan karakter, sumber: Kiloe Journalist
Nazar Amrullah – Pegiat Sosial
PWMU.CO – Pendidikan karakter merupakan suatu cara mendidik murid-murid di sekolah agar memiliki kepribadian yang berguna bagi bangsa dan negara (Saryadi, Putri, Puspitasari, & Setyaningsih, 2020). Seperti apa yang telah disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 mengenai Penguatan Pendidikan Karakter Bab I pasal ayat (1) yaitu “penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi oleh hati, oleh rasa, oleh pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).”
Akan tetapi di samping itu, lemahnya implementasi nilai-nilai berkarakter di lembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan ditambah berbaurnya arus globalisasi telah mengaburkan kaidah-kaidah moral budaya bangsa yang sesungguhnya bernilai tinggi. Akibatnya, prilaku-prilaku tidak normatif semakin jauh merasuk ke dalam dan berakibat merusak kehidupan berbangsa (Supiana & Sugiharto, 2017). Sehingga hal ini perlu menjadi sebuah dasar untuk segera melakukan sebuah gerakan-gerakan yang mampu memberikan sebuah solutif bagi permasalahan yang terjadi terkait krisis moral yang saat ini semakin marak di tengah kehidupan masyarakat.
Sebagai organisasi sosial keagamaan di Indonesia, muhammadiyah selama ini dikenal sebagai pengelola pendidikan yang sangat fenomenal di Indonesia, dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan TK ABA (Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal), pondok pesantren sampai dengan perguruan tinggi (Aly, 2019). Selain itu, Organisasi sosial keagamaan ini yang bersifat modern di Indonesia salah satunya adalah Muhammadiyah (Fatirahma, 2023). Kata Muhammadiyah diambil dari nama Nabi Muhammad saw. Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H) oleh K.H. Ahmad Dahlan dan teman-temannya yang sepaham dengan beliau di Yogyakarta (Marlina, 2012).
Secara historis bahwa keberadaan organisasi muhammadiyah juga melahirkan banyak ide-ide pembaharuan dalam dunia pendidikan Islam. Seperti misalnya yang dikenal dengan sekolah berbasis Islamnya, yang dahulu kerap dianggap sebagai sekolah yang hanya megajarkan pelajaran sains semata kini berubah menjadi sekolah yang juga mengajarkan pelajaran keislaman, bahka kental dengan suasana keislaman (Daulay & Dalimunthe, 2021). Nah dengan melalui bidang pendidikan ini diharapkan gerakan untuk mencegah kemerosotan moral terutaam terhadap kaum muda. Karena pada dasarnya pendidikan menjadi salah satu sarana dalam membentuk manusia yang akhlak mulia.
Pendidikan adalah upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Suwardi & Samino, 2014). Selain itu karena dalam pendidikan terjadi proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Istiqomah & Suyadi, 2019). Dengan demikian sebagai organisasi Islam yang modern, Muhammadiyah tidak kalah saing dengan instansi-instansi serta yayasan lain dalam menyelenggarakan pendidikan (Susilo, 2016).
Salah satu metode yang perlu menjadi perhatian ialah bagaimana pendidikan yang sudah dibuat oleh Muhammadiyah sebaiknya mengkaji dan menerapkan kurikulum yang berbeda sebagai pondasi dan tercerminan bagi lembaga pendidikan lainnya. Salah satunya ialah dengan gebrakan dan Gerakan adanya kurikulum berbasis karakter yang harus disusun secara bersama terlebih dahulu terkait perencenaan dan pelaksanaan sampai dengan evaluasi nanti. Adapun tahapannya ialah dengan melakukan rapat pimpinan pusat sampai dengan daerah agar saling melengkapi satu sama lain terkait dengan konsep seperti apa. Namun, jangan lupa akan tetap menundang pihak pemerintah, para pakar pendidikan, dan semua kalangan perwakilan perguruan tinggi serta lembaga pendidikan di semua satuan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Editor Teguh Imami