Oleh: Putri Nadlifah Tiara Nita
PWMU.CO – Terus terang saja, di era serba teknologi seperti saat ini dapat mendorong kita mudah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres, depresi, burnout, dan semacamnya.
Bagaimana tidak, akibat kebiasaan-kebiasaan negatif yang selalu dilakukan misalnya penggunaan gadget yang berlebihan, dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya perasaan insecurity, ketergantungan, bahkan kecemasan, terutama jika sering menggunakan media sosial. Selain itu, tekanan pekerjaan, termasuk belajar yang berlebihan juga turut berperan.
Aktivitas-aktivitas negatif ini, jika dilakukan berulang kali tanpa kesadaran dan penanganan yang tepat, akan menjadi salah satu penyebab terancamnya kualitas hidup sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Sebagai organisasi yang memiliki visi untuk menjadi gerakan Islam yang modern dan berkemajuan, Muhammadiyah memiliki kemampuan besar sebagai pelopor “agen perubahan” dalam membangun kesejahteraan umat termasuk kesehatan fisik, spiritual serta kesehatan emosional atau mental.
Sudah saatnya Muhammadiyah membentuk gerakan yang lebih besar untuk mengatasi gangguan kesehatan mental, mengingat dampaknya yang besar terhadap generasi muda terutama gen Z dan generasi milenial yang memiliki kerentanan cukup tinggi terhadap gangguan kesehatan mental.
Berdasarkan data hasil suvei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) sekitar 15,5 juta atau 34,9 persen adalah remaja dan hasil survei Deloitte menyatakan bahwa sebanyak 46 persen gen Z dan 41 persen generasi milenial memiliki gejala gangguan mental.
Melihat kesuksesan Muhammadiyah dalam berbagai program yang telah dijalankan, seperti rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi, menunjukkan bahwa Muhammadiyah memiliki potensi dan peluang yang besar untuk membuka akses lebih besar untuk mengembangkan program kesehatan mental.
Program tersebut dapat meliputi pendampingan psikologis, menggaungkan pelayanan konseling yang lebih terjangkau dan tanpa stigma serta penyuluhan tentang manajemen emosi atau kecemasan.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, diharapkan nantinya akan memberikan dampak positif dan solusi efektif sebagai bentuk upaya meminimalisir angka gangguan mental masyarakat. Utamanya yang beranggapan bahwa mengakses layanan kesehatan mental merupakan hal yang memalukan dan yang sering kali menganggap kesehatan mental sebagai “aib, kelemahan, gangguan jiwa “gila” ataupun pandangan negatif lainya”.
Melihat hal ini di sekitar kita, bukankah perlu dilakukan tindakan tegas untuk menangani cara pandang ini. Sebab, pengabaian pada mental dan stigma negatif tentang kesehatan mental yang dibiarkan begitu saja, akan memperburuk kondisi mental masyarakat yang membutuhkan pertolongan psikologis serta dukungan keislaman yang inklusif.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang dapat membantu melakukan upaya mengurangi stigma tersebut dan mendukung layanan kesehatan mental di Indonesia.
Tidak hanya itu, Muhammadiyah memiliki peran besar untuk membentuk masyarakat yang lebih empati dan peduli terhadap diri sendiri atau sesamanya saat menghadapi masalah mental. Misalnya, masyarakat saling bergandengan tangan, membantu satu sama lain, memberikan dukungan, tanpa adanya kritik maupun hinaan kepada penderita gangguan kesehatan mental.
Hal kecil tersebut dapat mendorong masyarakat semakin terbuka untuk memanfaatkan layanan kesehatan mental tanpa rasa malu atau takut dicap negatif. Muhammadiyah juga perlu memperkuat kolaborasi dengan pemerintah, organisasi lain dan komunitas lokal dalam membentuk dan mengembangkan layanan kesehatan mental.