PWMU.CO – Jadwal kepulangan tim Dai Dokter Muda Mubaligh Mengabdi (D2M3) dari Pulau Bawean tertunda akibat cuaca yang tak menentu. Mereka harus tertahan beberapa hari, menunggu kondisi cuaca membaik.
Berikut laporan kontributor PWMU.CO Ferry Yudi AS dari pulau yang masih masuk Kabupaten Gresik itu. Redaksi.
**
Cuaca buruk membuat jadwal kepulangan kacau. Padahal kami sudah merindukan kampung halaman. Untuk mengisi waktu luang, maka kami mengikuti kegiatan warga dan juga berwisata.
Jika Jumat (30/11/17) lalu sudah berkunjung ke Gili Noko untuk Snorkling dan bakar-bakar ikan, maka Sabtu (1/12/17), kami berencana ke Penangkaran Rusa Bawean dan ke Gili Selayar.
Karena masih pagi, sembari menunggu keberangkatan ke penangkaran rusa, saya memilih untuk berbaur dengan warga, mengamati budaya dan kebiasaan mereka.
Sekitar pukul 08.30, saya melihat banyak warga termasuk anak-anak, ramai berbondong-bondong ke masjid. Saya pun menanyakan hal itu kepada salah seorang guru SMKM 04 Rustam.
“Mereka pergi ke masjid untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Namanya Ngangkak Thengkuk. Itu peringatan Maulid Nabi dengan membawa semacam parcel yang dihiasi dan disi beraneka ragam buah dan makanan,” terang Rustam.
Saya penasaran ingin mengikuti acara tersebut. Dia pun menyampaikan keinginannya kepada Rustam. Namun Rustam tak langsung menjawab. Dia mengatakan, akan terlebih dahulu menelepon panitia acara.
Beberapa saat kemudian, barulah ada jawaban. “Ayoo.. kita perayaan di Masjid Baitul Muslimin,” teriak Rustam. Di Masjid Baitul Muslimin, kami disambut Ketua Panitia Peringatan Maulid Mashuri.
Dia menjelaskan, dalam perayaan Ngangkak Thengkuk, orang-orang membawa atau mengangkat keranjang yang dihias menuju masjid. Di dalamya berisi buah-buahan, telor rebus, dan ikan laut. Di bawahnya lagi ada beras dan daun yang dihiasi dengan uang.
“Setelah pembacaan Azkrakal, Ngangkak Thengkuk pun dibagikan kepada jamaah yang hadir. Kecuali uang dimasukkan ke dalam kas masjid. Setelah itu ada pembagian makanan, di mana satu talam untuk 4 orang yang berisikan beraneka macam lauk. Mulai dari telor rebus, sate ayam, ikan kerapu asam manis, cumi-cumi, perkedel, Ikan lele hingga daging rendang,” terangnya.
Usai mengikuti peringatan maulid, tepat pukul 12.30 sesuai jadwal yang dijanjikan, kami berangkat ke Gili Selayar. Namun, ada seorang anggota tim, Heri, yang tidak bersedia ikut. Ternyata dia trauma dengan kejadian saat berangkat ke Gili Noko. Waktu itu ombak tinggi diiringi dengan angin kencang. Heri pun takut, karena dia tak bisa berenang.
“Saya di sini saja. Saya jaga barang-barang di pinggir pantai saja. Ayo mana barang-barangnya,” kata Heri. Dari kejauhan, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak pun nyeletuk, “Waduh… Heri. Kamu jadi Kokam darat kalau begitu, ya. Kokam kok tidak berani air,” sontak celetukan Dahnil membuat seluruh rombongan tertawa.
Pukul 15.00, kami tiba di Gili Selayar. Setelah memanjakan diri bermain air laut, seluruh tim kembali ke basecamp. Malam harinya, kemudian melanjutkan acara di Masjid Ash-Shalihien. Kami pun disuguhi dengan menu makan khas pesisir, ikan bakar, dan es kelapa muda.
Dalam acara itu, beberapa panitia D2M3 sempat berpamitan kepada warga setempat, karena, Ahad (3/12) pukul 12.00 wib akan kembali ke Jawa. Namun, tiba-tiba tersebar berita bahwa Natuna Express—kapal feri cepat–yang semula dijadwalkan berangkat Ahad (3/12/17) terpaksa ditunda lagi. Hal ini mengingat gelombang tinggi di sekitaran perairan Bawean-Gresik.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura Raden Hozaimi pun mengatakan, ketidakpastian keberangkatan kapal Bawean-Gresik semoga ada hikmahnya. Barangkali Allah memberikan tim D2M3 waktu luang untuk istirahat.
“Mungkin dikasih waktu untuk istirahat dulu. Sambil bersosialisasi dengan adat budaya Bawean, menikmati jenis kuliner, destinasi wisata, dan tentu hawa sejuk dan kedamaian alam Bawean,” tuturnya. (Ilmi)