
Oleh: Dr Sholikh Al Huda MFilI ( Alumni IMM Jawa Timur)
PWMU.CO – Setiap generasi memiliki masa dan tantangan zamannya sendiri. Artinya di setiap era selalu punya cerita yang bisa sama tetapi pasti ada yang berbeda, termasuk kepimpinan atau pergerakan sosial (baca: Fokal IMM). Jika di masa lalu kepemimpinan ( baca: Fokal IMM) ditentukan oleh otoritas formal dan stabilitas sosial, maka di era disrupsi yang penuh ketidakpastian ini, pemimpin harus mampu membaca perubahan dan menciptakan strategi adaptasi yang tepat dan kreativitas yang berkemajuan.
Dalam konteks ini, Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-5 Fokal IMM Jawa Timur yang dilaksanakan 23 Februari 2025 di Sidoarjo Jawa Timur bukan sekadar ajang pergantian kepengurusan, tetapi menjadi momentum refleksi: sejauh mana organisasi ini mampu bertransformasi menjadi katalis bagi kepemimpinan progresif di Indonesia, terutama di Jawa Timut
Antonio Gramsci dalam pemikirannya menegaskan bahwa kepemimpinan tidak hanya berkaitan dengan penguasaan atas institusi (kepemimpinan struktural), tetapi juga soal peran kepemimpinan organik. Pemimpin organik tidak sekadar memahami teori, tetapi juga terlibat aktif dalam dinamika sosial dan membangun kesadaran kritis di tengah masyarakat.
Jika dikontekstualisasikan dalam pergerakan Fokal IMM, berarti alumni IMM tidak boleh hanya menjadi patron bagi adik-adik IMM, tetapi harus hadir sebagai fasilitator, dinamisator, bagi tumbuhnya pemikiran dan pergerakan progresif yang relevan dengan tantangan zaman (era Disrupsi).
Fokal IMM kini berada di persimpangan jalan: apakah akan tetap relevan tumbuh atau justru kehilangan tenggelam daya pengaruh sosial, politik, budaya, ekonomi, keagamaan dalam arus disrupsi?
Banyak organisasi alumni terjebak dalam pola relasi hierarkis strukturalis, di mana senior menjadi figur dominan dan junior menjadi penerima doktrin tanpa banyak ruang untuk menafsir, berpikir , bergerak secara mandiri, inovatif dan kreatif.
Artinya jika Fokal IMM ingin bertahan dan berkembang, maka Fokal IMM harus mampu menumbuhkan ekosistem yang memungkinkan kader-kader muda IMM tidak hanya sekedar mengikuti jejak seniornya, tetapi juga mereka perlu diberi kebebasan untuk menciptakan jalur baru gerakan yang lebih adaptif dan kreatif dengan dinamika perubahan global yang penuh ketidakpastian, sangat cepat dan cenderung merusak sistem lama (baca: Disrupsi).