Oleh: Deka Messi Araya
PWMU.CO – Dalam rentang waktu lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah mengukir jejak panjang sebagai organisasi yang tidak sekadar berkutat di ranah dakwah dan pendidikan. Melalui berbagai terobosan dan langkah nyata, organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini telah membuktikan diri sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Semangat pembaharuan yang menjadi ruh gerakan ini telah mendorong lahirnya berbagai inisiatif pemberdayaan ekonomi yang membumi dan selaras dengan cita-cita Indonesia Berkemajuan.
Di tengah guncangan ekonomi global dan berbagai krisis yang silih berganti, Indonesia masih bergulat dengan beragam persoalan mendasar. Kesenjangan ekonomi yang kian menganga, angka pengangguran yang belum sepenuhnya teratasi, serta ketergantungan yang tinggi terhadap produk impor menjadi PR besar yang perlu dijawab bersama.
Tingkat kemiskinan yang masih mencapai angka dua digit dan kesenjangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa semakin menambah kompleksitas permasalahan ekonomi nasional. Dalam konteks inilah, Muhammadiyah dengan semangat tajdid-nya terus bergerak mencari terobosan dan solusi konkret melalui program-program ekonomi yang memberdayakan.
Jejaring Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi bukti nyata komitmen organisasi ini dalam membangun fondasi ekonomi umat. Ratusan rumah sakit, ribuan sekolah, dan puluhan perguruan tinggi Muhammadiyah bukan sekadar lembaga pelayanan publik.
Lebih dari itu, mereka adalah penggerak roda ekonomi yang mampu menciptakan ribuan lapangan kerja dan menghasilkan efek berganda bagi perekonomian setempat. Data terakhir menunjukkan bahwa AUM telah menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional.
Dalam konteks pemberdayaan ekonomi mikro, Muhammadiyah telah mengembangkan konsep ekonomi berkeadilan yang berpijak pada nilai-nilai Islam progresif namun tetap membumi. Pendekatan ini tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata, tapi juga memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
Program pemberdayaan UMKM melalui BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) misalnya, telah berhasil membantu ribuan pengusaha kecil mendapatkan akses permodalan dengan skema yang mudah dan syar’i. Selain itu, pengembangan koperasi syariah dan pendampingan wirausaha muda menjadi bukti nyata kepedulian Muhammadiyah terhadap ekonomi akar rumput.
Program “Satu Cabang Satu UMKM Unggulan” yang diinisiasi beberapa tahun terakhir telah melahirkan ratusan usaha mikro yang tangguh dan mandiri. Melalui program ini, setiap cabang Muhammadiyah didorong untuk membina minimal satu UMKM binaan yang diharapkan bisa menjadi penggerak ekonomi lokal. Era digital yang kini melanda tak luput dari perhatian Muhammadiyah.
Organisasi ini telah melakukan berbagai inovasi ekonomi digital yang memudahkan transaksi antar jamaah dan masyarakat umum. Pengembangan marketplace MuMart yang khusus memasarkan produk UMKM binaan Muhammadiyah, sistem pembayaran digital MuPay untuk layanan AUM, hingga platform crowdfunding MuVentures untuk proyek-proyek sosial menunjukkan bahwa organisasi ini mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Lazismu hadir sebagai ujung tombak gerakan filantropi Muhammadiyah yang kian menunjukkan taringnya dalam pemberdayaan ekonomi umat. Program unggulan seperti “1000 UMKM Mandiri”, “Kampung Berdaya”, dan “Tani Bangkit” telah membantu ribuan keluarga membangun kemandirian ekonomi.
Model pemberdayaan berbasis zakat produktif yang dikembangkan LazisMu ini menjadi contoh bagaimana nilai-nilai Islam bisa diterjemahkan dalam konteks pembangunan ekonomi modern. Dalam ranah pendidikan ekonomi, Muhammadiyah juga berperan aktif melalui pengembangan kurikulum berbasis kewirausahaan di sekolah dan perguruan tingginya.
Program “Muhammadiyah Student Entrepreneur” yang digelar secara rutin telah melahirkan generasi wirausaha muda yang tangguh dan berdaya saing. Tidak hanya itu, inkubator bisnis yang dikembangkan di berbagai kampus Muhammadiyah telah menjadi wadah bagi lahirnya startup-startup inovatif karya mahasiswa.
Menatap masa depan, Muhammadiyah perlu memperkuat perannya sebagai motor penggerak perubahan ekonomi. Beberapa langkah strategis yang bisa diambil antara lain: membangun sinergi antar AUM untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat, mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital dalam pengembangan usaha, serta meningkatkan kualitas SDM melalui program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
Gelombang revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital membawa tantangan sekaligus peluang baru. Penguatan ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi menjadi kunci untuk membangun daya saing di era digital. Muhammadiyah, dengan jaringan pendidikan yang luas dan kultur progresif yang dimilikinya, punya modal besar untuk mewujudkan hal ini.
Di tengah upaya bangsa membangun kemandirian ekonomi, peran Muhammadiyah akan semakin krusial. Pengalaman panjang dalam pemberdayaan ekonomi umat, jaringan yang mengakar kuat hingga pelosok negeri, serta komitmen pada nilai-nilai Islam berkemajuan menjadi bekal penting untuk memberikan sumbangsih lebih besar dalam membangun perekonomian nasional yang berkeadilan.
Gerakan pencerahan ekonomi yang diusung Muhammadiyah sejatinya merupakan perwujudan dari semangat Islam yang berkemajuan – Islam yang mendorong kemajuan, modernitas, dan kemaslahatan umat. Melalui berbagai program dan inisiatif ekonomi yang membumi dan tepat sasaran, Muhammadiyah terus membuktikan relevansinya sebagai garda depan dalam membangun Indonesia yang lebih sejahtera, berkeadilan, dan berkemajuan. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah