
Oleh Moch Muzaki – Kabid TKK DPD IMM Jawa Timur
PWMU.CO – Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke 61 yang berada dalam suasana Ramadhan ini memberikan nuansa yang berbedadan Istimewa. Pada bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan ini, semoga juga memberikan keberkahan dan kemuliaan bagi IMM yang sedang berulang tahun.
Karena itu, lazimnya kader IMM sejenak untuk ber-i’tikaf, merenung dan berkontemplasi agar terjadi penajaman kesadaran bahwa sesungguhnya ber-IMM hakekatnya juga berjihad. Berjihad “Merawat IMM, Memajukan Indonesia” secara bersungguh-sungguh.
Belajar dari sejarah nubuwah
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diangkat menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 Masehi, yang ditandai dengan menerima wahyu pertama melalui Malaikat Jibril di Gua Hira. Peristiwa agung ini haruslah direnungi dan selalu diingat oleh seluruh umat Islam agar memiliki kecintaan dan kesadaran akan mengikuti teladan Nabi Muhammad Saw dan membangun spirit bahwa Rasulullah diberikan misi agar berdakwah menegakkan ajaran Islam sekaligus menjadi aktor perbaikan akhalak seluruh manusia.
Penting bagi kader IMM bahwa Milad IMM pada bulan Ramadhan ini untuk menjadi kesadaran dan spirit sebagaimana misi Rasulullah dan menjadi pasukan generasi penetus perjuangan Rasulullah dalam menegakkan misi agung tersebut. Kesadaran kader IMM dalam misi dakwah harus menjadi teladan agar selalu berusaha dan berjuang pada tingkatan masing-masing.
Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw, yakni Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5. Perintah membaca (Iqro’) merupakan perintah agung kepada Nabi Muhammad Saw untuk kemudian menyeru kepada seluruh umat manusia. Tidak sekedar membaca dalam pengertian “teks” semata, tapi dalam makna kontekstual dengan membaca realitas (Pencipta, manusia, alam, persoalan dsb).
Belajar dan ilmu adalah perintah awal yang mengandung makna filosofis bagi umat manusia dan umat Islam, bahwa siapa yang mampu membaca hukum-hukum Allah (Sunatullah), menguasai ilmu pengetahuan, maka peradabanlah yang akan terbangun. Pun dalam konteks ibadah (ritual, sosial) jika berdasarkan ilmu dan senantiasa memiliki spirit dalam belajar, maka Rahmat Allah yang akan melingkupinya.
QS Al-Imran 190-191, berbunyi “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.”
Spirit ini pula yang harus menjadi renungan dan kesadaran bagi umat Islam, dan khususnya kader IMM. Bahwa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan kecintaan akan belajar merupakan hal yang sangat penting. “Pentingnya Nilai Intelektualitas dalam Islam” harus menjadi paradigma penting intelektualitas bagi umat manusia, termasuk utamanya kader IMM yang bertujuan mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia.
Nilai-nilai perjuangan IMM
Artikel saya berjudul “IMM sebagai ladang Ibadah dan Dakwah” (majelistabligh.id, 25-12-2024) menegaskan bahwa IMM adalah jalan sekaligus wadah yang bisa menjadi ladang ibadah dan gerakan dakwah. Spirit itu sudah terkandung dalam nilai-nilai yang diajarkan IMM, baik pada tujuannya, tri kompetensi dasar, enam penegasan, Nilai Dasar Ikatan dan yang lainnya, termasuk hubungannya dengan nilai ajaran Muhammadiyah. Berikut beberapa nilai yang dapat kita jadikan sebagai semangat berjihad:
1. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta‟ala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan umat dan bangsa.
2. Setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah Swt.
3. Segala bentuk ketidak-adilan, kesewenang-wenangan dan kemunkaran adalah lawan besar gerakan IMM perlawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader imm.
4. Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan berangkat individu-individu mukmin, maka kesadaran melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran di tengah masyarakat.
5. Kader IMM merupakan inti masyarakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemulian dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah Muhammad Saw.
Jihad merawat IMM
Setiap tingkatan pimpinan, para kader, seluruh anggota dan alumni IMM seyogyanya menjadi mujahid yang memperjuangkan nilai luhur IMM demi kepentingan Persyarikatan, umat, dan bangsa. Saling sinergi, dinamika menuju kemajuan, ikatan suci batin yang saling terhubung untuk kesinambungan dan keberlanjutan perkaderan dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat.
Jalan terjal yang harus terus menjadi medan perjuangan adalah 1) menegakkan nilai intelektualitas, 2) menjadikan religiusitas sebagai pondasi, dan 3) membangun masyarakat dengan spirit humanitas. Godaan pragmatisme, kepentingan pribadi, dan dinamika hidup merupakan tantangan yang amat berat. Terkadang penulis berpikir “sebenarnya untuk apa sih kita seperti ini, memikirkan organisasi, penuh caci?”
Namun jika teringat kembali akan seruan untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah dan tujuan agung Muhammadiyah, maka kesabaran menjadi pengingat dan spirit. “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS Ali Imran 200).
Jihad Memajukan Indonesia
Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) terdapat tafsiran enam penegasan, yakni Deklarasi Kota Barat merupakan peristiwa penting yang menjadi bukti eksistensi dalam tonggak sejarah. Pengambilan intisari dalam deklarasi Kota Barat tersebut memunculkan trilogi ikatan yang kita kenal dengan kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakatan.
Selain trilogi, juga mengungkapkan harapan (theology of hope) besar Muhammadiyah dan Bangsa terhadap ikatan. Theology of hope dalam perspektif ikatan menjadi tugas IMM secara organisatoris dan kader-kadernya untuk melakukan tugas kemanusiaan dan pembenahan spiritualitas dalam pembangunan (developmentalism) negara yang berorientasi pada struktur. Tugas kemanusiaan terus berlanjut karena banyaknya permasalahan yang terus terjadi seperti kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, penindasan dan lainnya.
Maka momentum Milad IMM ke-61 dan bulan Ramadhan ini, marilah menjadikannya sebagai renungan akan carut marutnya Indonesia. Kader IMM harus turut andil dalam perbaikan dan pembangunan bangsa ini. Merawat Indonesia adalah bagian tak terpisahkan dari kita, kaum akademisi. Dan juga sebagai umat Islam yang senantiasa diajarkan untuk amar ma’ruf nahi munkar, berdakwah, serta membangun negeri agar menjadi bangsa dan negara yang “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. (*)
Editor Notonegoro