
Oleh Muhsin MK -Penggiat Sosial
PWMU.CO – Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 1 Maret 2025 Miladiah. Ini artinya, awal kedatangan Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Sebagian ummat Islam pun mulai Bersiap-siap untuk menyambut kehadirannya. Utamanya adalah persiapan yang berkaitan dengan aspek-aspek religiusitasnya.
Antara lain yang berkaitan dengan aspek religiusitas adalah melakukan kegiatan puasa sunnah pada bulan Syaban. Sedang yang bersifat material, misalnya memenuhi atau melengkapi kebutuhan selama dan atau dalam Ramadhan, seperti terjaganya lima kebutuhan pokok selama puasa. Pemenuhan kebutuhan material ini tidak terpisahkan dari dikhawatirkan akan tradisi terjadinya naik harga kebutuhan pokok selama Ramadhan.
Sebagian ummat Islam dan keluarga muslim ada menyambut Ramadhan dengan melakukan kegiatan yang bersifat sosial. Beberapa persiapan yang bermakna sosial antara lain sebagai berikut:
Pertama, silaturrahim atau berkunjung ke rumah orang tua dan kerabat manakala dirinya dalam kondisi merantau. Orang-orang yang dituakan, dihormati dan disayangi karena dipandang ada nilai kebaikan yang memancar dari mereka, sebisa mungkin dikunjungi setiap menjelang Ramadhan.
Silaturrahim ini memang begitu penting, meski bisa dilakukan kapan saja. Namun dalam momen jelang Ramadhan akan terasa berbeda dengan waktu-waktu lainnya. Karena itu, sebagian merasakan seolah-olah sebagai hal yang wajib atau harus.
Jika silaturrahim pada saat Idul Fitri sudah biasa, berbeda halnya dengan silaturrahim saat menjelang Ramadhan. Silaturrahim ini terasa sangat luar biasa. Apalagi melakukannya dengan cara beramai-ramai yang menandakan adanya merindukan mendalam, semakin memperkuat jalinan ikatan kekeluargaan dan penghormatan pada yang lebih tua.
Merupakan hal yang lazim jika silaturrahim itu dilakukan oleh yang muda kepada yang tua. Walaupun sebenarnya tidak ada aturan bahwa yang tua silaturrahim kepada yang muda. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh para nabi-nabi dengan mendatangi rumah anaknya yang sudah berkeluarga.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam terbiasa bersilaturrahim ke rumah anaknya Fatimah Radhiyallahu ‘anha dan menantunya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.
Saat silaturrahim dan berkunjung itu yang Nabi mengajak makan bersama, memberikan nasehat dan mengingatkan anak dan menantunya tentang hidup sederhana. Selain itu tentu saja tentang ajaran Islam terkait kehidupan dalam berkeluarga dan bermasyarakat.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Beribadah kepada Allah dengan sempurna jangan (berbuat) syirik (mempersekutukan Nya dengan sesuatu apapun), dirikan sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturrahim dengan orang tua dan keluarga (kerabat)” (HR Bukhari).
Kedua, saling memberi hadiah dan bingkisan makanan dan lainnya. Momen Ramadhan, dengan saling berkunjung dan silaturrahim dapat pula diselingi dengan berbagi hadiah dan bingkisan. Ini bisa dilakukan baik pada orang tua, karib kerabat, juga pada tetangga dan sahabat karib dan orang orang yang dipandang berjasa pada dirinya, sebagai bukti saling kasih dan cinta mencintai.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Saling bersalaman (berjabat tangan) kalian, maka akan hilang kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan hilanglah kebencian” (HR Malik dalam Al Muwatha’, 2/908/16).
Ketiga, saling ucapkan doa dan tahniah dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Bermacam macam cara untuk memberikan ucapan doa dan tahniah dalam wa grup atau media lainnya. Biasanya dengan menulis kalimat biasa, puisi, membuat slayer yang menarik, dan lain sebagainya.
Para ulama berpendapat bahwa diperbolehkan karena berkaitan dengan nikmat dunia dan ketaatan pada Allah dan RasulullahNya.
Imam Ibnu Qayyim Al Jauzi yah berkata, “Dianjurkan memberikan selamat kepada orang yang mendapatkan suatu nikmat dalam hal agama, menyambutnya bila datang, menjabat tangannya, dan ini Sunnah mustahab.”
“Adapun apa bila mendapatkan suatu nikmat duniawi maka hukumnya boleh. Yang lebih utama lagi, (disyariatkannya) ialah perkataan selamat atas hal ketaatan pada Allah, atau itu serupa dengannya. Karena ini termasuk dalam mengagungkan nikmat rabb nya, dan mendoakan orang-orang yang mendapat nikmat tersebut” (Zaadul Ma’ad, 3/585).
Editor Notonegoro