Oleh: Bening Satria Prawita Diharja (Guru PJOK SMP Muhammadiyah 1 Gresik)
PWMU.CO – Dengan semakin kompleksnya metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah saat ini, penting bagi sekolah untuk mengadakan wisata edukasi. Bukan hanya sekadar menambah pengalaman belajar, namun juga untuk memperluas wawasan peserta.
Wisata edukasi, merupakan sebuah kegiatan perjalanan yang diadakan oleh sekolah untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta. Biasanya melalui kunjungan ke tempat-tempat terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari seperti museum, taman nasional, situs bersejarah, tempat budaya, pantai, pegunungan dan lain sebagainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran melalui pengalaman langsung, mengaitkan teori dengan praktik di lapangan, dan memperluas wawasan mereka melalui eksplorasi ke tempat-tempat terkait.
Namun yang terjadi pada Selasa (28/1/2025) merupakan sebuah hal yang tidak terduga. Studi wisata yang dilakukan sebuah SMP Negeri kota Mojokerto Jawa Timur di pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta berujung petaka dengan tenggelamnya tiga siswa dan satu siswa yang terserat ombak dan belum ditemukan. Yang mana semuanya merupakan siswa kelas VII ketika bermain air menikmati keindahan alam serta ombak pantai selatan samudra Hindia tersebut.
Tidak dipungkiri, semua pantai yang berada di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, terkenal dengan deretan pantai indah yang memanjakan mata dan menawarkan pengalaman wisata yang luar biasa.
Terdapat lebih dari 45 pantai yang memiliki karakteristik keindahan alam laut yang berbeda beda satu sama lainnya sehingga para wisatawan menjadikan sebagai jujukan destinasi wisata ketika memasuki musim liburan di Yogyakarta. Mulai pantai Parangtritis, pantai Becici, pantai Sadranan, pantai Drini hingga pantai Kukup dipenuh dengan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pantai Gunung Kidul
Melansir data citra satelit NOAA (National Oceanic and Atsmospheric Administration), di beberapa deretan pantai indah dan menawan yang ada di Gunung Kidul sudah dipetakan oleh tim BASARNAS (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) setempat termasuk pantai Drini. Terdapat juga beberapa pantai yang memiliki arus balik yang kuat dan mematikan yang dinamakan Rip Current.
Dalam sebuah buletin ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa fakultas Geografi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, arus balik atau Rip Current adalah aliran balik terkonsentrasi melewati jalur sempit yang mengalir kuat ke arah laut dari zona empasan melintasi gelombang pecah hingga ada di laut lepas-pantai.
Keterdapatan arus balik dipengaruhi oleh topografi lepas pantai yang umumnya terdapat di perairan pantai dengan tinggi gelombang pecah yang rendah dan di perairan dekat pantai yang mengalami pemencara gelombang akibat refraksi gelombang. Arus balik ini sering terjadi pada tipologi marine deposition coast yang memiliki bentuk teluk sehingga cukup berbahaya bagi wisatawan karena dapat menyeret ke tengah laut.
Sebagai penanda adanya Rip Current di sebuah pantai, biasanya sudah diberikan bendera merah atau simbol tengkorak oleh penjaga pantai setempat yang menandakan bahwa area tersebut tidak digunakan atau dilarang berwisata air. Sehingga kemungkinan siswa yang mengalami musibah kecelakaan air tersebut tidak mengetahui dan masuk ke daerah Rip Current karena dianggap air dan gelombangnya tenang.
Di sini peran penting guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK) yang mengajar di sekolah Muhammadiyah untuk memberikan pengetahuan tentang keselamatan serta pertolongan pertama kecelakaan saat beraktivitas di air baik di laut, danau, kolam, sungai hingga di pantai kepada seluruh siswa sangat diperlukan.
Materi pembelajaran aktivitas air mulai dari kelas VII, VIII hingga IX yang hanya berfokus pada gerakan renang. Sifatnya prestasi wajib ini juga dibarengi dengan penjelasan tentang materi aktivitas renang dan bentuk keselamatan saat melakukan aktivitas air di alam bebas.