
PWMU.CO – Ada yang unik dalam pesantren kilat 1446 H di SMA Muhammadiyah 8 Gresik, Kamis (13/3/2025). Selain kajian dan ibadah, 89 siswa kelas X diajak berkreasi dalam DIY. Kegiatan ini tidak sekadar seni menghias, tetapi juga menjadi sarana memahami makna berbagi dan memperkuat nilai-nilai kebaikan.
Bertempat di aula sekolah, kegiatan ini menghadirkan Diana Ekowati, S.Si, Owner Rumah Craft Aqeela sekaligus guru Kimia di SMA Muhammadiyah 8 Gresik. Ia membimbing peserta dalam membuat pita hijau-emas dan menghias hampers dengan penuh kreativitas.
Makna di Balik Warna Hijau dan Emas
Di awal sesi, Diana memperkenalkan teknik membuat pita dengan kombinasi warna hijau dan emas, dua warna yang memiliki filosofi mendalam.
“Hijau melambangkan ketenangan dan kesejukan iman, sedangkan emas menggambarkan kemuliaan dan keberlanjutan kebaikan. Ketika keduanya berpadu, itu menjadi simbol keseimbangan antara hati yang tenteram dan akhlak yang bersinar,” jelasnya.
Para peserta langsung praktik membuat pita. Ada yang cekatan, ada pula yang masih berjuang merapikan lipatan pita yang kusut.
“Wah, ternyata bikin pita ini butuh kesabaran juga ya, kayak ngelatih diri buat sabar dalam kehidupan,” celetuk Revan Tri gemas, disambut tawa teman-temannya.
Dari DIY ke Lomba: Kreativitas dan Kolaborasi

Ada delapan kelompok yang kemudian ditantang untuk menghias hampers Lebaran se-kreatif mungkin. Lomba ini berlangsung di LAB IPA, tempat setiap kelompok beradu ide dalam menyusun hampers yang menarik dan bermakna. Menurut Miss Ichda Sholikatul, S.Pd, dari divisi acara pesantren kilat, kegiatan ini bukan sekadar keterampilan tangan.
“Membuat hampers ini mengajarkan bahwa berbagi bukan hanya tentang memberikan barang, tetapi juga menyampaikan niat baik, makna, dan kasih sayang di dalamnya,” ujarnya.
Pemenang, Kejutan, dan Refleksi Makna Berbagi
Setelah sesi penjurian, salah satu kelompok putri keluar sebagai pemenang dengan hampers yang estetik dan penuh filosofi. Salah satu anggota kelompok, Yuliati dari kelompok An Nashr, berbagi kesannya.
“Awalnya aku pikir ini hanya lomba biasa, tapi ternyata ada banyak pelajaran di baliknya. Kita belajar kerja sama, kreativitas, dan yang paling penting, bahwa berbagi itu indah,” ungkapnya.

Namun, kejutan datang di akhir acara. Alih-alih diberikan kepada pemenang atau panitia, hampers yang telah dibuat justru dikembalikan kepada masing-masing kelompok sebagai bentuk apresiasi atas usaha mereka.
“Aku kira hampersnya akan diberikan kepada orang lain, tapi ternyata dikembalikan ke kita. Ini pengalaman berharga karena mengajarkan bahwa berbagi bukan sekadar tentang memberi, tetapi juga tentang menghargai usaha dan proses,” tutur Amel, kelompok An-Nashr.
Pesantren kilat kali ini bukan hanya tentang kreativitas atau kompetisi, tetapi juga tentang membangun karakter. Siswa belajar bahwa berbagi tidak harus menunggu berlebih, dan bahwa glow up bukan sekadar tentang tampilan luar, tetapi juga tentang hati yang bersinar dengan kebaikan.
Melalui hampers sederhana yang dibuat dengan hati, mereka memahami bahwa nilai berbagi terletak pada keikhlasan, kerja sama, dan kepedulian terhadap sesama. (*)
Penulis Liset Ayuni Editor Amanat Solikah