
Afif Hidayatullah saat menyampaikan materinya dalam acara parenting MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran, Ahad (2/2/2025). (Tegar Yahsya/PWMU.CO).
PWMU.CO – MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem (Madtsamuda) mengadakan seminar parenting pada Ahad (2/2/2025). Seminar itu khusus terlaksana untuk kelas 9 dengan tema “Membangun Mental Sinergi, Menuju Sukses Bersama”.
Semangat untuk mengikuti seminar itu tampak menyala ketika seminar parenting untuk kelas 9 berlangsung. Lebih lanjut, seminar yang terselenggara mendapat antusiasme tinggi dari 156 siswa kelas 9 beserta wali muridnya.
Meski cuaca mendung, kehadiran para wali murid tidak terpengaruh dan mereka datang dengan semangat yang tinggi untuk mendengarkan pemaparan materi dari Afif Hidayatullah SE SPd MAk CHT C NNLP C STMI.
Acara dimulai pada jam 8 pagi dengan sambutan hangat dari bapak dan ibu guru wali kelas 9 yang tersenyum ramah kepada setiap wali murid yang datang sembar memberikan selembar kresek hitam.
Kresek itu digunakan untuk menyimpan sandal, pasalnya acara tersebut duduk bersama di lantai.
Tujuan Seminar
Kepala Madtsamuda, Millazul Faida MPd., dalam sambutannya menyampaikan tujuan dari adanya kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini dalam rangka bersama-sama mendidik putra putri yang ada di Madtsamuda dengan baik karena karakter seseorang itu lebih penting.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan agar anak-anak kelas 9 dapat kembali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Pondok Karangasem.
“Kami di Pondok Karangasem ini memiliki 3 sekolah lanjutan yang cukup lengkap. Mau ke madrasah bisa ke MA Muhammadiyah 1 Pondok Karangasem, atau ke sekolah bisa ke SMA Muhammadiyah 6 Pondok Karangasem, bahkan kejuruan bisa ke SMK Muhammadiyah 8 Pondok Karangasem. Lengkap!” ungkapnya.
Materi seminar yang tersampaikan oleh Afif Hidayatullah mengupas berbagai aspek penting dalam dunia parenting. Mulai dari teknik komunikasi yang efektif, cara mengelola konflik, hingga strategi mendidik anak agar menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
Afif yang terkenal sebagai praktisi dan motivator di bidang pendidikan dan parenting, menggunakan pendekatan interaktif dalam penyampaiannya. Tidak hanya memberikan teori, namun Afif juga menyertakan Hipnoterapi di akhir sesi sehingga wali siswa beserta seluruh siswa kelas 9.
Dalam materinya, Afif menyampaikan bahwa sebagai orangtua jangan pernah membanding-bandingkan anak karena anak memiliki mental yang berbeda-beda. Selain itu peran wali murid sangat penting dalam membangun karakter dan semangat belajar anak.
“Kalian pernah disuruh belajar?” tanya pak Afif kepada siswa, dan serentak menjawab “pernah”.
“Bapak, ibu, ketika anak disuruh belajar jangan malah ditinggal main HP akan tetapi ayo ikut belajar juga” tegasnya.
Libatkan Allah dalam Segala Hal
Selain itu, ia juga menegaskan bahwa dalam menghadapi segala hal, selalu libatkanlah Allah SWT. Selain itu orangtua, wali kelas dan para guru yang ada di Madtsamuda ini selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak maka selalu hormati mereka.
“Salat itu butuh atau kewajiban?” tanya pak Afif pada seluruh siswa. Dan serentak mereka menjawab, “kewajiban”.
“Kalau begitu sampai kapanpun kalian akan salat ketika disuruh, beda lagi ketika kalian menganggap salat itu kebutuhan. Apabila kebutuhan, tanpa disuruh kalian akan segera melaksanakannya” katanya.
Partisipasi aktif dari para wali murid menunjukkan antusiasme mereka dalam mengikuti setiap sesi yang disajikan. Saat sesi mendoakan anak, banyak dari wali ingin membacakan di depan doa-doa yang mereka tulis di layar HP masing-masing.
Di akhir acara, Afif melakukan Hipnoterapi antara orangtua dan siswa. Siswa diminta duduk bersila tangan kanan diletakkan diatas paha kanan dan sebaliknya.
Tangan kiri berisi tentang kesalahan-kesalahan terbesar anak yang pernah dilakukan dan tangan kanan berisi doa dari orangtuanya. Sedangkan orangtua bertugas untuk mendoakan anak dan fokus agar bisa mengirim doa melalui anaknya.
Sembari menejamkan mata dan diringi musik yang pelan, pak Arif menyampaikan instruksinya. Hal tersebut membuat seluruh siswa dan orangtua menangis, bahkan saat anak-anak diminta membuka mata dan menghampiri orangtuanya tangis semua yang ada dalam aula itu seakan pecah dari bendungan yang sedari tadi telah tertahan.
Pada momen tersebut, para orangtua dan anak saling bermaaf-maafan. Mereka sadar bahwa bukan hanya anak yang memiliki kesalahan, namun orangtua pun memiliki kesalahan.
Penulis Zulfatus Salima, Editor Danar Trivasya Fikri