
PWMU.CO – Jurnalistik naratif itu butuh waktu. Jika bisa selesai dalam sehari sih bagus, namun sebaiknya perlu waktu untuk riset-risetnya.
Hal tersebut disampaikan oleh pemimpin redaksi majelistabligh.id, Agus Wahyudi, ketika menyampaikan materi dalam “Ngabuburit Jurnalistik” yang digelar pada Senin (24/3/2025).
“Dalam sejarah, tokoh-tokoh besar itu merupakan seorang jurnalis. Sebut saja KH Mas Mansyur, Sukarno, HOS Cokroaminoto, atau bahkan AR Baswedan. Maka, kalau kalian suka menulis, jatahnya bakal jadi tokoh besar,” celetuknya.
Salah satu pionir pendiri PWMU.CO ini kemudian melanjutkan bahwa untuk menulis feature, ada beberapa yang harus diperhatikan. “Kalau ingin menulis jurnalisme naratif, gunakan bahasa yang enteng, mudah dipahami, kalau bisa yang puitis. Jangan malah pakai bahasa ndakik-ndakik,” tutur pria yang biasa dipanggil Cak Yudi tersebut.
Ia menjelaskan bahwa menulis feature itu tetap memerlukan komponen berita, yakni 5W1H. “Namun, kita ubah perspektifnya di sini. Jika what itu adalah tema, who itu berarti tokoh atau peran, where berarti latar, when berarti setting, why itu berarti penyebab kejadian, dan how itu bagaimana jalannya cerita,” terangnya.
Cak Yudi menuturkan bahwa salah satu contoh tulisan feature adalah narasi sejarah. “Salah satu topik yang menarik diangkat adalah tokoh-tokoh lokal Muhammadiyah. Topik ini menarik untuk dijadikan narasi cerita, karena topik ini jarang diangkat,” paparnya.
Kalau bisa, sambungnya, dalam menulis feature atau jurnalisme naratif itu yang bisa membawa emosi bagi pembaca. “Lead dan ending harus menarik, kalau bisa malah yang bisa membuat pembaca meneteskan air mata,” pungkas Cak Yudi. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan