PWMU.CO – Strategi sukses untuk tahun mendatang (2025), menjadi tema pengajian yang digelar di penghujung tahun 2024 di Masjid Al-Muttaqin Sidomulyo Kota Batu (31/12/2024).
Tema tersebut diulas oleh Dr M Nurul Humaidi MAg, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang.
Mengawali tausiahnya, Dr Humaidi menyampaikan bahwa waktu adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan kepada manusia.
Dalam surah Al-Hasyr ayat 18, Allah secara khusus mengingatkan orang-orang beriman untuk memperhatikan apa yang telah mereka lakukan di masa lalu sebagai persiapan untuk hari esok.
Hari esok dapat dimaknai sebagai akhirat, tetapi juga hari setelah ini. Hal itu menegaskan pentingnya refleksi dan kesiapan menghadapi masa depan.
Kesuksesan dalam memanfaatkan waktu tercermin dari kemampuan seseorang menyelesaikan urusan dunia maupun akhirat secara baik. Islam menempatkan kesuksesan sebagai harmoni antara pencapaian duniawi dan persiapan akhirat.
Para Nabi yang diutus Allah hadir untuk memperbaiki kehidupan manusia, baik selama di dunia maupun sebagai bekal menuju akhirat.
Waktu memiliki posisi istimewa dalam ajaran Islam. Allah menciptakan waktu bersamaan dengan materi, meskipun waktu sendiri tidak kasat mata.
Waktu menjadi penanda penting dalam berbagai ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, yang kesemuanya terikat pada pengaturan waktu yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan waktu merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang muslim.
Strategi Sukses Menghadapi Tahun Mendatang
Menurut Dr Humaidi, kunci menjadi manusia yang terus lebih baik dari waktu ke waktu adalah mengamalkan Islam secara kaffah (menyeluruh). Kaffah berarti meneladani Rasulullah SAW dalam semua aspek kehidupan, khususnya dalam hal keagamaan.
Islam yang dijalankan secara kaffah tidak hanya memperbaiki hubungan manusia dengan Allah (hablu minallah) tetapi juga hubungan dengan sesama manusia (hablu minannas).
Hablu minallah akan membentuk kesalihan individu, sedangkan hablu minannas, akan membentuk kesalihan sosial.
“Kesalihan individu tidak akan berarti tanpa dibarengi dengan kesalihan sosial, keduanya harus berjalan seimbang, sebab konsekuensi dari melakukan yang satu tapi melupakan yang lain adalah neraka,” kata Humaidi yang kemudian menyampaikan hadis tentang wanita yang taat beribadah tapi masuk neraka.
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka.” Mereka (para sahabat) berkata (lagi): “Fulanah (lainnya hanya) mengerjakan shalat wajib, dan bersedekah dengan beberapa potong keju, tapi tidak (pernah) menyakiti seorang pun.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Dia adalah penghuni surga.” (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Beirut: Darul Basya’ir al-Islamiyyah, 1989, h. 54-55)
Dengan melaksanakan Islam secara kaffah, seseorang akan meraih kesalihan individu sekaligus kesalihan sosial. Hal ini menjadikan agama sebagai panduan untuk terus memperbaiki diri, menjalani kehidupan dengan lebih baik, dan meningkatkan kualitas ibadah.
Ketua PDM Kota Malang periode 2022-2027 ini menyampaikan bahwa strategi sukses di tahun depan adalah dengan memperbaiki shalat, karena shalat adalah pilar utama agama.
Seseorang yang telah melaksanakan shalat dengan baik berarti dia telah memanfaatkan waktu dengan baik, karena perilakunya di dunia telah terarah. Perilaku yang terarah di dunia adalah investasi berharga yang akan dituai hasilnya di akhirat kelak.(*)
Penulis Khoen Eka Editor Zahrah Khairani Karim