
PWMU.CO – Ketika malaikat mempertanyakan penciptaan manusia, Allah menegaskan hikmah di baliknya—itulah yang dikupas dalam Kultum (Kuliah Tujuh Menit) Tarawih di Masjid Al-Falah Jalen, Genteng, Banyuwangi, Ahad (9/3/2025).
Kultum yang membahas sejarah penciptaan manusia menurut al-Quran ini disampaikan oleh salah satu santri Mu’allimin Yogyakarta, Arfa Burhanudin. Ia sedang bertugas sebagai santri magang bersama enam teman lainnya.
Selama sepekan, mereka bertugas mengisi kegiatan di dua tempat ibadah, yaitu Mushala Miftahul Jannah dan Masjid Al-Falah. Kedua tempat itu berada di bawah komando Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jalen.
Borong Kegiatan
Berbeda dengan kegiatan Ramadan sebelumnya, kali ini tarawih di Mushala Miftahul Jannah dipandu oleh tiga santri yang saling berbagi tugas. Namun, di Masjid Al-Falah, seluruh rangkaian ibadah diborong oleh satu orang, mulai dari imam shalat Isya, dilanjutkan dengan shalat tarawih, hingga Kultum yang disampaikan oleh Arfa Burhanudin. Santri asal Magetan ini saat ini berada di kelas XI SMA Pondok Pesantren Mu’allimin Yogyakarta.
Dalam penyampaian Kultumnya, Arfa mengawali dengan menyitir al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”
Ayat di atas merupakan kisah ketika Allah SWT memproklamasikan kepada para hamba-Nya bahwa Dia akan menciptakan manusia sebagai khalifah. Para ulama menerjemahkan kata khalifah dari kata khalf, yang berarti ‘di belakang’ atau ‘menggantikan sesuatu yang sebelumnya.’
Adapun tugas seorang khalifah adalah memelihara, membina, dan mengantarkan sesuatu menuju tujuan penciptaannya. Intinya, tugas manusia adalah mengelola bumi sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Namun demikian, para malaikat memprotes dengan keras penciptaan manusia dengan alasan bahwa mereka telah sekian lama menyucikan nama Allah SWT, sementara manusia dikhawatirkan hanya akan menumpahkan darah dan membuat kerusakan. Akan tetapi, Allah Maha Mengetahui segalanya.
Ketika malaikat diuji tentang ilmu pengetahuan, mereka tidak mampu menjawab. Sebaliknya, Nabi Adam mampu menjelaskan dengan detail. Dari kisah sejarah manusia ini, dapat diambil pelajaran bahwa ilmu pengetahuan menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu, manusia dapat mencapai derajat yang mulia.
“Ilmu pengetahuan akan mengantarkan derajat manusia ke tempat yang lebih tinggi,” ujar Arfa sebelum menutup Kultumnya.
Penulis Abdul Muntholib Editor Zahra Putri Pratiwig