PWMU.CO – Pengamat politik dari Universitas Airlangga Aribowo MA menduga, Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur bakal tidak sekeras yang terjadi di DKI Jakarta, dalam konteks demokrasi. Karena diperkirakan Pilgub Jatim bakal berjalan aman-aman saja.
Hal itu disampaikan Aribowo dalam seminar Konstelasi Politik Jelang Pilgub 2018 Tantangan dan Peluang Dakwah bagi Muhammadiyah. Acara satu rangkaian dengan Muspimda PDM Lamongan itu berlangsung di STIKES Muhammadiyah, Ahad (12/11/2017). Seminar dipandu Ketua LHKP Lamongan Drs Tasir.
Seperti muncul di pemberitaan kandidat terkuat Pilgub Jatim adalah Wakil Gubernur Saifullah Yusuf dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Keduanya berasal dari NU. Saifullah Yusuf sudah dideklarasikan oleh PKB dan PDIP berpasangan dengan Bupati Banyuwangi Azwar Anas.
Baca : Muhammadiyah Bisa Berperan sebagai Peredam Potensi Konflik Pilgub Jawa Timur
Aribowo mengungkapkan, tiga indikator pembenaran dugaan Pilgub di Jatim relatif aman. Pertama, calon yang diusung tidak memiliki resistensi konflik karena memiliki latar belakang ormas yang sama. Kedua, tidak berlakunya isu agama. Ketiga, wajah keragaman masyarakatnya relatif harmoni.
Dalam situasi demikian, kata Aribowo, diharapkan Muhammadiyah jangan menjadi subordinasi politik. ”Oleh karena itu jangan sampai Muhammadiyah menjadi bagian dari subordinasi politik kelompok elite,” katanya.
Pembicara lain Prof Zainuddin Maliki secara ekstrem berpendapat, Pilgub di Jatim sesungguhnya sudah selesai bila calon yang muncul hanya dua kandidat itu. ”Mengingat kedua calon kartunya sama yakni sama-sama direstui Istana. Kecuali muncul calon alternatif,” ujar Guru Besar Sosiologi Politik itu.
Terpenting, menurut dia, bagaimana sikap Muhammadiyah. Di sinilah Muhammadiyah perlu memosisikan dirinya sebagai livering. (nu’man)