PWMU.CO- Pelatihan Dakwah Digital Aisyiyah Gresik digelar di gedung Pusat Layanan Terpadu, PB Kulon Gresik, Sabtu-Ahad (30/12-1/12/24).
Materi pertama menghadirkan Dr Sholikhul Huda SHI MFil I menyampaikan pengenalan dakwah digital, ia mengawali materinya dengan menerangkan landasan teologis Dakwah Quran surat Ali Imran ayat 110 dan 104.
“Aktifis Aisyiyah masuk pada orang yang beruntung dan terbaik mengajak dalam kebaikan yang bertujuan untuk kebahagiaan dunia akhirat,” jelasnya.
Dakwah era sekarang, sambungnya, masuk dalam era Disrupsi peristiwa perubahan tatanan lama dengan yang baru. Dengan ciri sulit ditebak dan cepat serta hilang.
“Contohnya petugas tol sekarang tergantikan dengan kartu,” ujarnya.
“Ambigu yang tidak jelas dan tidak pasti, dahulu setahun jadi karyawan sekarang kontrakan,” lanjut dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Kompleksitas, sambungnya, permasalahan yang rumit tidak bisa dilaksanakan sendiri dan harus kolaborasi.
Pria kelahiran Lamongan ini menjelaskan, dahulu bidang dakwah pengajian jamaah mendatangi Kiyainya sekarang terbalik dengan kehadiran youtube.
“Bidang sosial contohnya dahulu ada ngojek pangkalan tergantikan dengan gojek online. Semuanya itu tergantikan karena kehadiran hand phone,” katanya.
Ia menjabarkan dakwah Digital Muhammadiyah merupakan alat, filosofinya dakwah. Menggunakan media masa facebook, youtube, instagram, dan lainnya.
“Berlandaskan tiga agenda dakwah Muhammadiyah abad ke-2 Muktamar 47 Makasar,merupakan internasionalisasi, pengembangan keilmuan dan digitalisasi Muhammadiyah,” lanjutnya.
Strategi dakwah digital Muhammadiyah meliputi,
Membangun personal branding sebagai dai, “Contoh dakwah yang ditawarkan Aisyiyah dalam segi apa? Harus ada beda,” pintanya.
Selain itu ia menerangkan harus memanfaatkan sosial media yang tepat, konten yang menarik, menjaga interaksi dan keterlibatan pendengar. “Dan meningkatkan kualitas dakwah,” sambungnya.
Pengembangan dakwah Muhammadiyah dengan opini pemikiran dengan ideologi narasi moderasi islam berkemajuan dengan beragama secara terbuka, toleransi, inovatif dan berfikir maju.
“Jurnalisme sehat, berarti bebas bertanggung jawab sesui kode etik press dan etika keadaan digital menjunjung tinggi nilai moral dan kemanusiaan,” tutupnya. (*)
Penulis Kusmiani Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan